Jilid 83

956 19 0
                                    

ONG TIONG YANG menghela napas. „Memang tidak ada peraturan seperti itu, yang melarang seorang Tojin melakukan perjalanan bersaman deogan seorang gadis cantik. namun ... namun karena aku seorang tojin dan engkau seorang gadis, terpaksa pinto harus memikirkan nama baikmu.
Bagaimana jika sampai terjadi engkau melakukan perjalanan bersama denganku dan nama baikmu jadi rusak karenanya, bukankah hal itu harus dibuat sayang ..... ?"
Ong Tiong Yang setelah berkata begitu meoghela napas dalam2 sambil meooleh memandangi sigadis she Ong tersebut.
Ong Kiet Mei menundukkan kepalanya.
„Apakah dengan melakukan perjalanan dengan seorang tojin, maka bisa merusak nama baikku?" seperti menggumam sigadis berkata.
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Ya, urusan itu memang tidak pantas jika dilihat sepandang mata, karena engkau
seorang gadis dan aku seoraog Tojin, yaitu seorang lelaki, malah usia masih sama2 muda, inilah yang membuat pinto harus berpikir dua kali jika harus melakukan perjalanan dengan nona.... untuk menjaga nama baikmu!"
Sigadis menghela napas dalam-dalam.
„Jadi Totiang memang tetap dengan keputusaamu tidak bersedia melakukan perjalanan bersamaku?"
„Bukan begitu!" kata Ong Tiong Yang.
„Lalu?"
„Sesungguhnya nona Ong, engkau harus memikirkannya dengan baik-baik, karena semua ini untuk kebaikanmu juga ... aku tidak mau jika nanti kau dibicarakan orang karena tindakan kita melakukan perjalanan berdua, tentu nama keluargamu bisa rusak karenanya......!"
Sigadis tertawa.
„Totiang, Yang terpenting, kita tidak melakukan sesuatu yang melanggar bukan? Dan, apa kata orang, mengapa kita harus memperdulikannya?"
„Tetapi walaupun bagaimana, seorang tosu muda dan nona secantik kau, melakukan perjalanan bersama tentu akan memberikan kesan yang lain, dan dengan sendirinya akan membuat pinto tidak leluasa juga ....... "
Sigadis menghela napas.
„Jika memang demikian, baiklah... aku mengerti Totiang memang tetap menolak keinginanku untuk melakukan perjalaaan bersamamu..!" dan berkata sampai disitu, sigadis menangis lagi.
Ong Tiong Yang jadi sibuk membujuknya.
Tetapi gadis she Ong tersebut menangis terus dengan suara isak tangis yang semakin lama semakin keras.
„Baiklah, pergilah kau Totiang...l" kata gadis itu diantara isak tangisnya. Tinggalkan aku.
„Mengapa nona harus bersikap begitu walaupun kita tidak melakukan perjalanan bersama, tokh kita masib tetap bersahabat?"
Namun sigadis meng-geleng2-kan kepalanya terus menerus, sambil katanya: „Pergilah tinggalkan aku...l" tampaknya gadis she Ong tersebut memang merasa kecewa sekali.
„Nona Ong, kau masih berusia muda engkau masih memiliki banyak kegembiraan mengapa engkau harus mengambil sikap seperti ini, bukankah jika kita memiliki jodoh untuk bertemu lagi,kelak kitapun bisa berjumpa pula?"
Ong Kiet Mei meng-geleng2-kan kepalanya terus sambil menangis tak hentinya, malah ia berulang kali juga berkata: „Tinggalkan aku.... pergilah tinggalkan aku ....!"
Ong Tiong Yang menghela napas dalam lagi, lalu katanya : „Baiklah nona Ong, semoga kelak engkau bisa berpikir lebih jauh dan juga mau mengerti duduk persoalan ini, baik-baiklah engkau membawa diri, tentu ayahmu telah merindukan benar padamu.... alangkah bijaksananya jika nona kembali pulang kesisi ayahmul"
Sigadis menyeka air matanya.
„Totiang tidak perlu menasehati aku... aku tahu apa yang harus dilakukan....!" dan sigadis melompat berdiri, ia telah berlari pergi.
Ong Tiong Yang berdiri menjublek ditempat-nya beberapa saat lama-nya, pikirannya jadi agak kalut dan akhirnya ia menghela napas, sambil melangkah per-lahan2 melanjutkan perjalanan-nya, ia bernyanyi dengan suara yang perlahan.
Waktu itu hari sudah menjelang sore dan juga sinar Matahari senja yang memerah menye babkan padang rumput itu indah sekali, di-mana helai2 rumput yang tumbuh tinggi itu telah ber-gerak2 dihembus oleh siliran angin.
Keadaan seperti ini membuat Ong Tiong Yang tambah berduka.
la menyadari, dan meolak keinginan gadis she Ong untuk melakukan perjalanan bersama-nya, merupakan urusan yang menyakiti hati gadis tersebut, yang terluka perasaannya, namun Ong Tiong Yang tetap dengan pendirian-nya, karena ia tahu, jika sigadis melakukan perjalan bersamanya, bukan saja akan mnembuat dia jadi begitu kikuk dan bergerak tidak leluasa, pun tidak baik menurut pandangan umum.
Ong Tiong Yang melangkah terus dengan pikiran yang tidak menentu, melakukan perjalanan dengan bayangan Ong Kiet Mei selalu melekat dipelupuk matanya, dimana ia berkasihan mengingat bahwa gads tersebut masih berusia muda dan juga menangis kecewa begiiu sedih, tetapi Ong Tiong Yang memang terpaksa sekali mengeraskan hatinya, menolak permitaan Ong Kiet Mei.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang