Dia membelah malam dengan cepat. Pikirannya masih kacau akibat ayahnya yang mengamuk tanpa ampun. Kasus yang menimpa ayahnya tak kunjung usai, hanya ditutup dan dialihkan. Lalu bagaimana sekarang? Mobil hitam di depannya maju tak kalah cepat. Hatinya mengumpat, pikiran dan perasaan tidak selaras kala itu.
Lalu bolehkah aku hancurkan saja sekarang?
Bising terdengar memekakan telinga. Cahaya lampu nan silau membutakan mata. Dia menambah kecepatan lajunnya dan menghiraukan klakson itu.
Setan apa saat itu, ketika dia tersadar, dengan cepat ia belokkan stang motornya ke samping agar tidak bertabrakan dengan mobil. Begitu halnya dengan mobil yang justru menabrak sisi jalan.
Tiba-tiba pikirannya kosong. Bukan trauma, hanya terkejut. Bisakah dia berpikir jernih sekarang? Tanpa rasa panik dan kekecewaan. Merelakan gadis yang menyesal di kemudian hari. Mengemis ketenangan pada benda terkutuk.
Bisakah dia menorehkan tanda, perdamaian ayah dan anak? Jika diam lebih baik, apa boleh mati menjadi penghujung?
___
-31,okt 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity [✓]
Ficção AdolescenteSerenity (n) : the state of being calm, peaceful, and untroubled. Tapi, 'ketenangan' seperti apa? Sang puan hanya menahan pilu, berharap mampu mengucap rindu. Sang pangeran tertawa semu, tak bisa lupa akan masa lalu. Dua pemuda yang masih beradu, be...