Jilid 85

760 16 0
                                    

PEMUDA BERBAJU HIJAU itu telah tertawa tawar, ia melirik kepada kawan2nya orang yang bersenjata poan-koan-pit itu, katanya dengan suara yang dingin : „Kalian berjumlah delapan orang, mengeroyok seorang lelaki tua seperti itu, apakah engkau dan kawan2mu memang memiliki kulit muka terbuat dari kulit badak heh...?"

Melihat pemuda itu bukannya takut, malah mendamprat dirinya, orang yang bersenjata poan-koan-pit itu, tambah murka, ia telah membentak bengis samibil membanting kaki: „Kau belum mengetahui siapa kami, sehingga engkau berani kurang ajar seperti itu....! Baik! ! baik! Engkaupun rupanya minta dihajar! Kami Pat Eng Ciu (Delapan Garuda Arak) akan membereskan kau juga."

Mendengar disebutnya Pat Eng Ciu pemuda. berbaju hijau itu tertawa tawar.

„Aha...., rupanya Pat Eng Ciu yang sangat terkenal itu?" katanya. „Baik..., baik..., aku Oey Yok Su ingin sekali berkenalan dengan Pat Eng Ciu! Tentu saja, kalian perlu maju berdelapan .... karena jika kalian maju seorang2 hanya membuang-buang waktu saja..... !"

Bukan main murkanya orang yang bersenjata Poan-koan-pit, ia telah menggerakkan tangan nya untuk melancarkan totokan dengan senjata nya. Tetapi seorang kawannya telah mencekal tangannya.
„Tunggu dulu!" kata kawannya, yang bersenjata pedang. Dan kemudian menoleh kepada Oey Yok Su sambil tanyanya: „Apaka,h engkau Qey Yok Su, yang sangat. terkenal di dalam rimba persilatan sebagai Tocu dari Tho Hoa To?"
Oey Yok Su .....mendengus dingin.
„Benar, dan kalian tadi telah mendesak orang tua itu utuk mengakui bahwa Kepaudaian kalian berdelapan lebih tinggi dari kepandainya, maka sekarang biarlah aku yang muda she Oey menggantikannya, untok membuktikan hal itu, dimana. aku akan menghadapi kalian.....!"
Pat Eng Ciu merupakan delapan orang pendekar gagah didalam rimba persilatan. Mereka juga gemar sekali minum arak, sampai mabok2-an hebat. Itulah sebabnya mereka memperoleh gelaran sebagai Pat Eng Ciu.
Tetapi jiwa mereka sesungguhnya baik, mereka juga berasal dari kalangan lurus, dimana mereka mempelajari ilmu silat yang cukup tinggi. Walaupun tidak bisa disebut sebagai jago2 nomor satu, namun jarang ada orang yang bisa menghadapi mereka. Tetapi ada satu sifat yang sama dimliki kedelapan orang ini, mereka sela!u ingin menang diatas orang lain, selalu merasa bahwa kepandaian mereka berdelapanlah yang tertinggi tanpa tandingan. Karena sifat mereka inilah kedelapan jago tersebut sering terlibat dalam pertempuran. Dengan berdelapan sekaligus maju, meaghadapi lawan, mereka maka Pat Eng Ciu selalu berhasil merngalahkan lawan2nya.
Dan begitu juga halnya dengan crang tua bertubuh pendek tersebut, ia merupakan seorang tokoh persilatan yang memiliki...kepandaian tinggi, ia bernama Han Bun Liong, pertemuannya dengan delapan Pat Eng Ciu telah menyebabkan mereka bertempur, karena Pat Eng Ciu menantangnya untuk bertempur, dan Han Bun Liong telah berhasil dilukai oleh Pat Eng Ciu.
Waktu itu Pat Eng Ciu mendesak agar Han Bun Liong mengakui bahwa kepandaian kedelapan jago itu berada diatas dirinya, namun Han Bun Liong menolaknya. Ia berusaha melarikan diri. Tetapi jejaknya selalu berhasil ditemui oleh kedelapan lawan2-nya. Begitulah baberapa kali terjadi pertempuran diantara mereka, yang selalu Han Bun Liong berada dipihak yang kalah dan semakin terluka lebih hebat.
Namun sejauh itu Han Bun Liong tetap tidak mau mengakui bahwa kedelapan orang itu lebih tinggi kepandaiannya dari dia. Bun Liong malah lebih rela mati ditangan lawan2nya itu.
Terakhir, dia telah berhasil melarikan diri dan menyembunyikan diri didaerah pekuburan tersebut. Ia pun telah mencuri sebuah peti mati dan menculik seorang tukang batu, yang di paksa untuk membuat kuburan yang ada pintu rahasianya. Kuburan yang dipergunakannya adalah kuburan dari orang yang tidak dikenalnya dan telah dibongkarnya. Tukang batu ilu telah membuatkan ruangan untuk meletakkan peti mati itu. Setelah selesai semuanya, Han Bun Liong menotok jalan darah lupa ingatan dari tukang batu itu, sehingga pergi dengan otak yang tidak waras lagi.

Lebih hebat lagi, dimana suara serulingnya sebentar meninggi, melengking, sebentar merendah perlahan sekali, seperci juga suara tangis yang menyatkan hati.
Perasaan dan jantung dari Pat Eng Ciu jadi semakin tergoncang bebat.
Mereka berdelapan telah berusaha untuk menguasai perasaan mereka, tetapi selalu gagal.
Dengan demikian, membuat mereka jadi mengeluarkan suara bentakan vang nyaring untuk memechakkan perbatian mereka dari pengaruh suara seruling itu.
Tetapi tidak juga mereka terlepas dari pengaruh suara seruling Oey Yok Su.
Malah waktu Oey Yok Su meniup dengan nada yang menghentak-hentak, diwaktu itulah kedelapan Pat Eng Ciu sudah tak bisa mempertahankan diri, mereka menggerakan kedua tangan mereka, seperti tengah bersilat atau juga seperti tengah menari.
Orang tua bertubuh pendek Han Bun Liong telah mengetahui bahwa Oey Yok Su meniup serulingnya itu untuk meaguasai kedelapan lawannya. Walaupun Han Bun Liong, berdrri diluar gelanggang, terpisah sepuluh tombak lebih tidak urung iapun terpengaruh snara seruling.
Han Bun Liong merasakan jautungnya berdebar karas sekali, dan kedua tangan dan kedua kakinya seperti ingin berteriak?.
Cepat-cepat Han Bun Liong mengempos tenaga dalamnya, ia berusaha manguasai dirinya.
Namun gagal, dan ia seperti akan menari. Dengan kaget Han Bun Liong menotol tanah dengan kedua kakinya, ia telah melompat mundur berulang kali, menjauhkan diri belasan tombak lagi. Tetapi pengaruh seruling itu masih juga membuntutinya dan ia masih ingin menari.
Cepat-cepat Bun Liong melompat mundur lagi dan akhirnya ia bisa juga terhindar dari pengaruhnya suara seruling Oey Yok Su.
Sedangkan Pat Eng Ciu yang waktu itu tengah me-nari2 dibawah pengaruhnya suara seruling Oey Yok Su, terus juga berteriak-teriak: „Hentikan..... hentikan...... !"
Tetapi Oey Yok Su terus meniup surulingnya. Symbil meniup, kakinya juga tetah melangkah kesana-kemari, daeliogi dengan tubuhnya yang berkelebat cepat seperti gumpalan warna hijau.
Suara seruling itu tetap mengalun panjang dan pendek tidak menentu.
Dengan mengaudalkan suara serulingnya itu ternyata Oey Yok Su telah dapat menguasai delapan lawannya, yang terus juga me-nari2 semakin cepat.
Tentu saja kedelapan jago Pat Eng Ciu tersebut ketakutan bukan main.
Harus diketahui, jika mereka terlalu lama dikuasai oleh suara seruling yang di iringi dengan lwekang yang telah sempurna, tentu mereka akan menari terus dan kehabisan tenaga, dan akhirnya mereka akan mati lemas.
Itulah yang ditakuti oleh Pat Eng Ciu maka mereka sambil menari2 berusaha mengerahkau lwekang mereka untuk membendung pengaruh suara seruling itu.
Namun kedelapan jago itu selalu gagal dengan usaha mereka, lwekang mereka rupanya tidak semahir yang dimiliki Oey Yok Su.
Ada berapa orang diantara mereka yang berusaha menggerakkan tangan mereka menutupi telinga mereka, tetapi itu tidak lama.
Begitu suara seruling mangalun meninggi di waktu itu pula tangan mereka tak bisa menempel ditelinga telah ber-gerak2 menari lebih hebat.
Benar2 Pat Eng Ciu jadi ketakutan bukan main, mereka sampai ber-teriak: „Hentikan....... kami menyerah kalah.... kami menyerah kalah dan senjata mereka telah berjatuhan malang melintang ditanah.
Disaat itu Oey Yok Su meneruskan tiupan serulingnya, sama sekali dia tidak memperdulikan teriakan2 Pat Eog Ciu.
Dan juga suara serulingnya itu mengalun terus semakin meninggi.
Bagaikan kalap, kedelapan Pat Bng Ciu tersebut me-nari2 lebih cepat dan kuat.
Sampai akhirnya tenaga mereka habis dan Pat Eng Ciu rubuh terjungkal lemas diatas tanah, muka mereka pucat sekali.
Waktu itulah Oey Yok Su baru berhenti meniup serulingnya.
,,Hemm....., kalau memang aku tidak menaruh belas kasian pada kalian, aku bisa meniup serulingku ini dan kalian akan mati lemas.... !" kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.
Kedelapan jago Pat Eng Ciu itu tidak menyahuti, mereka telah cepat2 duduk bersemedhi, untuk mengatur jalan pernapasan mereka.
Lewat beberapa saat, mereka telah melompat berdiri, salah seorang diantara mereka telah berkata sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Oey Yok Su : „Sungguh menakjubkan sekali....! Rupanya apa yang tersiar didalam rimba persilatan, bahwa Auwyang Hong, Aog Cit Kong, Org Tiong Yang, Toan Hongya dan Oey Yok Su benar2 merpakaan jago-jago yang memiliki kepandain luar biasa. Dan lima jago luar biasa itu ter nyata memang tidak memiliki nama kosong.
Mendengar disehutnya nama Ang Ctt Kong, Ong, Tiong Yang, Auwyang Hong dan Toan Hongya maka Oey Yok Su berobah.
„Hmmm...., aku tidak bisa dipersamakan dengan mereka!" kata Oey Yok Su kemudian. ,,Kami berlima memang bersahabat dan memiliki kepandaian sendiri-sendiri, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka tidak bisa dipersamakan seperti itu !"
Orang yang berkata tadi telah menganguk cepat.
,,Benar, dengan hanya sebatang seruling, dan dengan mempergunakan suara seruling saja, kami telah rubuh ditangan Oey Taihiap, apa lagi jika memang Oey Taihiap mempergunakan kepandaianmu, tentu kami akan terbinasa hanya dalam satu gebrakan"
Oey Yok Su menatap dingin kedelapan Pat Eng Ciu, kemudian : „Hemmmm...., kalian semula merasa bahwa kepadaian kalian berdelapan sangat tinggi dan medesak orang tua itu untuk mengakui bahwa kepandian kalian berada diatas kepandaiannya. Sekarang bagaimana pendirian kalian?"
„Kami berdelapan memang merupakan katak-katak dalam tempurung, sama sekali tak bisa melihat tingginya langit dan dalamnya bumi. Sungguh membuat kami menjadi malu sekali !" menjahuti salah seorang Pat Eng Ciu.
„Kalau memang kalian telah menjadari akan hal itu, sekarang kalian pergilah......!" kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.

Pat Eng Ciu tidak berani banyak hicara lagi, mereka kuatir kalau2 Oey Yok Su merobah keputusannya itu. Mereka telah memberi hormat dan kemudian berlalu meninggalkau tempat itu Oey Yok Su hanya mengawasi saja. Sedangkan Han Bun Liong telah menghampiri Oey Yok Su.
„Terima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh Oey Taihiap ...!" katanya simbil memberi hormat.
Oey Yok Su menyingkir: kemudian deagan sulara yang tawar ia berkata: „Kau juga pergi meninggalkan tempat ini . . !"
Ha.n Bun Liong jadi tertegun.
,.Apa...... Oey Taihiap?" tanyanya tergagap tidak mempercayai apa yang didengarnya.
„Apakah telingamu tuli? Pergi dari tempat ini!" kata Oey Yok Su lagi. Dingin sekali suara nya.
Han Bun Liong memandang sejenak pada Oey Yok Su lalu ia menjura emmberi hormat dan memutar tubuhnya, berlalu meninagglkan tempat itu.
Oey Yok Su masih berdiri ditempatnva, is mengawasi kuburan2 yang terdapat ditanah pekuburan tersebut, mulutnya bersenandung perlahan dan kemudian mengangkat seruling lalu ia meniupnya.
Suara serulingpun mengalun disekitar tempat tersebut, mengisi kesepian dan kesunyian ditanah pekuburan tersebut.
Sejak terjadinya peristiwa itu dimana Oey Yok Su merubuhkan Pat Eng Ciu hanya dengan menggunakan suara serulingnya, ia memperoleh keharuman nama yang bukan main dan terkenal sekali, karena Pat Eng Ciu setiap kali bertemu dengan orang2 rimba persilatan, baik yang menjadi lawan mereka, maupun yang merupakan sahabat mereka, selalu membicarakan perihal kegagahan dari Tocu Tho Hoa To tersebut, yaitu Oey Yok Su.........
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang