2:: Putaran Waktu

401 46 123
                                        

Ezra Haulan Rifansyah seorang pentolan SMA Semesta 11 yang selalu dielu-elukan. Dengan postur tubuh ideal, prestasi menjulang, juga anak dari seorang pejabat memudahkannya menjadi putra mahkota muda di sana. Namun popularitasnya itu menyebabkannya jatuh pula. Sifatnya yang keras kepala dan mudah tersulut emosi menjadi penyebab utama. Di tambah hobi pukul-memukulnya yang sudah melekat sejak duduk di bangku SMP.

Predikat putra mahkota muda yang diraihnya saat kelas 10 pun berganti. Si Jagoan Kesiangan mungkin menjadi penggantinya di awal kelas XI-nya ini. Dulu, ia juga sering sekali bermain hati dengan wanita. Beberapa adalah mantan fans-nya, tentu saja. Sebagai ketua geng Nirwana, sehari-hari ia hanya melawan ketua geng Arwana.

Darrel dan Ezra, sesama ketua geng justru merekalah yang paling parah. Bolak balik masuk ruang Bimbingan Konseling hanya karena masalah sepele. Emang iya kata orang, kelas XI adalah kelas di mana kita nakal-nakalnya.

"Oy, bagi rokok dong!" Keluh Ezra pada Ricky, tangannya bergerak cepat merampas bungkusan kotak itu. Biasanya, pagi-pagi mereka sudah asyik nongkrong di depan warung kopi belakang koperasi. Koperasi sekolah memang terpisah dengan gedung sekolah itu sendiri. Ezra menyalakan batang rokok itu kemudian menghisapnya.

"Si Arfan mana?" Matanya terus memperhatikan anggotanya yang belum datang. Rapat yang ia gelar hari ini mungkin bisa dikatakan penting. Tapi sosok Arfan yang disebut-sebut belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Tau tuh, masih nganter pacarnya kali." Sahut Ricky asal. Tapi Ezra hanya bisa menghela napas, ucapan Ricky tadi ada benarnya dan bisa di maklumi. Status Ezra kini memang baru putus, dan ia tidak memiliki target selanjutnya.

"Sabar bro, jangan galau mulu!"

Tangan Ricky bergerak menoyor Ezra. Di saat yang bersamaan suara bising motor memasuki pendengaran mereka. "Bu, kopinya satu!" Arfan duduk di salah satu bangku dan menatap lurus pada Ezra dan Ricky.

"Ya udah, karena Arfan udah dateng, gimana kalo rapatnya di mulai aja?" Ezra menegakkan punggungnya.

Semua mengangguk membalas. Ezra menyunggingkan senyum licik yang sebenarnya ditujukan untuk Darrel. Tipikal ia saat berbicara pastilah penuh ekspresi, dari mulai marah, tertawa tidak jelas, sampai senyum-senyum seperti ini.

Ricky melempar pandang pada Arfan dan lainnya yang hanya menggeleng sambil menatap aneh pada Ezra. "Hari ini kita balas dendam, suruh satu lawan satu, jangan bawa pasukan." Ezra mulai mengeluarkan suaranya lagi, kini lebih serius. "Maksudnya, gue yang balas dendam." Ralatnya.

"Lo yakin Zra? Satu lawan satu itu beresiko lho!" Ezra kembali tersenyum. "Nanti kalian sembunyi aja di satu tempat, terus kalo gue keliatan udah nggak kuat kalian langsung serbu."

Ezra memang belum memikirkan matang-matang idenya. Tapi tangannya ini sudah sangat ingin membalas perbuatan Darrel tentang kalahnya ia saat balapan liar minggu lalu. Ia sampai harus mendapat memar di punggungnya, jadi sudah kalah lomba kena pukul juga.

"Ya udah, kalo gitu bisa diatur." Arfan menyeruput kopinya yang tinggal setengah. "Lo emang udah gatel pengen bales dendam ya Zra?" Ezra menatap Arfan kemudian tertawa. "Pastilah, gue yakin kali ini dia kalah."

Bertepatan dengan itu, bel masuk berbunyi. "Eh, mampus hari senin!" Ezra, Ricky, dan Arfan ngibrit layaknya musang yang diincar pemburu. Mereka memang tidak berniat mengikuti upacara dengan baik. Mengikuti upacara semata-mata digunakan untuk modus dan cari muka.

Geng Nirwana ini bisa dibilang kehilangan pamornya sejak dibentuk geng Arwana. Sebelumnya, hanya Ezra yang sakit hati kerana ucapan Darrel yang merendahkannya. Sejak saat itu Ezra mudah tersulut emosi saat melihat Darrel. Keduanya sepakat untuk bersaing dalam hal apapun. Darrel memang tidak terlalu goals layaknya Ezra, namun karena keberaniannya merendahkan Ezra, ia pun kena imbas populer mendakak (viral) . Hingga saat ini, Darrel bertekad menggulingkan Ezra untuk diganti oleh dirinya, lagi.

Serenity [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang