14:: Serenity

85 12 0
                                    


"Sekali lagi, makasih ya."

Feby tersenyum setelah melihat bahasa isyarat dari Vika tadi. Sekarang, ia sudah berganti pakaian seperti biasanya, yaitu seragam sekolah. Rambutnya ia gerai dan tidak bun seperti tadi.

Vika berlalu pergi meninggalkan Feby. Feby juga melakukan hal yang sama dan menuju kelasnya untuk mengambil tas dan pulang. Sebelumnya, saat ia turun dan berada di belakang panggung, ia merasakan firasat buruk dalam hatinya. Entah apa dan mengapa hal itu bisa saja Feby simpulkan.

Kok gue ngerasa nggak enak ya?

Feby menggigit ujung bibirnya. Suasana koridor bisa di bilang sepi karena semua siswa berada di lantai 1. Langkah kakinya terasa amat berat untuk mencapai kelas. Tiba-tiba dari arah kiri ia dikejutkan oleh seseorang yang datang dengan tertatih.

Feby menghentikan langkahnya. Tangannya ia lipat dan usap berkali-kali. Ia takut. Ia menjilat bibirnya yang memang terasa kering kemudian kembali menggigit ujungnya. Kepalanya ia tengokkan untuk mencari seseorang selain Feby dan dia.

◊◊◊

"Lo berani sama gue hah!"

Masih terjadi baku hantam antar Ezra dan seseorang dari geng Arwana. Namun, Ezra sudah banyak kehabisan tenaga saat melawan 4 orang sisanya. Sekarang, tenaganya sudah hampir habis.

BRUK

Ezra terbanting. Tinjuan keras sudah menimpanya berkali-kali. Ezra ditarik dan diangkat lalu dijatuhkan ke bawah. Tubuhnya harus berbentur dengan dinding, seperti saat ia dikeroyok dulu. Kepalanya pusing. Sungguh, saat ini ia sudah tidak sanggup melawan.

"Dasar sombong! Lo nggak tau siapa gue, makanya jangan jadi sok jagoan!" Ezra dengan posisi terlentang pasrah menahan rasa sakit hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia tidak ingin reputasinya hancur saat ini.

Siapa? Siapa dia?

"Gue Ethan," Ethan melayangkan pukulan tepat di wajah Ezra. "Dan gue pengen lo jauh-jauh, dari yang namanya Feby."

Gue pengen lo jauh-jauh, dari yang namanya Feby.

Bagai petir yang menyambar, telinga Ezra langsung pengang. Ezra tidak menyangka orang yang ada di depannya ini adalah Ethan. Tapi terlebih lagi Feby, nama itu ada sangkut pautnya dengan Ethan.

"F-Feby?" Ezra masih mencoba menguasai dirinya agar tidak menutup mata. Ethan bangkit setelah menghajar Ezra. Ia melepaskan topengnya dan meludah di depan Ezra.

"Urusan kita belum selesai." Ethan berlalu dan berbelok untuk kemudian menghilang dari pandangan Ezra. Ezra menghela napas frustasi dan masih dalam posisi yang sama.

Kepalanya sakit. Bisa dibilang, ini kejadian kedua kalinya ia dikeroyok di sekolah. Ezra memutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi yang tidak jauh dari posisi terakhirnya.

Dasar banci! Beraninya keroyokan. Pinter juga tuh si Darrel, ngejebak gue pake keroyokan.

Tapi Ethan.. apa hubungannya sama Feby?

Eh tunggu! Feby siapa? 'kan yang namanya Feby banyak. Apa jangan-jangan cowok yang gue liat di mall itu dia ya? Tapi kok agak beda?

"Arrggh!" Ezra berteriak frustasi. Hanya bisa melihat pantulannya di cermin, Ezra buntu tentang masalahnya sekarang. "Gue harus apa Ya Tuhan!"

Ezra keluar dari kamar mandi. Ia memutuskan menuju kantin untuk menyuruh pasukannya menjebak Ethan yang entah ada di mana. Semoga saja masih berada di sekitar sekolah, batinnya. Kondisinya masih belum pulih, memar dan luka masih terlihat menutupi wajahnya. Bahkan lebam di daerah matanya terlihat sangat jelas.

Serenity [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang