Yang mana lagi?
Ezra mengirimkan pesan pada Feby untuk bertanya pekerjaan rumah apalagi yang harus dikerjakannya.
Tas Feby ia dapatkan dari Burhan. Dan kondisinya masih utuh. Ezra bersyukur jika Feby selamat. Meski rasanya benci pada Ethan tidak akan pernah ilang, mulai dari sekarang.
Ezra bertanya apa ada PR yang harus dikerjakannya, setidaknya tugas untuk esok hari. Pastinya Ezra tidak keberatan. Justru hati kecilnya bersorak entah mengapa.
Pemikiran Ezra sudah bulat, bahwa Feby yang di maksud Ethan adalah Febyona. Bahkan yang membuat Ezra terkejut lagi adalah status Ethan yang ternyata mantan Feby. Tentu saja kenyataan itu susah diterima Ezra. Namun, kata 'mantan' diartikan sebagai virus dan bahkan Ezra yakin Feby membenci pemuda itu.
Halaman 30 juga
Ezra membuka lembar demi lembar dan akhirnya sampai pada halaman yang dituju. Ia melihat ada secarik kertas kecil dan rupanya itu adalah sebuah puisi singkat buatan Feby. Sangat khas, yaitu puisi yang tidak bisa langsung dimengerti, karena terdapat makna yang tersembunyi pada puisi itu. Ezra tidak begitu paham bahasa, tapi ia rasa seperti itu.
Andhika
Tahukah kamu aku rindu?
Tahukah kamu aku sayang?
Yang ku butuhkan hanya andhika
Di kala melodi menusuk jiwa
Irama malam menjemput asa
Bisu, diam seribu bahasa
"Cowoknya namanya Andhika?" Ezra menyimpulkan dan benar-benar tidak mengerti. Mungkinkah maksud puisi itu diperuntukkan Andhika?
Tapi Ezra memutuskan untuk menyimpan secarik kertas itu di selipan bukunya.
Setelah setengah jam berlalu, akhirnya pekerjaan Feby selesai juga. Ezra mengetikkan sesuatu untuk Feby.
Besok, lo harus hati-hati. Kalo bisa, gue yang nemenin lo, jadi si Ethan nggak bakal bisa nyerang. Atau kalo nggak di jemput, lo langsung bilang gue aja. Pokoknya itu harus!
Feby tersenyum membaca pesan dari Ezra, terasa aneh saja jika Ezra menyuruhnya seperti itu. Memangnya Feby siapa? Tidak pantas diprioritaskan. Tapi ia senang diperlakukan seperti itu. Entah sudah sejak kapan jantungnya terasa berpacu. Apakah malam ini Feby bisa memejamkan mata dengan tenang, atau harus sekarat karena terus tersenyum dan membayangkan Ezra setiap ia akan terlelap.
◊◊◊
"Yang ini aja. Itu pedes!"
"Nggak, biar gue yang ambil."
"Duduk sana gih, buruan. Antrinya gue aja."
"Awas licin, hati-hati."
"Itu kecapnya awas muncrat!"
Sudah tidak terhitung omelan yang diterima Feby dari Ezra. Padahal bukan dia yang mengajaknya ke kantin. Dan bukan kemauannya setiap pesanan yang tersedia di atas meja. Bukan atas dasar keinginannya.
Ezra menyuruh Feby untuk tetap di dekatnya. Feby tidak akan menduga jika akan seperti ini caranya. Saat istirahat, ia tidak biasa berada di tempat ramai seperti kantin ini. Ia biasa duduk di bangku yang sepi dan tidak menyakitkan telinganya.
"Abis ini lo olahraga?"
Feby mengangguk.
"Kok gue nggak pernah liat lo olahraga? Emang nggak ikut?"
Feby mengangguk.
"Emang boleh?" Kali ini Feby mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
Kalo ujian doang gue ikut
Berita baiknya, sekolah memulangkan seluruh siswa dikarenakan rapat mendadak yang diadakan yayasan sekolah. Hal itu di sambut baik oleh seluruh siswa. Tanpa terkecuali Ezra yang menyusun sebuah rencana.
"Ekhem, PDKT nih kayaknya." Arfan muncul dari balik tubuh Ezra. Ezra menghiraukan sahabatnya itu.
"Heh! Lo dengerin gue nggak!" Arfan menjitak kepala Ezra yang dibalas ringisan kecil olehnya.
"Apaan sih!"
"Wuh! Iya sih buta, tapi nggak usah mendadak pura-pura tuli juga dong!" Arfan menyindir Ezra yang hanya dibalas gumaman oleh Ezra. "Yaudah deh nggak bakal gangguin PDKT-nya."
"Arfan, dia itu udah punya pacar!"
"Nggak kalo ternyata dianya suka sama lo." Ezra memutuskan untuk diam karena ucapan Arfan barusan.
"Nggak kalo lo nembak dia, pasti dia bakal mutusin pacarnya. Gue jamin deh!" Ezra tertawa mendengarnya dan menggelengkan kepala.
"Dah, udah nggak usah di bahas. Gue mau cabut!"
"Tapi pajak jadiannya harus jadi ya!" Arfan bersuara lagi.
Ezra mengacungkan ibu jarinya ke udara seraya berlalu dari hadapan Arfan. Arfan hanya bisa memandang Ezra dengan senyuman miring. Memaklumi sikap sahabatnya itu. Punggungnya kian mengecil dan hilang setelah berbelok.
Ezra membawa Feby ke pusat kota, yang tentu saja sebuah mall. Awalnya Feby menolak, tapi ia juga tidak ingin pulang sendiri dengan beberapa resiko yang disebutkan Ezra untuk mencuci otak Feby. Ya, bisa di bilang modusnya para pujangga. Mereka hanya bermain di arcade terdekat dan makan dengan makanan cepat saji yang tersedia. Tidak ada yang spesial, namun keduanya menyimpan perasaan mendalam yang tidak diutarakan.
Gue nge-date, demi apa?
Kondisi mereka yang bisa di bilang dekat ini terus berlanjut hingga periode satu minggu. Sebelum terdengar bahwa Ethan sudah mendekap di balik jeruji besi.
Dia kena kasus narkoba.
Iya gue denger kemaren dari geng sebelah.
Jadi masalah kita kelar?
Iya kelar.
Buat gue belum.
Belum? Apalagi Zra?
Gue harus tau masalah dia kenapa bawa-bawa gue.
Pada hari yang sudah ditentukan, Ezra di temani Arfan, membesuk Ethan di penjara. Sebenarnya bukan membesuk, tapi meminta penjelasan.
"Tanya aja noh sama bokap lo!"
"Jawab sekarang!"
"Lo! Yang! Seharusnya! Ada! Di! Penjara! Waktu itu!" Ucap Ethan penuh penekanan. Membuat Ezra geram tidak mengerti dangan ucapan Ethan. Namun, waktu pembesukan sudah habis. Alhasil, Ezra tidak mendapat petunjuk sama sekali.
Tanya aja noh sama bokap lo!
Jika itu satu-satunya cara, maka akan Ezra lakukan. Tapi Ezra merasa itu bukan satu-satunya cara.
"Lagian ngapain sih orang gila di dengerin."
"Dia nggak sepenuhnya gila Fan."
"Menurut gue sih kita bisa dapet pentunjuk dari seseorang." Ezra menoleh pada Arfan yang tersenyum miring entah mengapa. Ezra tidak yakin ada seseorang yang memahami masalahnya selain Ethan. Bahkan Ezra sendiri tidak memahami masalahnya.
"Febyona pasti tau!"
Ezra terdiam. Tidak yakin dengan simpulan dari Arfan. "Dia kan mantannya. Mungkin aja ada sangkut pautnya. Lo juga harus tau latar belakang Feby sebenernya. Mungkin masa lalunya emang privasi, tapi yang lo butuhin Cuma petunjuk. Lagian gue yakin kok dia pasti bakal bantuin lo."
Ezra menyimak pendapat dari Arfan dengan baik. "Dan kayaknya lo sekalian nembak dia aja! kan kalian udah deket tuh. Buruan, biar gue cepet dapet PJ."
Apa hubungannya, sobat!
"Lo kalo mau kasih advice ke gua jangan ngaco!"
Ezra menoyor kepala Arfan. Sementara Arfan tertawa geli dari balik kursi kemudi Ezra. Arfan menyembulkan kepalanya kembali. "Btw, Feby ternyata cantik juga ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity [✓]
Teen FictionSerenity (n) : the state of being calm, peaceful, and untroubled. Tapi, 'ketenangan' seperti apa? Sang puan hanya menahan pilu, berharap mampu mengucap rindu. Sang pangeran tertawa semu, tak bisa lupa akan masa lalu. Dua pemuda yang masih beradu, be...