Jilid 16

1.4K 32 0
                                    


TERDAMPAR DI PULAU TERPENCIL

PERAHU itu meluncur lebih cepat dari semula, dan tidak lama kemudian titik hitam dikejauhan itu kian membesar dan jelas.
Memang Oey Yok Su memiliki mata yang sangat tajam, ia mulai dapat melihat tepian pulau tersebut.
Tetapi walaupun telah terlihat oleh mata, jarak yang harus ditempuh guna mencapai pulau tersebut cukup jauh.
Karena itu ia telah keburu letih, dan beristirahat beberapa kali.
Apa lagi rasa haus clan lapar terlalu mencekam dirinya.
Setetah mendayung lagi sampai beberapa saat, waktu fajar akan menyingsing.
Oey Yok Su tiba didaratan pulau tersebut.
Hatinya bergoecang-goncang karena girang.
la baru saja ter-lolos2 dari kematian karena amukan topan dan kemudian terhindar dari kehausan dan kelaparan, sebab Oey Yok Su melihat pulau tersebut banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon yang cukup lebar.
Dengan sendirinya tentu terdapat sumber air dan makanan yang bisa menangsel perutnya.
Dengan langkah kaki yang lesu Oey Yok Su telah menyusuri tepi pantai itu, memasuki sebuah hutan yang tidak begitu lebat.
Untuk girangnya cepat sekali dia berhasil menemukan sumber mata air, sehingga dengan lahap Oey Yok Su menghirup air tersebut, melenyapkan rasa hausnya.
Dengan diperolehnya air untuk pelenyap dahaganya, kini semangat Oey Yok Su jadi terbangun kembali. Ia pun merasa segar.
Kini perasaan lapar saja yang menggodanya, tetapi perasaan lapar tersebut masih bisa ditahannya, tidak akan sehebat perasaan haus yang mencekamnya.
Maka setelah merasa cukup meminum air dari sumber mata air tersebut, Oey Yok Su melanjutkan perjalanannya.
Dan ia pun telah memetik tiga buah yang berbentuk bulat seperti apel, namun Oey Yok Su tidak mengetahui entah apa nama buah itu.
Untuk mengurangi rasa laparnya Oey Yok Su telah memakan buah itu dengan lahap, sebentar saja ketiga butir buah itu telah pindah keperutnya.
Lalu Oey Yok Su mengambil duar butir lagi, dan memakannya pula.
Setelah kenyang, Oey Yok Su merebahkan tubuhnya dibawah sebatang pohon, guna melenyapkan letihnya.
Telah hampir tiga hari ia tidak tidur, karena dicekam perasaan lapar dan haus diombang-ambingkan oleh gelombang laut. Kini selain hausnya yang telah lenyap, pun perasaan laparnya sudah tidak mengganggunya lagi maka ia bisa tidur dengan nyenyak untuk melenyapkan perasaan letihnya itu.
Namun belum lama Oey Yok Su tertidur, ia mendengar suara berkeresek, seperti ada langkah-langkah kaki yang tengah mendekatinya.
Sebagai seorang pemuda yang telah digembleng oleh seorang guru yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti Tang Cun Liang, tentu saja Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi pula dan memiliki pendengaran yang tajam.
la terbangun dari tidurnya justru karena mendengar suara berkeresek seperti itu.
Waktu Oey Yok Su mendarat dipulau tersebut menjelang fajar dan saat itu waktu menjelang tengah hari, sinar matahari juga bersinar terik.
Dengan penuh kewaspadaan Oey Yok Su memandang kesekelilingnya.
la tidak melihat siapapun juga.
Tetapi suara langkah kaki itu masih terdengar, kian mendekati, dan juga suara langkah kaki itu berat sekali, menunjukkan bahwa, yang tengah melangkah mendatangi itu memiliki tubuh yang sangat berat sekali.
Dengan mata yang tajam Oey Yok Su memandang kearah datangnya suara langkah kaki itu.
Suara langkah kaki itu lenyap.
Oey Yok Su menghela napas, ia mengetahui tentu ia akan menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Didengar dari suara langkah kaki itu, memang menunjukkan bahwa ada makluk yang sedang mengintainya.
Tetapi entah dimana makluk itu berada.
Oey Yok Su jadi diliputi perasaan bimbang pula.
Entah makluk yang mengintai dirinya itu seorang manusia atau binatang buas ?
Tetapi Oey Yok Su lebih cenderung menduga manusia, karena didengar dari suara langkah kakinya memperlihatkan hanya dua kali tindakan yang saling susul, bukan berkaki empat. Juga gerakan dari suara langkah itu berat: Jika binatang buas tentu langkah kakinya ringan sekali.
Tetapi nyatanya langkah-langkah kaki itu lenyap dan sekarang tidak terdengar lagi.
Oey Yok Su yang telah pulih kesegaran tubuhnya; ia melompat berdiri dan mengawasi sekitarnya dengan cermat.
la melangkah mendekati kearah dari mana tadi dia mendengar suara langkah kaki itu mendekati, dan kemudian lenyap.
la melihat seonggokan rumpun yang lebat terdapat disitu.
Tentu makluk yang mengintai dirinya barsembunyi ditempat itu.
Dengan langkah kaki yang ringan, Oey Yok Su telah melompat kedekat pohon-pohon yang rimbun tersebut.
Tetapi baru saja Oey Yok Su ingin mendekati lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara erangan yang menyeramkan. Suara erangan yang aneh sekali, menggetarkan hati Oey Yok Su. Suara erangan itu bukan suara erangan manusia. Entah suara erangan dari makluk apa.
Oey Yok Su jadi kian berwaspada, karena dia menyadari bahaya tengah mengancamnya. Setidak-tidaknya makluk yang tengah bersembunyi itu tentunya penghuni pulau ini.
Waktu Oey Yok Su tengah berpikir apa yang harus dilakukannya, disaat itulah ia mendengar lagi suara erangan yang aneh, mengandung kebuasan.
Dan disusul kemudian dengan suara berkereseknya pohon-pohon yang tergeser dari samping Oey Yok Su.
Pemuda ini dengan gesit telah memutar tubuhnya sambil menoleh.
Namun gerakannya itu disusul dengari segera dilihatnya sesosok tubuh yang berwarna putih dan tinggi besar, tengah melompat akan mencengkeram padanya.
Oey Yok Su jadi tidak sempat berkelit, ia telah membuang dirinya kesamping dan bergulingan ditanah. Makluk mengerikan itu mengeluarkan suara erangan yang lebih keras dan lebih menyeramkan lagi.
Oey Yok Su telah keburu bangkit berdiri dan sekarang ia bisa melihat jelas makluk itu.
Seekor biruang......! Biruang itu memiliki bulu berwarna putih bersih, seperti salju.
Hanya saja tingginya luar biasa, dua kali ukuran manusia dewasa.
Dan juga besarnya bukan main, dimana kedua lengannya itu masing-masing sebesar paha Yok Su.
Oey Yok Su jadi bergidik juga meiihat kehebatan binatang buas ini, terlebih lagi waktu itu biruang tersebut telah menyeringai bersiap-siap akan menyerang dirinya, sehingga terlihatlah taring-taringnya yang tajam menyeramkan, tampaknya buas dan liar sekali. Mata binatng buas tersebut juga memancarkan sinar yang menakutkan sekali.
Oey Yok Su berusaha menenangkan goncangan-goncangan hatinya, iapun bersiap-siap untuk menghadapi terjangan binatang buas tersebut, karena tampaknya binatang ini liar sekali dan berbahaya.
Apa yang diduga Oey Yok Su memang benar, karena saat itu dengan mengeluar-kan suara erangan yang sangat menyeramkan tampak binatang buas tersebut telah mengulurkan tangannya menerjang dirinya.
Tetapi pemuda itu kini telah bersiap-sedia ia bisa bergerak gesit.
Dengan cepat Yok Su melompat kesamping kanan, dan menggerakkan tangan kanannya menghantam punggung, binatang buas itu.
„Bukk........!" tangan Oey Yok Su menghantam sesuatu yang keras.
Rupanya tubuh binatang buas itu memang tebal dan kuat sekali, sebab serangan yang dilancarkan Yok Su tidak mengukibatkan apa-apa padanya.
Dengan buas malah binatang ini telah membalikkan tubuhnya dan menerjang lagi pada Yok Su.
Empat kali Oey Yok Su mengelakkan diri dan selama itu pula ia bisa menyelamatkan diri dari terkaman binatang buas tersebut.
Dalam saat demikian otak Yok Su juga bekerja dengan cepat.
Ia menyadarinya, tidak bisa ia menghadapi biruang yang besar dan ganas itu dengan kekerasan.
Maka ia mengambil cara untuk menghadapinya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya saja.
Oey Yok Su memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi, maka ia pisa meIompat kesana-kemari seperti tengah mempermainkan binatang buas tersebut, setiap kali ia berhasil mengelakkan terjangan-terjangan biruang itu.
Namun dalam keadaan demikian, justru binatang buas itu telah jadi semakin ganas, berulang kali ia mengeluarkan suara pekik yang keras dan melancarkan serangan yang semakin kuat saja.
Tentu saja hal ini membuat Oey Yok Su jadi sibuk sekali menyelamatkan diri dari cengkeraman-ceagkeraman biruang itu, sekali saja ia gagal mengelakkan diri dan tubulinya bisa dicengkeram biruang tersebut, celakalah dia...... biruang yang ganas itu tentu akan merobek-robek tubuhnya.
Keadaan demikian memaksa Oey Yok St selain mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, ia juga berulang kali telah melancarkan serangan kearah kepala biruang itu.
Satu dua kali pukulan Yok Su mengenai kepala binatang buas itu, tetapi rupanya tidak membawa pengaruh apa-apa, binatang buas tersebut tetap melancarkan terkaman2 yang mengerikan. Tetapi setelah berulang kali kepalanya kena terserang oleh Oey Yok Su, akhirnya biruang itu rupanya jadi pusing juga kepalanya dan pandangan matanya jadi nanar.
Hal itu bukan membuat biruang tersebut, menghentikan terkamannya, malah semakin ganas saja dia menerjang kesana kemari.
Entah telah berapa banyak pohon-pohon yang tumbang oleh terjangan binatang buas ter-sebut, tetapi ia tidak juga berobah menjadi lebih lunak, malah dengan disertai oleh raungannya yang kuat, acap kali kedua tangannya menerjang akan mencengkeram tubuh Oey Yok Su.
Sebagai seorang yang cerdas, Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghadapi terus binatang itu dengan kekerasan. Jika ia sealu mengelakkan diri pun tenaganya bisa terkikis hahis dan ia bisa menjadi cepat lelah.
Maka dalam keadaan demikian, dengan mengeluarkan ginkangnya, Oey Yok Su melompat kebelakang biruang itu, disaat mana binatang buas tersebut sedang menubruk kearahnya. Akibat elakkan Yok Su membuat binatang itu hampir terjerunuk jatuh ditanah, namun cepat sekali ia bisa menguasai dirinya sehingga tidak sampai terguling.
Oey Yok Su tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang punggung binatang buas tersebut, ia mencengkeram bulu dibagian bahu binatang buas tersebut kuat-kuat.
Biruang itu jadi meraung-raung sambil mempergunakan kedua tangannya untuk mencengkeram Yok Su. Tetapi usaha binatang tersebut selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit perut binatang buas tersebut dan mencengkeram kuat-kuat bahu dari binatang buas itu, sehingga biruang itu tidak leluasa lagi menggerakkan kedua tangannya

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang