Jilid 12

1.3K 29 0
                                    

Dia memasuki kamarnya lewat jendela, tetapi begitu membuka daun jendela, dia melihat Oey Yok Su tengah duduk ditepi pembaringan, tengah duduk termenung.
„Muridku.....!" panggil sang guru ini sambil tertawa.
Oey Yok Su terkejut, dia tersadar dari lamunannya.
„Suhu.......!" panggilnya.
„Kemana kau pergi Suhu, membuat tecu jadi bingung......,!"
„Aku bertemu dengan seorang sahabat, dan kami telah bercakap-cakap sampai lupa waktu.......!" menjelaskan Tang Cun Liang.
„Mengapa engkau tidak tidur saja...?"
„Tadi malam telah datang seseorang, yang ingin bertemu dengan suhu...!" kata Oey Yok Su.
„Siapa ?"
„Katanya dia bergelar Ang See Kiam dan be rnama Tu Li Sing...!" menjelaskan Oey Yok Stt.
„Apa ?" tanya sang guru terke jut. ,
„Apakah dia sahabat suhu ?" tanya Oey Yok Su lagi.
Sang guru menggelengkan kepalanya, dia telah menyahuti : „Bukan...dialah seorang tokoh persilatan yang memiliki ilmu pedang sangat hebat...!
Aneh, ada urusan apa dia mencari aku...!" dan kemudian Tang Cun Liang menoleh kepada muridnya, dia bertanya lagi : „Apakah dia meninggalkan pesan ?"
Murid i'tu menggeleng.
„Apakah dia menyatakan ingin datang lagi ?" tanya guru itu pula.
„Dia hanya meminta agar aku menyampaikan kepada suhu perihal kedatangannya itu", menyahuti Oey Yok Su.
„Hemm......., jika demikian biarlah dia datang lagi nanti.......!" kata Tang Cun Liang sambil tersenyum, padahal hatinya tengah heran dan berpikir, keras, dia tidak mengerti tokoh sakti seperti.
Ang See Kiam Tu Li Sing bisa mencarinya ditempat ini, dan mengetahui kedatangannya.
„Sekarang kau tidurlah, semalam tentu engkau kurang tidur...!"
Murid itu mengangguk. Dia telah tidur
Sedangkan Tang Cun Liang duduk barsemadhi, dia mengatur pernapasannya.
Dalam sekejap mata, kesegarannya telah pulih kembali.
Ketika matahari telah naik tinggi, Tang Cun Liang pergi berbelanja kebutuhan yang akan dibawa kepulaunya.
Sebetulnya sore itu Tang Cun Liang bermaksud berangkat kembali kepulaunya.
Tetapi karena adanya peristiwa dirinya dicari Ang See kiam, membuat dia jadi membatalkan maksudnya itu, dan bermalam dirumah penginapan ini lagi.
Begitulah, mereka telah bermalam dua malam lagi dirumah penginapan tersehut.
Tetapi, Ang See Kiam Tu Li Sing tidak juga muncul.
Maka sore itu, Tang Cun Liang memutuskan untuk kembali kepulaunya.
Oey Yok Su, sang murid, juga telah diperintahkannya untuk bersiap-siap.
Tetapi waktu guru dan murid ini bersiap-siap akan berangkat, justru pintu kamar mereka diketuk seseorang.
„Siapa ?" tanya Tang Cun Liang sambil berhenti mengikat barang yang akan dibawanya., dia menduga pelayan rumah penginapan tersebut:
„Aku-ingin bertemu dengan Tocu sakti dari Tho Hoa To, apakah pintu kamarnya tidak menerima kunjunganku ?" dari luar terdengar suara orang menyahuti, disertai suara tertawanya.
Tang Cun Liang mengerutkan alisnya, dia menduga-duga entah siapa orang itu.
Tetapi Oey Yok Su telah mengenali suara orang itu.
„Dialah Ang See Kiam Tu Li Sing, suhu..." dia memberitahukan kepada gurunya.
Tang Cun Liang cepat-cepat membuka pintu kamarnya.
Diluar kamarnya berdiri seorang lelaki pendek gemuk yang tengah tertawa lebar.
„Akhh, kiranya engkau, situa she Tu .... .. !" berseru Tang Cun Liang girang.
Sedangkan orang itu, yang memang tidak lain dari Ang See Kiam Tu Li Sing, telah tertawa lebar, sambil katanya : „Benar, apakah kedatanganku ini membuat engkau jengkel saudara Tang ?"
Tang Cun Liang mempersilahkan tamunya itu masuk kedalam kamarnya.
„Muridku menceritakan malam yang lalu engkau mengunjungiku, benarkah itu ?" tanya Tang Cun Liang lagi, setelah mereka saling mengambil tempat ciuuuk.
„Benar.......muridmu luar biasa, memiliki bakat yang baik, engkau beruntung sekali, tua bangka she Tang !"
„Hemmm......, mengapa engkau mengetahui kunjunganku dikota ini ?" tanya Tang Cun Liang lagi, dia bertanya sambil mengawasi Ang See Kiam, karena dia ingin mengetahui apa yang akan dikatakan oleh orang she Tu itu.
„Siapa yang tidak mengetahui Tocu Tho Hoa To?
Tentu saja, begitu engkau sampai disini, semua orang rimba persilatan juga akan mengetahuinya, bahwa dikota ini telah berkunjung seorang sakti yang memiliki kepandaian luar biasa.......! ".
„Akh, engkau hanya menyindir saja.......!" kata Tang Cun Liang.
Oey Yok Su saat, itu telah ikut berkata : „Suhu, waktu itu Tu Pehpeh (paman Tu) telah mengatakan, setengah sahabat, setengah bukan....... apakah maksudnya itu.?"
Sang guru tertawa.
„Kami memang bersahabat.......Tu Pehpeh itu merupakan sahabat lamaku......Nah, sekarang engkau harus memberi hormat kepadanya.......!"
Oey Yok Su menurut, dia telah berlutut sambil memanggutkan kepalanya tiga kali, dan dia juga memanggil "Tu Pehpeh, tecu Oey Yok Su menghunjuk hormat........!"
„Bagus......! Bagus.....! Berdirilah bocah manis......," kata Tu Li Sing, „Malam itu aku telah mengujinya, dan membuat dia dua kali jungkir balik. Apakah engkau situa bangka she Tang tidak marah kepadaku ?"
Tang Cun Liang tertawa lebar, katanya : „Engkau tentunya ingin menguji muridku itu untuk mengetahui apakah anak ini memang patut menjadi muridku.......mengapa aku harus marah ?"
Ang See Kiam juga tertawa, dia berkata : „Lima tahun yang lalu kita pernah mengadu kepandaian, dan kini kepandaianmu situa bangka she Tang pasti telah bertambah liehay saja, dengan beberapa jurus aku tentu akan berhasil engkau rubuhkah........!"
„Engkau bicara putar balik, justru engkau ingin mengartikan bahwa akulah yang akan engkau rubuhkan dalam beberapa jurus saja, karena kini engkau telah berhasil melatih diri dengan ilmu yang liehay........!
Dasar tua bangka she Tu yang mulutnya tajam......!" dan setelah berkata demikian, Tang Cun Liang mengiringi tertawanya Ang See Kiam.
Waktu itu Ang See Kiam Tu Li Sing telah berkata dengan suara yang gembira :
„Apakah selama ini engkau telah berhasil menciptakan ilmu pula !"
Tang Cun Liang menggeleng, tiba-tiba wajahnya berobah menjadi murung.
„Saudara Tu", katanya kemudian.
„Kukira, kita akan bertemu dalam waktu-waktu yang singkat sekali, sebab aku telah merasakan bahwa aku akan dapat hidup didunia ini tidak lama
„Hemm......., engkau terlalu memiliki perasaan yang tidak-tidak........seharusnya engkau tidak memiliki pikiran serupa itu, dan memang dalam hal usia kita tidak ada yang bisa memastikannya...!".
Maksud Ang See Kiam memang untuk menghibur sahabatnya ini, tetapi wajah Tang Cun Liang telah berobah kian murung.
„Empat tahun yang lalu aku telah berhasil menciptakan serupa ilmu, ternyata aku tersesat, sehingga sekarang sudah terlanjur........kesesatan itu tidak bisa kubuang lagi........!" waktu berkata begitu Tang Cun Liang memperlihatkan sikap yang murung.
„Tetapi.........apakah engkau tidak cepat-cepat memurnikan dan meluruskan latihanmu ?" tanya Ang See Kiam terkejut.
Tang Cun Liang menggeleng.
„Justru disebabkan latihan yang salah itu, yang aku sadari setelah terlanjur, maka akhirnya aku mengambil keputusan untuk mengambil seorang murid untuk dapat mewarisi seluruh kepandaianku........!
Kukira, paling lama aku bisa bertahan untuk hidup terus selama sepuluh tahun lagi.........!".
„Saudara Tang, engkau tidak perlu berpikir terlalu jauh seperti itu, karena mulai sekarang engkau bisa melatih diri pula, untuk meluruskan latihanmu yang sudah terlanjur agak tersesat itu ............!"
„Sudah terlambat.. .!"
„Mengapa terlambat ?"
„Aku bisa meluruskan kembali latihanku, tetapi aku.harus mengorbankan kedua kakiku, yang harus menjadi lumpuh karenanya.........!"
„Mengapa begitu ?"
„Karena jika aku memusatkan seluruh sin-kangku, untuk berusaha meluruskan dan melatih ilmu sejati pula, berarti seluruh sinkang yang terpengaruh hawa sesat itu akan berkumpul diujung kakiku, dan kedua kakiku itu tidak akan tertolong lagi dan akan menjadi lumpuh........."
„Hemm.........., tetapi itu belum pasti..........!" membantah Ang See Kiam.
Tang CunLiang tertawa tawar.
„Kukira aku lebih mengetahui jelas segalanya, karena menyangkut diriku, saudara Tu!" kata Tang Cun Liang.
„Dan juga, tahukah engkau ilmu apa yang telah kulatih ?"
„Coba kau jelaskan '' tanya Tu Li Sing dengan tertarik.
„Aku jutstru telah melatih ilmu Sam Tong Sinkang (Tenaga Sakti Tiga Ruang)........!" menyahuti Tang Cun Liang.
„Apa...........?" tampaknya Tu Li Sing jadi terkejut sekali.
„Aku justru telah melatih ilmu mujijat itu.
jika aku tidak melakukan kesalahan dalam melatihnya, memang aku akan berhasil memiliki sinkang yang luar biasa!
Hanya sayangnya, justru pada bagian pemberitahuan cara-cara melatihnya, telah lenyap beberapa lembar, sehingga aku melatih sendiri.
Lebih celakanya lagi, justru disaat aku telah melatih habis semuanya, baru aku menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan dan sinkang hebat itu yang kulatih telah menjadi tersesat...........!"
Ang See Kiam menghela napas dalam-dalam, untuk sementara waktu dia tidak mengatakan apa-apa.
Sedangkan Oey Yok Su yang tidak mengerti urusan yang tengah dibicarakan guru dan orang she Tu itu, dia hanya berdiam diri mendengarkan saja.
Waktu itu Tang Cun Liang telah menghela napas lagi sambil katanya dengan suara yang mengandung kedukaan: „Sayang.........memang harus dibuat sayang......... justru kepandaian yang begitu hebat, harus dibawa sampai keliang kubur, karena tidak mungkin aku menurunkan ilmu sesat itu kepada muridku.........!"
Ang See Kiam telah bertanya dengan memperlihatkan sikap yang bersungguh-sungguh
„Apakah engkau tidak bisa mencari kesalahan yang telah engkau lakukan, maksudku sebab musababnya, sehingga engkau bisa mengetahui dengan cara bagaimana melatihnya kembali untuk meluruskan latihan2 itu."
„Tidak mungkin .....!", kata Tang Cun Liang sambil menggelengkan kepalanya.
„Tidak mungkin lagi.........aku memang telah dipengaruhi hawa sesat itu....... memang menyedihkan.....!
Tetapi tahukah engkau, bahwa kini hatiku agak terhibur........."
„Ya ?"
„Karena sekarang aku telah memiliki seorang murid yang baik sekali, yang memiliki bakat sempurna seperti Su-jie, jika memang dia bersungguh-sungguh mempelajari seluruh pelajaran yang akan kuberikan, tentu dia akan menjadi seorang pendekar yang gagah........hatiku puas, diapun sangat cerdas sekali............!"
Oey Yok Su menunduk malu mendengar pujian gurunya.
Sedangkan Ang See Kiam telah mengangguk-angguk beberapa kali.
„Jika memang engkau mendidiknya dengan baik, tentu anak itu akah menjadi bintangnya rimba persilatan...........!" kata Ang See Kiam.
Dengan demikian, suasana percakapan itu jadi murung sejenak, karena Ang See Kiam juga menyadari kedukaan yang mencekam hati." sahabatnya, yang telah terlanjur melatih salah ilmu tenaga dalamnya.
Tetapi tidak lama kemudian Tang Can Liang tertawa gembira lagi, dia telah berkata dengan suara yang riang : „Sudahlah, untuk apa hal itu dipikirkan lagi ?" katanya.
„Bukankah aku masih sempat sedikitnya hidup sepuluh tahun lagi.......,?
Hanya sayangnya, jika aku telah mendahuluimu berpulang, engkau tidak ada orang yang bisa diajak berlatih diri...........!"
Ang See Kiam juga menganggukkan kepalanya, kemudian katanya : „Justru kedatanganku kemari sebetutnya ingin mengundangmu berkunjung ketempatku beberapa hari, dan waktu yang singkat itu bisa kita pergunakan untuk mengukur ilmu.......sayang sekali tampaknya engkau tidak berselera.......!"
Tang Can Liang menghela napas, namun kemudian dia tertawa lagi, dia bilang mulai hari ini aku memang sudah tidak memiliki selera lagi untuk menjadi jago didalam rimba persilatan, aku akan hidup tenang di Tho Hoa To selama tahun-tahun terakhir dari hidupku ini bersama murid tunggalku itu.
Engkau jangan menyesal, orang she Tu, jika memang kelak aku berhasil memulihkan latihan sesat itu menjadi lurus kembali, siapa tahu kita bisa berjumpa lagi, walaupun telah lewat sepuluh tahun ?"
Tu Li Sing mengangguk, kemudian dia telah bilang : „Baiklah, kalau memang demikian, aku minta diri saja dulu.......aku mendoakan semoga saja engkau berhasil untuk memulihkan semangat dan sinkangmu menjadi lurus kembali dan kau berhasil melatih muridmu itu..........!" dan setelah berkata begitu, Tu Li Sing bangun berdiri dan memutar tubuhnya untuk berlalu.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang