Jilid 10

1.5K 31 0
                                    

PANGCU KAY PANG MU CIE IN

TERNYATA, waktu Oey Yok Su tengah tertidur nyenyak, Tang Cun Liang juga tengah merebahkan tubuhnya dipembaringan, diapun ingin tidur. Tetapi justru telinganya yang tajam mendengar suara langkah kaki yang ringan diatas genting rumah penginapan.
Walaupun suara itu sangat perlahan sekali, seperti jatuhnya daun kering, dan juga menunjukkan orang yang tengah berjalan malam itu adalah seorang yang telah mahir ilmu meringankan tubuhnya. Segera dia menduga kepada maling pemetik bunga (djaj-hoa-tjat), sehingga Cun Liang jadi terbangun semangatnya.
Walaupun dalam tindak-tanduknya Tang Cun Liang selalu bersikap keras dan sulit diterka dia mengambil jalan putih atau hitam, namun dia membenci sekali kejahatan memperkosa yang sering dilakukan oleh para maling pemetik bunga, yang mengandalkan sedikit kepandaiannya untuk berjalan malam diatas genting dan mengandalkan obat pulasnya untuk memperoleh korbannya.
Walaupun tubuhnya letih dan mengantuk, tokh..... Tang Cun Liang telah melupakan semua itu, dia melompat turun dari pembaringannya, dan kemudian dengan gerakan yang gesit dia membuka jendela kamarnya. Kemudian melompat keluar dan menutup kembali daun jendela.
Tubuh Tang Cun Liang bergerak begitu lincah dan gesit, sehingga waktu dia melompat Keats genting, sama sekali tidak menimbulkan suara sedikitpun juga.
Diiihatnya, terpisah belasan tombak dari tempatnya berada, sesosok tubuh tengah berlari kearah timur dengan gerakan yang gesit sekali. Sosok bayangan itu kurus dan tampaknya memiliki bentuk tubuh yang jangkung.
Dengan cepat Tang Cun Liang telah mengejarnya, dia membatasi jaraknya, agar orang yang tengah dibuntutinya itu tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diikuti.
Sedangkan sosok tubuh yang jangkung kurus itu masih terus berlari kearah timur.
Dan waktu tiba didekat pintu kota, sosok bayangan itu membelok kesebuah jalan yang cukup lebar. Dia telah melompat turun dan berlari menghampiri sebuah gedung yang bertingkat dua berukuran cukup besar.
Tang Cun Liang jadi heran, selama dia mengikuti orang tersebut, dia telah memperhatikannya, bahwa orang itu disamping memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang tinggi, juga tampaknya orang ini bukan orang sembarangan, karena kelihatannya dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Tentu saja Tang Cun Liang jadi tambah tertarik hatinya, dia telah mengintai terus, dan dilihatnya orang itu melompati tembok rumah itu, menyelinap masuk.
Tang Cun Liang mempercepat larinya, dia tiba dikaki tembok, dengan gerakan ringan, dia pun telah melompat masuk. Orang yang tengah diikutinya itu sama sekali tidak mengetahuinya sebab Tang Cun Liang telah mengikutinya dengan mempergunakan ginkang yang tnggi sekali.
Sedangkan orang yang tengah dibuntuti oleh Tang Cun Liang telah berlari kearah belakang gedung itu, mendekati sebuah jendelakamar, dia mengintai kedalam.
„Benar-benar dia seorang pemetik bunga..." menggumam perlahan Tang Cun Liang, dia jadi begitu mendongkol dan marah, dia bertekad untuk menggagalkan maksud jahat orang ini. Maka dia terus juga mengawasinya.
Sedangkan sosok tubuh itu yang telah mengintai kedalam kamar, rupanya tidak berhasil menemukan orang yang dicarinya, dia telah pindah kekamar lainnya dan mengintai kedalam. Dia melihatnya bahwa penerangan dikamar itu masih menyala terang, berbeda dengan kamar yang pertama tadi yang cahaya penerangannya hanya redup-redup belaka. Didalam kamar itu rupanya terdapat apa yang dicarinya, sosok bayangan itu berdiam cukup lama.
Tang Cun Liang juga telah bersiap-siap, karena dia yakin orang itu tentu akan bekerja sekali ini, yaitu untuk mengambil korbannya, Tang Cun Liang bermaksud, begitu sosok bayangan yang diduga adalah seorang pemetik bunga itu, mulai bekerja melakukan kejahatannya dia ingin memergokinya dan segera menangkapnya.
Tetapi orang itu lama sekali berdiri dimuka jendela kamar, dia seperti tengah bimbang.
Namun akhirnya orang itu telah mencongkel jendela, untuk membuka daun jendela dengan cara paksa.
Tang Cun Liang bersiap-siap untuk segera turun-tangan. Dia mengawasinya dengan tajam.
Sedangkan daun jendela telah berhasil dibuka oleh orang itu, tubuhnya segera melompat masuk kedalam kamar dengan gerakan yang gesit.
Tang Cun Liang menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melompat gesit sekali kedekat jendela itu. Dia mengintai kedalam.
Tetapi begitu melihat keadaan didalam kamar, Tang Cun Liang jadi heran. Dia hanya melihat seorang lelaki setengah baya yang bertubuh gemuk dan tampaknya tengah tertidur nyenyak, terdapat diatas pembaringan. Jadi kamar itu bukan kamar seorang gadis.
Juga dibawah sinar api penerangan, Tang Cun Liang melihat orang yang baru memasuki kamar itu adalah seorang pengemis, yang berusia diantara empat puluh tahun lebih, dengan jenggot dan kumis yang tipis. Mukanya kurus dan panjang, matanya tajam sekali, dia membawa sebuah cupu-cupu dipunggungnya dan juga sebuah tongkat pendek yang kurus ditangannya. Pengemis ini tengah mengawasi lelaki gemuk yang tengah tertidur nyenyak dipembaringannya itu.
,,Siapakah orang bertubuh gemuk ini ? Dia tentu pemilik gedung ini !" berpikir Tang Cun Liang. „Dan, siapakah sipengemis ini...dia memiliki kepandaian yang tinggi, dan kini jelas tujuannya bukan untuk mencari seorang gadis atau wanita untuk diganggu kehormatannya....... atau memang pengemis ini hendak merampok ?"
Karena berpikir begitu, Tang Cun Liang telah berpikir untuk membiarkan saja jika pengemis itu hendak merampok. Perampokan yang sering dilakukan oleh para orang gagah didalam rimba persilatan, bukanlah urusan yarrg-perlu diperdulikannya, karena memang banyak orangorang gagah yang melakukan perampokan terhadap hartawan kaya raya, namun terkenal kikir dan kejam, maka perampokan terhadap mereka merupakan ganjaran yang tepat.
Tetapi karena tertarik melihat pengemis itu memiliki ginkang yang mahir dan tidak dikenalnya, maka Tang Cun Liang ingin menyaksikan apa yang hendak dilakukan pengemis itu. Untuk sejenak lamanya Tang Cun Liang masih bersembunyi saja diluar jendela. Dia mengawasi dengan penuh, perhatian, tiba-tiba sipengemis setengahngah tua itu telah mempergunakan tongkat bambunya untuk mengetuk perut dari pria gemuk yang tengah tertidur diatas pembaringannya.
Pukulan tongkat pengemis itu tampaknya perlahan sekali, namun kesudahannya ternyata membuat orang yang tengah tertidur itu terbangun dengan kaget, karena dia merasakan perutnya sakit bukan main.
Waktu melihat didalam kamarnya bertambah seseorang yang tidak dikenalnya, yang berpakaian pakaian sebagai pengemis, orang bertubuh gemuk itu jadi tambah kaget, tetapi kini dicampur perasaan marah.
„Siapa kau, pengemis ba...!" bentaknya sambill berusaha untuk melompat bangun dari pembaringannya. Sebetulnya dia hendak membentak : „pengemis bau...", tetapi sebelum dia sempat meneruskan perkataannya itu, tangan kanan sipengemis "teiak bergerak menampar mukanya keras sekali.
„Plakk .........!" pipi sigemuk itu jadi merah bertapak kelima jari tangan sipengemis, dia juga menjerit-jerit dengan suara yang cukup keras. Tetapi sipengemis telah mengulurkan tangannya mencengkeram baju dibagian dada dari orang, bertubuh gemuk itu, diapun telah membentaknya dengan suara yang bengis: „Jika engkau masih ber-teriak2 atau menimbulkan suara2 yang ribut seperti anjing yang hendak dipotong, aku akan benar-benar memotong lehermu itu...!".
Mendengar ancaman yang diberikan sipengemis, orang bertubuh gemuk itu jadi ketakutan, dia benar-benar menutup mulut tidak menjerit lagi. Namun dalam ketakutan seperti itu, dia masih sempat bertanya : „Siapakah..... siapakah Kiesu... siapakah Kiesu..... (orang gagah) dan...apa maksud Kiesu datang kemari...?"' Didengar dari suaranya yang gemetar, sigemuk ini .rupanya ketakutan sekali.
Sipengemis tertawa dingin, dia berkata dengan suara yang bengis : „Sekarang engkau katakan, dimana engkau mengurung nona Kui....?"
„Nona Kui...? Aku...aku tidak tahu...!" sahut sigemuk ketakutan bukan main.
Tetapi tangan kiri sipengemis telah bergerak menampar sampai berulang kali.
Kepala sigemuk sampai miring kekanan dan kekiri ber-ulang-ulang kali dan dia menjerit kesakitan bercampur ketakutan.
Namun pengemis itu telah menampar terus.
„Jika engkau tidak mau mengatakannya", kata sipengemis sambil menghentikan tampar annya sejenak. „Aku akan menempiling terus mukamu sampai bonyok...!" itulah- ancaman, dan sigemuk juga tahu, memang tidak mustahil bahwa sipengemis akan membuktikan ancamannya itu.
„Aku..u aku tidak mengetahui siapa yang Kiesu maksudkan...sungguh...aku tidak tahu..." kata sigemuk berusaha menyangkal terus.
T'etapi pengemis itu kembali menggerakkan tangannya, dia menampar lebih keras lagi, dan waktu tamparan ketujuh, mulut sigemuk berdarah, dua buah giginya telah copot.
„Aku akan mengaku.......hmntikan........hentikan!" teriak sigemuk kemudian dengan suara yang ketakutan.
Sipengemis telah tertawa dingin, dia menahan tangannya, kemudian dengan -sorot mata yang sangat tajam dia telah membentak :„Hayo engkau katakan, dimana engkau menyembunyikan nona Kui itu.......!".
„Aku.......aku mengurungnya dikamar belakang......dia......dia ada disitu...!" menyahuti sigemuk karena sangat ketakutan.
„Apakah engkau telah mengganggunya ?" tanya sipengemis lagi.
„Belumm......!" .
„Engkau harus mengakuinya dengan jujur, jika nanti aku telah bertemu dengan nona Kui dan dia memberitahukan padaku bahwa dia telah engkau ganggu, maka batang lehermu akan kupatahkan......!".
Tetapi sigemuk telah menggelengkan kepalanya berulang kali, dan dia juga telah berkata berulang kali : „Belum.....belum...... belum.......!''.
Sipengemis tertawa dingin, dia telah mengulurkan tangan kirinya, dengan mempergunakan kelingkingnya dia menotok jalan darah gagu dan jalan darah kaku sigemuk.
Kemudian tubuh sigemuk yang sudah tidak bisa bersuara dan tidak bisa bergerak itu dibiarkan menggeletak diatas lantai, dan dia telah melompati jendela lagi, menuju kebelakang gedung itu.
Waktu itu, Tang Cun Liang tertarik sekali hatinya, dia mengikuti terus,
Sipengemis menyelidiki kamar demi kamar, dan ketika dia mengintai sebuah kamar yang kecil yang terletak paling belakang rumah itu, dia telah berhenti agak lama. Dan rupanya orang yang dicarinya telah berhasil ditemukanynya.
Sipengemis melihat seorang lelaki bertubuh tinggi tegap, tampaknya memiliki kekuatan yang sangat besar, tengah duduk rebah disebuah kursi, dengan mata yang meram melek. Rupanya lelaki tersebut yang tengah melakukan penjagaan terhadap kamar tersebut.
Tang Cun Liang melihat sipengemis telah mengambil sebutir batu, yang dilemparkannya kedekat lelaki itu. Kemudian, waktu lelaki bertubuh tinggi besar itu terkejut dan melompat bangun, untuk menghampiri kearah batu itu jatuh, sipengemis bergerak cepat sekali. Tubuhnya bergerak lincah, tahu-tahu dia telah berada disisi orang itu.
Dan belum lagi orang bertubuh tinggi besar itu sempat mengetahui kehadiran sipengemis dengan cepat jari telunjuk sipengemis telah menotok jalan darah kaku dan gagu siorang bertubuh tinggi besar tersebut, sehingga seketika itu juga dia terjungkel tubuh tidak bisa berkutik.
Sipengemis kemudian mendorong pintu kamar, dia telah melangkah masuk kedalam kamar.
Tang Cun Liang melompat kedekat jendeta, dia merigintai kedalam.
Tampak sipengemis tengah menghampiri pembaringan kecil, diatas pembaringan itu rebah seorang gadis berusia tujuh belasan tahun dalam keadaan tidak berdaya, karena kedua tangan dan kakinya terikat oleh seutas tambang.
Tampak sipengemis telah menghampiri pembaringan, dia membuka ikatan tambang itu, juga Tang Cun Liang mendengar sipengemis tetah berkata perlahan : „Nona Kui, aku datang untuk menolongi.......!".
Cepat sekali tainbang itu dapat dilepaskan sipengemis, dan diapun kemudian bertanya lagi : „Apakah selama engkau ditawan oleh hartawan jahat she Oey itu, engkau tidak diganggunya ?".
Sigadis menggeleng parlahan, dia berkata diantara isak tangisaya : „Dia berusaha membujuk diriku agar menyerah dan mengiringi kemauannya, tetapi aku terus menolak kehendaknya, sehingga aku telah dihukumnya dengan pukulan cambuk sebanyak puluhan kali".
„Hemmm......, hartawan yang jahat, biar nanti kuhajar lagi dia....!" kata sipengemis.
Dan kemudian sipengemis telah mengajak gadis itu meninggalkan kamar tersebut.
Tang Cun Liang, melihat bahwa pengemis ini sesungguhnya mengandung maksud baik, datang kerumah hartawan tersebut hanya untuk menolongi orang, dia telah bermaksud pergi meninggalkannya.
Tetapi disaat itulah, waktu sipengemis dan sigadis keluar dari kamar tersebut, tiba2 telah berkelebat sesosok bayangan, disertai suara bentakan : „Tahan......!"
Sipengemis juga tampaknya heran, dia telah menahan langkah kakinya.
Sedangkan sigadis, nopna Kui, telah menempatkan dirinya dibelakang sipengemis.
Dia tampaknya sangat ketakutan sekali.
Melilhat ini Tang Cun Liang jadi tertarik lagi; dia membatalkan maksudnya untuk meninggalkan tempat tersebut.
Dilihatnya sipengesmis telah mengawasi tajam sekali orang, yang menghadangnya.
Orang itu adalah se-orang lelaki berusia lima puluhan tahun, tubuhnya tidak gemuk, tetapi juga tidak terlalu kurus. Wajahnya berbentuk empat persegi, sinar matanya memperlihatkan sifatnya yang keras. Dia berpakaian ringkas dan membawa sebatang pedang dipinggangnya.
Engkau pengemis busuk, engkau rupanya ingin mengacau disini, heh......?" bentak orang itu dengan suara yang dingin.
„Tidak mudah engkau ingin menimbulkan keonaran ditempat ini, karena walaupun bagaimana aku Sam Ciok Tiat Cie Phang Ko Siu tidak akan mendiamkan saja........!"
„Hemmm......, engkaukah anjingnya hartawan she Oey itu ?" bentak sipengemis dengan suara yang dingin.
„Dan engkau rupanya ingin dihajar ......! "
Orang yang mengaku 'bernama Phang Ko Siu itu tertawa dingin.
„Pengemis busuk yang usil mencampuri urusan orang lain, justru engkau yang harus dihajar seperti menghajar seekor anjing buduk.. ...!" Dan sambil berkata begitu; orang she Phang tersebut telah mengangkat tangan kanannya, rupanya Phang Ko Siu bermaksud untuk menghantam muka sipengemis.
Tetapi pengemis tersebut memiliki ginkang yang luar biasa, dia juga bisa bergerak cepat sekali, sehingga, dengan hanya memiringkan kepalanya kakanan dengan gerakan seenaknya, dia telah berhasil mengelakkan serangan yang dilancarkan lawannya.
Bahkan pengemis itu tidak berdiam dirid saja, dia telah mengeluarkan suara bentakan, sambil mengelak dia juga telah mendorong dengan mempergunakan telapak tangannya.
Dorongan yang dilakukan olehh pengemis. itu bukan dorongan sembarangan, karena dia telah menyalurkan tenaga lwekangnya sebanyak enam bagian ketelapak tangan kanannya, maka tanpa ampun lagi orang she Phang itu tidak bisa mengelak diri dan tubuhnya telah terpental kebelakang, dia berusaha untuk dapat menguasai dirinya.
Namun sayang, rupanya akibat dorongan telapak tangan kanan sipengemis, orang she Phang itu kehilangan keseimbangan tubuhnya, kuda2 pada kedua kakinya telah tergempur dan dia telah bergulingan diatas tanah.
Sipengemis telah berkata dengan suara yang dingin : „Hemmm........, jika aku tidak merasa kasihan terbadap engkau yang hanya bisa menjadi anjingnya sihartawan busuk itu, tentu aku akan menurunkan tangan yang lebih keras lagi untuk menghajar kau pergi menemui Giam Lo Ong diakherat !"
Tetapi Phang Ko Siu rupanya sangat penansaran, sekali, dia telah mengeluarkan suara bentakan dan dengan cepat telah rnencabut keluar pedangnya. Pedang itu sangat aneh, karena jika mata pedang biasa tentu hanya satu, tetapi justru mata pedang orang she Phang itu berjumlah tiga, menyerupai cagak. Maka dari itu, mungkin dari senjatanya ini dia diberi gelaran Sam Ciok Tiat Cie.
Dengan mangeluarkan suara erangan yang sangat keras, tampak tubuh Phang Ko Siu telah melompat dengan cepat, dia telah mengulurkan pedangnya yang aneh itu untuk menabas kekiri dan kanan dengan serentak.
Jika yang menerima serangan tersebut orang biasa, tentu siang-siang perutnya telah pecah oleh pedang bermata cagak tiga tersebut.
Tetapi justru sekarang yang menerima serangan tersebut adalah sipengemis, yang selain memiliki ginkang telah sempurna, ilmu kepandaiannya pun tidak rendah. Maka dengan mudah dia telah berhasil meloloskan diri dari mata pedang itu.
Gerakan yang dilakukan sipengemis bukan hanya sampai disitu saja, dia juga telah menggerakkan tangan kanannya untuk membalas serangan Phang Ko Siu dengan disertai oleh bentakannya yang mengguntur.
Rupanya suara bentakan sipengemis telah membuat Phang Ko Siu jadi terkejut, semangatnya terbang. Terlebih lagi dia telah merasakan tenaga dorongan yang kuat dari tangannya sipengemis. Maka tidak ampun lagi, dia tidak berhasil mengelakkan diri, bahkan tubuhnya telah terlambung ketengah udara, dan kemudian meluncur terbanting ditanah.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang