Feby menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Posisinya tengkurap. Ia menyembunyikan wajahnya pada bantal. Sejak Feby pulang, ia hanya diam dan melipat wajahnya. Feby tidak menangis lagi di dalam mobil, dan itu mengakibatkan kondisinya sekarang. Feby menangis dengan bantal sebagai alasnya.
Geo mengetuk pintu kamar Feby dan langsung membukanya.
"Feby! Feby bangun!" Geo langsung menggoyang-goyangkan kaki adik bungsunya itu.
Geo tidak tau kalau Feby sedang menangis penuh pilu saat ini. Geo menggoyang-goyangkan kasur dengan cara melompat-lompat di atasnya. "Ayo bangun! Om punya kejutan." Yang dimaksud Om adalah dia sendiri.
Karena muak dengan kelakuan Geo, akhirnya Feby bangkit dan mangusap air matanya yang terus keluar.
"Hah? Feb? Lo kenapa?" Geo memberhentikan kegiatannya dan duduk bersila di hadapan Feby. Feby masih mengusap air matanya, kemudian manarik napas panjang. "Maaf, gue nggak tau kalau lo lagi nangis." Feby mengatur napasnya untuk kemudian memperhatikan Geo.
Satu menit berlalu, Geo memutuskan untuk melanjutkan tujuan asalnya menuju ke kamar Feby.
"Gue punya kejutan. Hore!!" Geo menyerahkan sebuah kotak yang isinya tidak diketahui oleh Feby. Feby hanya diam dan memperhatikan kotak itu. Geo yang gemas akhirnya membukakan kotak itu.
"Horee!!" Geo kembali berteriak dan Feby membelalakkan matanya. Sedetik kemudian ia memeluk kakaknya itu.
"Gue hebat! Gue emang pahlawan!"
Feby memakai isi dari kotak itu dan tersenyum penuh bahagia. Rasanya seperti terlahir kembali. Tanpa sengaja, Feby melihat ada secarik kerta yang ada di dalam kotak itu. "Itu surat!"
Kemarin, mama teriak heboh. Dikira apa, taunya mama nemuin alat pendengar lo waktu periksa baju-baju. Mama is our hero!
Feby langsung beranjak dari kasurnya dengan antusias. Geo yang melihatnya juga buru-buru mengikuti Feby yang sudah tahu akan ke mana. Feby menemukan Rosa yang tengah asyik menyaksikan acara sore. Rosa terkejut melihat Feby yang tiba-tiba memeluknya, diikuti Geo yang juga melakukan hal yang sama.
Rosa sadar akan perlakuan Feby. Ia mengusap kepala gadis itu dengan lembut. Kemudian mencubit tangan Geo yang melingkar di tubuhnya. "Kamu ini, masih aja pake sepatu!"
◊◊◊
Keesokan harinya, Rosa menyiapkan kotak obat lengkap untuk Feby. Entah apa yang membuat Feby ingin membawanya Rosa tidak tahu. Feby hanya menuliskan pesan kalau ia ingin membawa kotak obat ke sekolah.
Feby turun dan sudah dibalut seragam sekolah yang rapi. Feby berjalan mendekati Rosa dengan senyuman merekah di wajahnya. Feby mengambil roti isi dari piring dan membawanya untuk sarapan. Feby tidak punya waktu untuk sarapan, ia menghabiskannya di dalam mobil.
Rosa menyerahkan kotak berwarna putih dengan tanda plus merah pada Feby. Feby mengangguk dan memeluk Rosa sekilas. Geo membunyikan klakson mobil untuk mengingatkan Feby yang harus bergegas ke sekolah.
◊◊◊
"Kok nangis?" Geo bergumam sambil memutar stir mobilnya menuju gerbang sekolah. Ia sedikit bingung mengapa Feby menangis. Apakah sebenarnya adiknya itu memiliki masalah besar?
Feby melihat sekitar dan menghapus air matanya. Ia menoleh pada Geo dan tersenyum padanya. Geo yang melihat itu memang sedikit bingung. Geo mengusap kepala Feby sebelum gadis itu meninggalkan mobilnya.
"Perasaan cewek emang nggak bisa di tebak– Eh iya halo Alexa?"
Feby berjalan dengan cepat menuju kelasnya serta menghambur pada bangkunya. Ia menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Posisi itu biasa dipakai anak sekolah dasar untuk menangis, dan Feby melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity [✓]
Teen FictionSerenity (n) : the state of being calm, peaceful, and untroubled. Tapi, 'ketenangan' seperti apa? Sang puan hanya menahan pilu, berharap mampu mengucap rindu. Sang pangeran tertawa semu, tak bisa lupa akan masa lalu. Dua pemuda yang masih beradu, be...
![Serenity [✓]](https://img.wattpad.com/cover/87195331-64-k20045.jpg)