11:: Papa

77 15 13
                                    

"Kalah lo!" Arfan menambah kecepatan pada motornya. Kini Darrel berada 2 meter di belakangnya. Sementara itu, garis finish yang dibuat sudah tepat di depan mata Arfan.

Darrel yang memiliki sejuta rasa percaya diri, mengeluarkan trik liciknya. Ia menambah kecepatannya dan menyamakan kedudukan untuk menendang motor Arfan kemudian. Bisa di bilang perbuatan yang beresiko, tapi bukan Darrel namanya jika tidak melakukan hal itu. Otomatis Arfan dan motornya terguling.

Arfan terpental dari motornya ke sisi jalan.

Siapa yang menyaksikan itu terkejut. Terutaman Ezra yang saat ini mengepal keras tangannya. Ia berlari menghampiri Arfan dan membiarkan Darrel menyentuh garis finish. Arfan tidak sadarkan diri dan langsung di bawa ke rumah sakit.

"Inget lo ya! Ini belum selesai! Ini nggak bakal pernah selesai!" Ezra mengakhiri panggilan dari Darrel yang meminta nominal uang yang dijanjikan jika seseorang memenangkan tantangan.

Ezra tentu tidak menyerahkannya karena permainan yang melanggar aturan. Hari ini juga Ezra akan menyerang Darrel, untuk balas dendam.

"Rick, lo suruh anak-anak pada balik. Oh iya, jangan lupa suruh cari informasi tentang Ethan-Ethan itu." Ezra menghubungi Ricky untuk menggantikannya sementara.

Ezra kini berada di ruang tunggu. Semua administrasi sudah ditanganinya. Kini, tinggal waktunya untuk melihat keadaan Arfan. Ini kali pertama Arwana membuat korban, seperti Arfan. Ini artinya mereka sudah tidak bermain-main lagi. Tidak jarang juga, Ezra mendengar pengeroyokan yang menimpa anggota bahkan dirinya sendiri.

Setelah mendapat kabar bahwa pasien sudah bisa dijenguk, Ezra langsung melangkah masuk ke rungan Arfan. "Zra–"

Ezra berdiri tepat di pinggir Arfan. "Gue yang minta maaf. Lo istirahat aja." Ezra duduk di kursi yang disediakan. Matanya menatap layar timelinenya dan mencari informasi dari geng lainnya.

Menurut gue sih kemarin katanya dia ada di Pusat kota di Warung Nasi Kalong

Nggak tau tuh

Bisa jadi

Katanya dia juga lagi nyari target

Siapa targetnya?

Kayaknya lo deh Zra

Grup yang dibuatnya penuh dengan informasi dari berbagai sumber. Bukan seseorang yang penting bagi Ezra, ia hanya ingin masalahnya cepat selesai.

"Zra, gue denger-denger," Ezra mendongak untuk memperhatikan Arfan yang tadi bersuara. "Ethan itu pengedar."

◊◊◊

Pukul 1 malam, Ezra menginjakkan kakinya di pekarangan rumah. Berbeda dengan hari sebelumnya, kini dirinya tidak di sambut Bi Asti. Saat ia masuk lebih dalam, ia melihat mobil yang terparkir di dalam garasi.

Ezra diam.

Ia menelan susah-susah ludahnya.

Nyokap, bokap udah pada balik?

Tiba-tiba pintu terbuka. Munculah pria setengah baya memandang Ezra lekat-lekat. Ezra melepas helmnya dan berjalan mendekati ayahnya itu. Sorot matanya menggelap dan Ezra berusaha membawa dirinya dengan tenang.

"Dari mana kamu."

3 kata itu keluar dari lisan ayahnya. Ezra beku, mendengar kalimat dingin yang didengarnya dulu.

"Keluar." Bahkan ia menjawabnya dengan amat lirih. Tidak berani menatap kedua mata ayahnya.

"Kamu ini mau jadi apa sebenernya? Preman! Iya hah?!" bukan kali pertama Ezra dibentak seperti itu. Saat itu ia ketahuan mengendarai motornya dengan kencang, makanya ia mendapatkan hukuman berat dari ayahnya.

Serenity [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang