Jilid 1

4.7K 65 10
                                    

ANG TOA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANG TOA

DI JALAN RAYA yang menghubungkan jalan Cing-an dengan jalan ke-Bu-tong, tampak, ber-lari2 seorang anak lelaki kecil berusia delapan tahun, sambil berlari-lari begitu, mulutnya tidak hentinya mengoceh seperti bernyanyi.

"Plak, plak, plak,
Kudaku lari keras sekali,
Gagah dengan pedang,
Berani menghadapi maut,
Siapa yang menghadang,
Ditabraknya dengan segera.
Plak, plak, plak,
Kudaku warna bulunya merah,
Larinya keras jika tengah marah,
Meraung keras dengan gagah.
Siapa berani menentangnya ?"

Terus juga anak lelaki itu berlari-lari dengan mulut mengoceh tidak hentinya seperti itu, dia berlari dengan membawa sikap seperti tengah menunggangi seekor kuda, tubuhnya digentak-gentakkan. 

Tetapi waktu dia melihat seorang anak lelaki sebaya. dengannya sedang bermain kelereng, dan seorang anak lelaki,lainnya berusia diantara sepuluh tahun tengah berjongkok untuk menyentil kelerengnya, anak lelaki ini telah meng hampirinya. 

Tahu-tahu tangan kanannya digerakkan, waktu telah berada dekat dengan kedua oraag-anak itu, dia telah menjitak kepala, anak yang berusia diantara sepuluh tahun, cukup keras jitakannya itu, sampai memperdengarkan suara 'takk..... !', sedangkan anak yang seorangnya lagi waktu melihat munculnya anak-lelaki yang nakal itu, telah ketakutan dan memutar tubuh bermaksud melarikan diri, tetapi anak lelaki itu telah mengejarnya dan mengayunkan tangaanya, 'Tak.....!' kepala anak itu juga telah dijitaknya lagi.

"Serahkan semua kelereng kalian !" kata anak lelaki yang nakal ini.

Kedua anak itu tampaknya takut terhadap anak yang nakal itu, mereka telah memberikan sebagian dari kelereng mereka.

"Jangan diambil semua, Ang-toa (situa Ang)!" kata anak yang berusia sepuluh tahun itu dengan muka meringis menahan takut.

Ang-toa, anak lelaki yang nakal itu, telah mendelikkan matanya, tangan kanannya dengan ringan telah bergerak lagi menjitak kepala anak berusia sepuluh tahun itu.

"Kepalamu mau bengkak kujitaki terus?" bentak Ang-toa sambil mengulurkan tangannya seperti meminta dengan paksa kelereng kedua anak itu.

Kedua anak tersebut yang memang rupanya jeri berurusan dengan Ang-toa, telah menyerahkan lagi sebagian kelereng mereka, sehingga sebutirpun mereka tidak memilikinya lagi.

Setelah menerima semua kelereng itu, tampak Ang-toa telah ber-lari2 lagi, tangan kanan dan tangan kirinya menepuk-nepuk sakunya, sehingga terdengar "crengggg....., crengggg......!" suara terbenturnya tangan dengan kelereng yang berada didalam sakunya, dan sambil berlari-lari begitu, dia juga telah bernyanyi-nyanyi tiada hentinya dengan lagunya yang cukup jenaka itu :
"Plak, plak, plak, kudaku lari keras sekali, Gagah dengan pedang, Berani menghadapi maut, Siapa yang menghadang, ditabraknya dengan segera. Plak, plak, plak, kudaku warna bulunya merah, Larinya keras jika tengah marah, Meraung keras dengan gagah. Siapa berani menentangnya ?.........."

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang