18:: Goes To Hong Kong

59 11 1
                                    


Pagi itu, Feby bangun sedikit lebih pagi dari biasanya. 2 Hari yang lalu Alexa datang ke rumahnya. Geo menyambut baik kekasihnya itu, apalagi dengan tujuan untuk membantu menyembuhkan adiknya.

Sudah di tentukan, bahwa hari ini Feby akan melanjutkan proses medisnya di kota Hong Kong. Terapi dan sebagainya akan dikerjakan di sana. Karena menurut Alexa di Indonesia belum memiliki alat yang canggih agar penderita seperti Feby bisa sembuh. Untuk itu, Feby antusias untuk berangkat ke Hong Kong.

"Lo nanti duduk bareng Alexa ya, kalo ke sana hati-hati. Pokoknya deket-deket aja sama Alexa, ya nggak?"

"Kamu tenang aja Feb, pasti sembuh deh. Dokternya temen Kakak sendiri soalnya." Feby tersenyum, Alexa bisa berbahasa Indonesia, karena ayahnya berdarah Batak.

Penerbangan menuju Hong Kong sudah berangkat sekitar satu jam yang lalu, perjalanan tidak begitu lama dan tidak berefek jet lag. Feby tahu Hong Kong, tapi ia tidak tahu jalan atau tempat-tempat yang harus dikunjungi selain Disneyland.

"Kamu nanti mau ke Disneyland bareng Kakak sama Geo?" Alexa merangkul Feby. Feby masih melihat arus jalanan dari balik jendela mobil.

"Mau kan Feb? Jalan-jalan ke Disneyland?" Geo berucap mengulangi permintaan Alexa yang tidak didengar Feby. Feby menoleh dan tersenyum meminta maaf karena menghiraukan Alexa tadi. Feby tentu saja mengangguk semangat dengan ajakan itu.

Setelah itu Feby kembali melihat ke luar jendela. Pikirannya melayang pada satu nama. Beberapa hari yang lalu, banyak kejadian yang tak terduga baginya. Dirinya bertemu Ethan. Yang entah sejak kapan berubah menjadi monster layaknya Feby saat ditinggalnya dulu. Tapi Tuhan masih sayang pada Feby sehingga ia tidak terjerumus lebih dalam pada latar belakang Ethan yang sebenarnya.

Tuhan memberikan Feby ketenangan, agar ia bisa menentukan pilihan. Agar ia bisa membuka matanya untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Tuhan menyuruhnya untuk belajar, bagaimana rasa kepekaan dan batin berperan.

Karena pada dasarnya wanita itu rapuh dan sangat sensitif. Sepintar-pintar mereka menyayangi diri mereka sendiri saja.

◊◊◊

"Udah siap semua Zra?" Arfan menaiki meja untuk menghadap Ezra.

"Hm." Sementara itu, Ezra sedikit cemas saat menatap layar ponselnya yang tidak ada tanda-tanda jawaban dari seseorang yang ia tunggu.

"Kok muka lo kusut gitu? Kan lo bakal jalanin rencana hebat?"

"Diem dulu napa?" Ezra menjawab dengan nada super dingin dan tentu saja menyebalkan. Ia sedikit cemas dengan nasibnya sekarang.

"Feby masuk nggak sih?" Arfan menjawabnya dengan bergumam panjang dan menerka-nerka lewat jari tangan. "Masuk nggak dia? Rencana kita batal!"

"Eh, eh!" Ezra berlalu pergi dengan amarah di dalam hatinya. Sudah lebih dari 50 kali ia mencoba menghubungi Feby dengan telepon. Dan sudah banyak pesan yang dikirim untuk Feby. Tapi tidak ada tanda-tanda semua usahanya mendapat jawaban. Justru dia mendapat teka-teki di mana keberadaan Feby. Akhirnya Ezra mencari ke setiap penjuru sekolah, dan bertanya pada Vika, apakah ia melihat sosok itu atau tidak.

"Nggak sih, kayaknya dia absen." Ezra diam menyimak. Dugaan awal benar, kalau ternyata Feby absen sekolah. Semoga saja, besok Feby akan hadir dan tidak membuat Ezra khawatir.

Namun kenyataannya, esok tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Feby tetap absen dan membuat Ezra menunggu hingga tiga hari lamanya.

Gue benci menunggu! Catat itu!

Serenity [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang