Jilid 86

1K 21 1
                                    

HOA SAN merupakan gunung yang tinggi, puncaknya diselubungi salju, tetapi menjelang musim panas, salju telah mencair dan juga telah dipenuhi oleh pohon2 bunga yang indah. Berlainan dengan gunung2 Thian San dan Himalaya, yang setiap tahun puncaknya selalu di selubungi oleh salju, dimana sepanjang dunia ini masih berputar, selama itu pula salju yang menutupi puncak kedua gunung itu tidak pernah mencair, dan diwaktu musim panas saljupun tak pernah berkurang tebalnya.
Sedangkan Hoa San, begitu memasuki mu sim semi, saiju telah tipis dan berkurang banyak, dan menjelang musim panas, diwaktu itu 1: h Hoa San retah bersih dari salju. Hengar, de,nikian, tepatlah Ong Tiong Yang meroilih gu uung tersebut untuk dijadikan tempat perteinuan mereka.
Sebulan lagi akan tiba pertecnuan di Hoa San yang akan mempertemukan kelima jago luar biasa tersebut, tetapi gunung Hoa San di bulan tiga tersebut telah dibanjiri olah kedatangan jago2 dari berbagai kalangan dan pintu perguruan. Mereka terdiri berbagai macam manusia dan bermacam pula cara ber-akaian mau pun adat tabiat mereka.
Semuanya telah berkumpul di Hoa San wa laupun inasib cukup lama untuk tibanya pertemuan antara Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong, Ang Cit Kong dan Toan Hong ya tetapi telah ratusan jago yang berkumpul dipuncak Hoa San. Masing2 telah memilih tempat untuk mrereka mendirikan per-kemahan.
Tetapi, karena telah berkumpul jago2 dari berbagai aliran dalam jumlah yang begitu banyak dan dalam waktu berkumpul yang cukup lama, maka selama itu sering terjadi bentrokan2 diantara mereka.
Ong Tiong Yang dan keempat jago lainnya juga tidak menyangka bahwa rencana pertemuan mereka akan tersiar beritu luas didalam rimba persilatan, dan juga bisa mengundang begitu banyak orang2 yang berniat untuk ikut dalam perundingan tersebut. Rencana mereka semula hanya berunding berlima dengan beberapa jago2 tersebut lainnya, tetapi siapa tahu peminatnya begitu banyak.
Keributan2 yang sering terjadi diwaktu ber-kumpulnya para jago tersebut dipuncak Hoa San sering menimbulkan kekalutan dan juga tidak jarang sampai jatuh korban.
Waktu yang ditentukan dimana kelima jago luar biasa itu akan berkumpul dan mengadakan pertemuan, telah hampir tiba.
Itulah pertemuan yang tidak dipersiapkan dengan segala macam keperluan-keperluan seperti meja atau kursi, karena memang jago2 luar biasa itu hanya akan mengadakan pertemuan yang sederhana.
Namun dengan membanjirnya jago2 dari berbagai kalangan, telah membuat disitu terdapat banyak sekali peralatan yang bisa dipergunakan, karena banyak yang membawa kursi sendiri, atau yang tidak membawa telah menebang pohon dan telah membuatnya sendiri.
Waktu yaog mereka miliki memang cukup panjang.
Udara dimusim panas cukup menyenangkan hangat dan terlebih lagi tempatnya indah, penuh dengan pohon2 beraneka warna.
Dan waktu yang telah ditentukan dimana Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Oey Yok Su, Toan Hongya dan Ang Cit Kong akan bertemu telah tiba.
Kelima jago2 muda yang memiiiki kepandaian luar biasa itu benar-benar terkejut waktu melihat di Hoa San tetah berkumpul demikian ba nyak jago-jago dari berbagai aliran.
Mereka tak menyangka, bahwa pertemuan ini yang mereka selenggarakan bisa menarik perhatian begitu, banyak dari orang2 rimba persilatan.
Tecapi disebabkan para jago-jago dari ber bagai kalangan itu telah berkumpul disitu, deugan sendirinya mereka juga tidak bisa menampik kehadiran mereka, untuk ikut ambil bagian dalam pertemuan dan perundingan ilmu silat.
Tetapi di sebabkan Ong Tiong Yang berlima memang memiliki kepandaian tinggi, maka mereka yang menjadi pemimpin dalam pertemuau itu. Dsamping itu, mereka berlima pula yang akan bertindak sebagai pengawas dari pertandingan yang akan berlangsung, untuk menilai siapa diantara para jago-jago berbagai kalangan itu yang berhak untuk ikut dalam perundingan ilmu silat yang mereka selenggarakan ini.
Begitulah, seorang demi seorang telah maju kegelanggang pertempuran, mereka telah bertanding. Kalah dan menang beruntun silih berganti.
Setiap ada seorang jago yang telah rubuh, digantikan oleh jago laionya.
Samakin lama, yang maju kegelanggang sewakin, tinggi kepandaian-nya.
Dan pertempuran yang terjadi juga semakin hebat pula, dimana mereka selalu mempergunakan dua cara. Yaitu cara pertama denganmempergunakan ilmu kepalan tangan kosong.
Jika memang pertempuran mempergunakan tangan kosong itu telah selasai, baru dilanjutkan dengan mempergunakan senjata tajam.
Banyak juga., korban yang telah berjatuhan, tetapi selama itu belum ada seorang Jagoan pun yang memikir kepandaian benar2 tinggi atau berhak untuk ikut dalam golongan kelima jago luar biasa tersebut.
Tidak lama setelah berakhirnya pertempuran para kaum muda, ditengah gelanggang telah maju jago2 golongan tua, kepandaian mereka memang jauh lebih tinggi dari golongan muda.
Dan pertempuran yang berlangsung juga semakin bebat saja. Tidak jarang, ada jago yang telah terluka parah dan hampir menemui kematian, korban dari pertandingan itu.
Menjelang sore hari, pertempuran antara jago-jago itu telah semakin sedikit jumlahnya, dan yang belum bertanding tinggal belasan orang saja. Ong Tiang Yang menganjurkan agar mereka beristirahat dulu malam ini, besok pagi baru melanjutkan pula pertandingan tersebut.
Begitulah, malam itu, mereka mengadakan pesta minum2 dipuncak Hoa San sambil mempcrbincangkan ilmu silat. Jago2 yang telah kalah dalam bertanding, juga tidak meninggalkan puncak Hoa San. Se-tidak2-nya mereka hendak ikut menyaksikan jalannya pertempuran jago2 lainnya yang memiliki kepandaian lebih tinggi dari mereka. Dan yang lebih penting lagi adalah untuk ikut menyaksikan pertandingan antara lima jago luar biasa itu.
Keesokan paginya, pertandingan itu telah dilanjutkan.
Belasan jago tua yang kemarin belum kebagian kesempatan untuk bertanding sekarang memperoleh waktu yang cukup untuk mengadu kepandaian.
Pertandingan itu diawali dengan majunya seorang lelaki tua, yang mengaku barnama Ta Lang Su bergelar Si Rase Emas. Ia bersenjata sebatang pedang panjang. Dan lawan bertandingnya seorang yang bernama Kiu Cie Pa yang bersenjata sebatang tombak.
Pertempuran Kedua orang ini cukup seru dan menurut penilaian dari Ong Tiong Yang berlima memang pantas untuk ditonton.
Tiga puluh jurus mereka lewati berimbang tetapi setelah itu tampak Kiu Cie Pa yang telah terdesak bebat, dan disaat suatu kali ia lengah, lengannya telah berhasil dilukai oleh mata pedang lawannya.
Kiu Cie Pa dinyatakan sebagai pecundang dan kemudian Ta Lang Su kembali bertanding dengan seorang jago tua lainnya yang bersenjata sebatang golok dan bernama Su Wang Tauw. la seorang akhli ilmu golok yang mahir sekali dimana goloknya telah diputar ber-kelebat2 rapat sekali, melancarkan bacokan2 yang ketat bukan main kepada Ta Lang Su.
Tetapi Ta Lang Su juga tidak, kalah gesit-nya dan pedangnya me nyambar2 dengan hebat sekali ia menerjang maju dengan, tikaman dan tabasan pedangnya, bagaikan seekor Rase yang menubruk mangsanya.
Pertandingan itu memang cukup hebat dan meagagumkan. Banyak jago-jago yang kemarin telah jadi pecundang, duduk menyaksikan dengan mulut terbuka kagum.
Mereka melihat, baik ilmu pedang atau ilmu golok dari kedua orang yang tengah mengadu ilmu tersebut, maupun tenaga dalam mereka merupakan ilmu yang sangat tinggi dan memiliki jurus-jurus yang luar biasa.
Angin dari kedua senjata yang ber-kelebat2 saling sambar menyambar tersebut, tampaknya begitu menyilaukan mata dan berkesiuran sangat keras sekali. Kedua orang yang tengah bertempur itu pun telah ber-kelebat2 kesana-kemari dengan gesit dalam bentuk bayangan belaka.
Ong Tiong Yang melihat, bahwa kepandaian Ta Lang Su sesungguhnya berada diatas Su Wang Tauw, tetapi ia kalah ginkang, sehingga mereka jadi berimbang.
Sebagai seorang jago yang telah memiliki kepandaian tinggi sekali, deagan menyaksikan jalannya pertempuran tersebut Ong Tiong Yang segera dapat menerkanya bahwa Su Wang Tauw akan muncul sebagai pemenang.
Begitu juga halnya dengan Oey Yok Su. Ang Cit Kong, Toan Hongya maupun Auwysng Hong memiliki perasaan yang sama, yaitu telah dapat menerka bahwa Su Wang Tauw akan muncul sebagai pemenang.
Dan dugaan kelima jago luar biasa itu memang tepat sekali.
Waktu Ta Lang Su tengah memutar pedangnya dengan cepat sekali seperti titiran, maka diwaktu itulah Su Wang Tauw telah mengeluarkan suara bentakan, tahu2 goloknya telah bergerak membacok dari atas menuju kebawah, seperti hendak menerobos lingkaran pedang lawannya.
Ta Lang Su tidak jeri, ia terus juga memutar pedangnya sambil memusatkan tenaga dalam pada telapak tangannya yang disalurkan pada pedangnya.
Benturan yang terjadi antara golok dan pedang itu sangat kuat sekali.
Dengan demikian pedang Ta Lang Su jadi terhalang tak bisa diputar terus.
Mempergunakan kesempatan itu, waktu golok dan pedang saling bentur tampak Su Wang Tauw telah menggerakkan tangan kirinya mem pergunakan telapak tangannya, ia menghantam.
Apa yang di lakukan oleh Su Wang Tauw memang tidak pernah diduga oleh Ta Lang Su. Terlebih lagi Su Wang Tauw telah menghantam, dengan telapak tangan kirinya itu kuat sekali.
„Bukk.....!" telapak tangan itu menghantam dada Ta Lang Su dengan jitu sekali.
Tubuh Ta Lang Su seketika terpental keras sekali ketengah udara, waktu ia ambruk diatas tanah, seketika ia memuntahkan darah segar tiga kali beruntun, mukanya pucat pias dan tubuhnya lemah, karena tenaga dalamnya telah tergempur hebat, ia juga merintih perlahan menahan sakit yang bukan main, sambil memegangi dadanya yang tadi terpukul.
Su Wang Tauv telah dinysakan sebagai pemenang untuk pertandingan kali itu.
Beruntun dia telah merubuhkan jago tua lainnya, tetapi ketika bertanding untuk ketiga kalinya, ia telab kena dirubuhkan lawannya yang bernama Sin Liang Ko.
Dan Sin Liong Ko telah memenangkan dua pertempuran, kemudian rubub juga.
Begitulah, akhirnya pemenang tunggal yang tinggal seorang diri dari pertempuran para orang gagah tersebut bernama Bian Liang Sun, seorang tua yang memlihara jenggot dan kumis yang panjang.
la bersenjata sebuah kipas. Dan dia!ah yang berhak untuk berhadapan dengan kelima jago luar biasa, karena ia memiliki kedudukan yang telah sama dengan kelima jago luar biasa itu.
Ong Tiong Yang telah menoleh kepada ke-empat sahabatnya sambil tanyanya: „Siapakah diantara saudara? yang hendak main2 dengan saudara Bian Liang Sun ?"
Oey Yok Su melompat berdiri.
„Biarlah aku main2 beberapa jerus dengan saudara Bian itu ..........!" katanya.
Tetapi waktu itu telah terdengar suara tertawa dari Ang Cit Kong.
„Saudara Oey, biar aku sipengemis yang main2 dengan saudara Bian!" kata raja pengemis itu.
Oey Yok Su menoleh kepada Ang Cit Kong kemudian mengangguk.
„Baikiah . . . tetapi engkau jangan terlalu menghamburkan tenagamu, karena sebentar lagi kita akan mengadu kepandaian akan memerlukan tenaga yang banyak. Jika engkau menghabiskan tenagamu, sekarang, kukira saudara Ang, engkau akan menyesal tentunya," dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su kembali ketempat duduknya.
Ang Cit Kong tidak melayani sindiran Oey Yok Su, ia melompat kehadapan Bian Liang Sun sambil tertawa dan menggerakkan tongkat bambunya.
„Saudara Bian, aku sipengemis miskin ingin minta beberapa gebukan dari kau.... !" kata Ang Cit Kong, kemudian mengibaskan tongkat kebesaran Kaypang.
Bian Liang Sun tertawa sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
„Ang Pangcu, inilah suatu kehormatan buat aku siorang she Bian yang memiliki kesempatan untuk main2 dan minta beberapa jurus petunjuk dari Ang Pangcu .., jika memang tokh kelak aku menutup mata, aku bisa meram dengan hati yang tenang!"
„Saudara Bian terlalu merendah, justeru aku sipengcmis miskin yang hendak minta beberapa gebukan dari kau!" kata Ang Cit Kong tertawa keras. „Nah., silahkan mulai menggebuk aku menanti!"
Bian Liang Sun tidak terlaku sungkan.
Orang she Bian ini menyadari bahwa lawan nya yang sekarang ini bukan lawan yang sembarangan.
Ang Cit Kong merupakan salah seorang dari kelima jago luar biasa itu, dan memiliki nama sangat terkenal sekali dalam rimba persilatan.
Disamping itu Ang Cit Kong juga sebagai Pangcu dari Kay pang, yang memiliki nama di segani oleh orang2 rimba persilatan.
Dengan demikian, Bian Liang Sun telah mempersiapkan seluruh kekuatan lwekangnya, untuk menghadapi Ang Pangcu ini.
„Maafkan Ang Pangcu, aku akan terus membuka serangan!" kata Bian Liang Sun.
„Silahkan...!" Ang Cit Kong mengebutkan tongkat bambunya.
Bian Liang Sun sudah tidak berlaku sungkan lagi, dengan cepat dia telah mulai menverang.
Hebat cara menyerangnya itu. dia mempergunakan kipasnya yang sebentar dibuka dan sebentar ditutup. Jika kipasnya itu dibuka, dia menyerang dengan cara mengebut, maka kipas itu seperti lempengan besi.
Tetapi jika kipas itu ditutupnya. maka kipas itu bisa dipergunakan untuk menotok jalan darah Lawan.
Ang Cit Kong ter-tawa sambil melompat kesana-kemari. Gerakannya gesit sekali. Dan ia pun telah berseru kaget beberapa kali, pura2 hampir terkena serangan, dan Ia mengelakkannya. Dengan caranya itu Ang Cit Kong seeperti juga hendak mempermainkan lawannya.
Tapi dalam beberapa jurus, Bian Liang Sun segera menyadari bahwa kepandaiaanya itu tidak betarti banyak buat Ang Cit Kong. Karena sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi, dia segera mengetahui bahwa kepandaian Ang Cit Kong memang benar2 sangat tinggi sekali. Jika memang Ang Cit Kong bermaksud sungguh2 untuk merubuhkannya, hanya dalam satu dua jurus saja Bian Liang Sun telah bisa dirubuhkannya.
Setelah menyerang empat kali lagi dan Ang Cit Kong dapat mengelakkannya degan mudah, diwaktu itulah Ban Liang Sun telah menggerakkan kipasnya, yang ditimpukkan kearah dada siraja pengemis tersebut.
Ang Cit Kong tidak manjadi kaget.
Waktu kipas lawannya itu menyambar dia telah mempergunakan jari telunjuknya untuk menyentil.
„Cukkk...!" kipas itu telah tersentil mental dan jatuhdiatas tanah.
Tetapi Ang Cit Kong tidak bertindak sampai disitu saja, dengan mempergunakan salah satu jurus dari ilmu andalannya, yaitu Hang Liong Sip Pat Ciang, tampak ia telah menggerak kan tangan kanannya, ia melemparkan tongkatnya ketengah udara, dan menghantam dengan telapak tangannya.
Untung saja raja pengemis ini hanya mempergunakan tiga bagian dari tenaga dalamnya. Bian Liang Sun hanya terpental namun tidak terluka didalam.
Waktu tongkat bambu Ang Cit Kong meluncur turun dari tengah udara, Ang Cit Kong telah menyambuti mencekal lagi sambil tertawa.
„Bian Taihiap memang memiliki kepandaian yang membuat orang menjadi kagum buka main...!" kata Ang Cit Kong kemudian.
Bias Liang Sun dengan muka yang berobah merah, telah menjura memberi hormat.
„Aku siorang she Bian, walaupun melatih diri tiga puluh tahun lagi, tidak mungkin bisa menandingi Ang Pangcu. Sungguh membuat aku puas bisa merasakan hebatnya kepandaian Ang Pangcu........!"
Ang Cit Kong mengeluarkan kata2 merendah untuk menghibur orang she Bian itu.
Sedangkan Auwyang Hong tidak sabar telah berteriak: „Sekarang tiba giliran kita untuk mengadu kepandaian....... guna menentukan siapakah yang berhak untuk memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng.......!"
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Baiklah, kita menunda dulu perundingan ilmu silat diantara kita berlima ini.., besok pagi barulah kita memulainya, sekarang semuanya beristirahatlah dulu. Bagi yang ingin menyaksikan pertandingan diantara kami, silahkan menjadi penonton tetapi se-kali2 jangan menimbulkan keributan. Dan bagi yang tidak mau menonton keramaian, silahkan meninggalkaa puncak Hoa San ini.........!"
Orang2 rimba persilatan yang berkumpul di tempat itu mana mau pergi meninggalkan puncak Hoa San.
Mereka sebagai orang rimba persilatan yang sejak, kecil telah gemar akan ilmu silat, yang mereka anggap sebagai darah daging mereka sendiri, dengan demikian,. sekarang akan adanya pertunjukan yang sangat menarik dari pertandingan jago2 luar biasa itu, mana mau mereka berlalu ?
Malam itu mereka telah berkumpul untuk mengasoh, selama itu mereka juga telah menerka-nerka, entah siapa diantara kelima jago itu yang akan memperoleh kemenangan dalam pertandingan diesok hari...... dan kelima jago luar biasa itu sendiri telah beratirahat, untuk mengumpulkan tenaga, guna besok bertanding dengan tenaga penuh.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang