Terdengar suara rapuh dari hati Ezra yang paling dalam. Entah apa, tapi rasanya perih sekali. Ezra seperti terjatuh dalam sebuah perangkap dan tidak bisa keluar. Cukup sulit untuk sekedar menghirup udara segar di sana.
Ezra merasa kehilangan, entah apa. Tapi ia juga merasa bodoh, sudah berekspetasi di luar dugaannya.
Salah sendiri, kenapa gue nggak nanya aja udah punya pacar apa belom. 'kan nggak gini jadinya.
Ezra mengeratkan jaket dan memakai helmnya. Sudah sekitar 10 menit ia termenung di basement. Bayangan keduanya masih terlintas di benaknya, tidak mau pergi. Seakan sudah tertempel permanen di sana.
Ia melajukan motornya ke suatu tempat. Hanya beberapa meter dari mall tersebut. Sampailah Ezra di Grand Craft Apartemen.
Rick, gue mampir ke lo ya?
Pesan itu ia kirim bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Ia keluar dan melewati salah satu Apartemen yang ia kenal selain tempat Ricky.
Kamar Tasya.
Baru saja Ezra melangkah, suara dentuman musik terdengar. Ia tidak bisa membayangkan berapa orang yang ada di dalam. Ezra langsung bisa menebak alasan kondisi Ricky seperti sekarang.
Diketuknya pintu apartemen Ricky. Ezra harap Ricky belum tidur. Setelah kali ketiga barulah pintu dibuka.
"Eh, sorry tadi gue ada di kamar," Ricky membuka pintu. Kacamata menggantung di atas hidungnya. Matanya masih terlihat menyedihnya. Ezra hanya bisa tersenyum.
"Hai Rick, Sorry nih kalo gue ganggu." Ezra mulai basa-basi.
"Nyelo aja sama gue, masuk masuk." Ricky membuka pintu lebih lebar dan menutupnya setelah Ezra masuk.
Ezra duduk di salah satu sofa. Rupanya Ricky sedang menyiapkan playstation untuk mereka berdua.
"Gue sempet baca pesan lo kok," Ricky duduk di sofa yang lainnya. Ezra mengangguk dan mulai menyiapkan kata-kata.
"Oh iya, kalo mau minum ambil sendiri, ya." Ricky mengambil ponselnya dan mengabaikan Ezra. Ezra yang melihat itu langsung menghela napas susah-susah. Ricky memang sering bercanda seperti itu, harus menguras tenaga dan perasaan.
"Di mana, Rick?" Ezra bertanya.
"Di Jonggol!" jawab Ricky acuh tak acuh dan terus memperhatikan layar ponsel. Ezra mendengus, memutuskan untuk mendekati playstation terlebih dahulu. Ezra memilih permainan dari kotak Ricky, kemudian mulai bermain.
"Bola terus lo, nggak bosen?" Ricky datang dan duduk sila di sebelah Ezra. Ezra terus bermain dan menghiraukan Ricky.
"Bodo?" Ezra akhirnya bersuara.
"Najis lo kayak cewek alay, pake ngambek segala." Ricky terkekeh di tempatnya. Tapi Ezra diam saja.
"Mampus lo kalah," Ricky masih tertawa dan mengambil sticknya untuk ikut bermain bersama Ezra.
"Bacot lo, udah lawan gue sekarang. Yang kalah traktiran!" Ezra mengeluarkan gertakannya dan di balas kekehan oleh Ricky, "O-oke siapa takut."
Babak pertama mereka seri, tidak ada yang menang dan kalah. "Istirahat jangan?"
"Lanjutin aja." Ricky tak menggubris Ezra dan bangkit untuk mengambil snack dan 2 kaleng soda.
"Gue ambilin, baek 'kan gue?" Ricky membuka soda dan meminumnya. Begitu pula Ezra, ia juga membuka bungkusan snack rasa balado tersebut.
"Oh iya, tumben lo mampir Zra?" Ricky belum menekan play permainannya. Tangannya masih menggenggam kaleng soda yang isinya tinggal setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity [✓]
Teen FictionSerenity (n) : the state of being calm, peaceful, and untroubled. Tapi, 'ketenangan' seperti apa? Sang puan hanya menahan pilu, berharap mampu mengucap rindu. Sang pangeran tertawa semu, tak bisa lupa akan masa lalu. Dua pemuda yang masih beradu, be...