Jilid 34

1K 28 0
                                    

HEK WAN SI PENAMBAL MANGKOK

NAMUN pada suatu pagi, diluar pintu istana terjadi keributan mendadak.
Waktu Toan Liang yang hari itu tengah memimpin pasukan pengawal mengadakan penjagaan diistana keluar untuk melihat keributan itu.
Ternyata keributan tersebut ditimbulkan oleh beberapa orang anak buahnya.
Dimuka istana tampak seorang laki2 yang keadaannya tidak keruan macam, berpakaian kebesaran dan juga tidak keruan bentuknya, dengan rambut yang terurai turun, tengah duduk sambil mengoceh seorang diri.
Mungkin usia orang itu lima puluh tahun, ia mengoceh seorang diri dengan sepasang mata yang terpenjamkan.
Anak buah Toan Liang menimbulkan suara yang ribut karena mereka tengah mangusir orang tersebut agar tidak berdiam dimuka istana.
Toan Liang segera memanggil salah seorang anak buahnya, menanyakan apa sebabnya timbul keributan itu.
„Maafkan Goan (jenderal)," kata anak Toan Liang.
„Jangan Goanswe Tai jin gusar, sesungguhnya kami tengah mengusir orang liar itu agar tidak berdiam dimuka istana, tetapi orang itu, yang mengakui dirinya sebagai seorang penambal mangkok, tidak bersedia pergi. la mengatakan ingin bertemu dengan Toan Hongya untuk memperlihatkan keakhliannya menambal mangkok.....!"
Sepasang alis Toan Liang Jadi mengkerut karena justru orang itu yang mengakui dirinya sebagai akhli menambal mangkok itu tidak memiliki sangkut paut dan hubungan dengan penyakit yang diderita oleh Toan Hongya.
Dan saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk mem perlihatkan kepandaiannya orang tersebut dihadapan Toan Hongnya, karena raja itu tengah sakit.
„Katakan kepadanya, agar datang dilain saat saja, karena Toan Hongya tengah sakit," kata Toan Liang akhirnya.
„Sudah hamba katakan begitu, tetapi justru orang tersebut memaksa juga untuk bertemu dengan Toan Hongya......... ia mengatakan memang telah didengarnya Toan Hongya sakit, maka ia ingin menghibur Toan Hongya, agar raja kita itu terhibur sedikit oleh pertunjukan yang akan diadakan dihadapan Toan Hongya, menambal mangkok2 yang telah pecah.... !"
Mendengar keterangan anak buahnya itu, Toan Liang jadi marah, ia mengerutkan sepasang alisnya berpikir keras, tetapi diwaktu itu iapun berpikir juga bahwa selama ber-bulan2 Toan Hongya menderita penyakitnya itu dan selama itu hanya rebah dipembaringan, bukankah memang selayaknya jika Kaisar mereka itu diberi hiburan.
Mungkin orang yang mengakui dirinya sebagati penambal mangkok itu memiliki keakhlian yang unik, yang bisa menghibur Toan Hongya, karena ia begitu berkeras ingin bertemu dengan Toan Hongya.
„Baiklah, suruh Qrang itu masuk menghadap padaku", kata Toan Liang akhirnya.
Anak buah Toan Lianag mengiyakan dan mempersilahkan orang yang aneh tersebut untuk bertemu dengan Toan Liang.
Dengan sikap yang acuh tak acuh dengan kurang memperlihatkan sikap menghormat, orang tersebut telah duduk sembarangan dihadapan Toan Liang, ia menggumam dengan suara yang perlahan, namun cukup jelas didengar oleh Toan Liang : „Sungguh celaka.....! Sungguh celaka.....! Raja tengah sakit, tetapi semua orang telah membiarkan raja dengan penyakitnya begitu saja............!"
Sungguh suatu hal yang menyedihkan sekali... aku yang ingin menghibur Toan Hongya agar tidak terlalu bersedih bati, namun juatra sayang, nya manusia2 yang mengelilingi Taan liongyamalah lebih senang melihat raja tnereka menderita dan melarang aku memberikan hiburan.......!"
Toan Liang jadi tertarik, ia telah meman• dangi orang itu sejenak lamanya, kemudian ta nyanya : „Siapa namamu, orang tua"
„Namaku.....? Aku tidak memiliki nama.
Sudah terlalu lama aku tidak memakai nama apa pun juga.
Hanya sahabat2ku banyak yang memanggilku dengan sebutan si Hek-wan (Kera Hitam)."
„Nama yang aneh" kata Toa Liang kemudian.
„Hmmm....., tidak terlalu aneh. Kau lihat, kulitku ini hitam, bukan?
Dan juga wajahku memang buruk, tidak tertalu bagus seperti kau, maka cocok jika sahabat2ku itu mengatakan bahwa mukaku ini menyerupai muka seekor kera.........!"
Toan Liang sadi tertegun, aneh sekali orang ini, tetapi justru orang ini senang sekali tampaknya memiliki gelaran seperti Hek Wan itu, ia malah telah menekankan bahwa gelaran itu tepat sekali untuk keadaan dirinya yang sebenar-nya.
„Baiklah, lalu apa maksudmu memaksa untuk bertemu dengan Toan Hongya?" tegur Toan Liang lagi.
Aku Goanswe rupanya belum menerima laporan bahwa aku hanya sekedar ingin menghibur Toan Hongya. Bukankah Toan Hongya telah menderita sakit yang lama dan panjang sekali......? Maka jika memang aku bisa memberikan hiburan kepada Toan Hongya, jelas akan mengurangi sedikit penderitaaanya dan Hongya "akan terhibur. . . .!"
„Hemm....., hiburan dalam bentuk apa yang hendak engkau berikan ?" tanya Toan Liang.
„Aku seorang akhli menambal mangkok, maka aku akan memperlihatkan kepada Toan Hongya, cara bagaimana menambal mangkok, agar Toan Hongya terhibur...!
Bukankah menambal cawan atau mangkok yang telah pecah menjadi utuh kembali merupakan pertunjukan yang menarik sekali...?".
Toan Liang berdiam diri.
la sebagai seorang Goanswe, tentu saja memiliki pandangan yang luas.
Memang orang ini hanya menyatakan Jingin memberikan hiburan kepada Toan Hongya dengan mengadakan pertunjukan menambal mangkok atau cawan yang pecah, suatu pertunjukan yang biasa saja. Namun tentunya orang ini mengandung maksud tertentu dengan memaksa seperti itu ingin bertemu dengan Toan Hongya.
Walaupun masih ragu2 perihai keperibadian orang tersebut, Toan Liang akhirnya mengangguk.
„Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu, tetapi tentu saja engkau juga harus memenuhi syarat2 yang ada", kata Toan Liang kemudian.
„Syarat2 apa itu ?'' tanya orang tersebut sambil mengangkat kepalanya mengawasi Toa.n Liang.
„Engkau harus benar-benar memiliki suatu, pertunjukan yang baik untuk Toan Hongya, karena telah beberapa saat Hongya sakit, sehingga jika memang pertunjukanmu itu tidak berarti apa-apa, sia-sia saja hanya menambah keruwetan Hongya ...... maka jika engkau gagal menghibur.
Hongya, dirimu akan menerimah........!"
Orang itu mengangguk dengan pasti.
„Baik.......!" katanya kemudian
„Aku berani bertaruh, Hongya tentu akan menyukai pertunjukanku !''
Toan Liang perintahkan seorang pengawal untuk mempersiapkan keperluan -orang itu mengadakan pertunjukan.
Orang itu tidak meminta apa-apa, ia hanya minta disediakan sepuluh cawan terisi penuh oleh arak.
Toan Liang dan beberapa orang pengawal mengiringi orang tersebut memasuki tempat peraduan raja, dan Toan Liang telah perintahkan agar para pengawal itu mengadakan penjagaan yang ketat, karena Toan Liang kuatir kalau2 orang tersebut, 'Hek Wan', melakukan tindakan sesuatu yang bisa mencelakai raja mereka.
Begitu masuk kedalam ruang peraduan raja, Hek Wan melihat Toan Hongya tengah rebah di tempat peraduannya dengan tubuh yang kurus dan keadaan lemah. Dan waktu Hek Wan memasuki kamar, Toan Hongya hanya melirik lesu.
Hek Wan telah memberi hormat sambil berkata : „Toan Hongya, aku memiliki sedikit pertunjukan untukmu, entah kau akan senang melihatnya atau tidak........!"
Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban Toan Hongya, Hek Wan telah duduk numprah diatas lantai, ia meminta kepada Toan Liang agar kesepuluh cawan arak itu didekatkau padanya.
Seorang pengawal menuruti permintaan Hek Wan, dimana kesepuluh cawan arak itu telah diletakkan didekat Hek Wan, sebelah kanan.
Hek Wan mengambil sebuah cawan arak, meneguk isinya sampai kering, kemudian berka ta : „Toan Hongya, coba perhatikan kemari...........! Ini ada sebuah cawan yang masih utuh, dan aku akan merusaknya...........!"
Membarengi dengan perkataannya itu, Hek Wan telah membanting keras-keras cawan itu ke lantai, seketika cawan itu pecah berkeping-keping.
„Hongya telah melihat, cawan yang utuh itu hancur, dan sekarang aku Hek Wan sebagai penambal mangkok akan menambal cawan yang pecah itu.
Ini bukan urusan yang sukar.
Seperti diketahui, mangkok atau cawan dibuat dengan di-tengah2nya kosong, sehingga bisa dipergunakau untuk makan dan minum, dapat diisi oleh sesuatu didalamnya.
Kekosongan bisa menimbulkan isi, bisa mendatangkan kepadatan dan keberisian yang dikehendaki........!"
Bagi semua orang yang mendengar perkataan Hek Wan menganggap itulah perkataan yang biasa saja, tetepi justru Toan Hongya yang dalam keadaan lemah seperti itu jadi terkejut dihatinya, karena ia mebgetahui kata2 yang di ucapkan oleh Hek Wan adalah sebagian dari pelajaran ilmu sinkang, yaitu yang berisi menjadi kosong dan yang kosong jadi berisi. Itulah sedikit kata dari pelajaran Sinkang yang memiliki arti yang luas.
Tanpa disadari, Toan Hongya menyahuti dengan suara yang lemah : „Itu memang benar," dan Toan Hongya menghela napas dalam2.
Semua orang yang berkumpul didalana ruangan itu jadi memandang heran, melihat Toan Hongya bersedia berkata2, malah membenarkan perkataan penambal mangkok itu. Memang telah diketahui mereka, mankok dan cawan selalu kosong-tengahnya dan tanpa dibicarakan mereka memang telah tahu.
Justru Toan Hongya tampaknya jadi memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh penambal mangkok itu selanjutnya.
„Cawan yang telah pecah ber-keping2 ini, per-tama2 kita mengambil yang berada disebelah kanan, yang terkecil," kata Hek Wan lagi. „Pecahan2 yang kecil itu kita tambal dulu, baru kemudian memilih yang lebih besar, dan yang terakhir - baru potongan dari pecahan yang paling besar........ jadi yang kecil itu menunjang yang besar.
Tanpa mengumpulkan dulu yang kecil2, tentu tidak mungkin, bisa memperoleh
Muka Toan Hongya jadi ber-seri2, sebagai seorang yang mengerti pelajaran silat dan telah mempelajari sinkang, ia mengetahui makna yang terkandung dalam perkataan Hek Wan, malah dengan suara yang girang Toan Hongya berkata : „Benar.......tepat sekali. Dan bagaimana selanjutnya ?"
„Selanjutnya jika cawan yang telah pecah ber-keping2 itu berhasil kita sambung, kita harus mengasahnya, sehingga menjadi licin dan tambalan itu tidak akan tampak lagi, menjadi utuh kembah seperti semula ... I
„Tepat.........!" seru Toan Hongya girang, entah mengapa, dihatinya jadi timbul semangat baru.
„Siapakah locianpwe yang telah memberikan petunjuk berharga ini kepadaku ?"
Hek Wan telah tertawa.
„Sahabat2 biasa memberikan julukan pada ku Hek Wan........itu saja namaku, dan Hongya bisa memanggil begitu juga.......!", menyahuti Hek Wan.
Toan Hongya telah menoleh kepada Toan Liang, ia berkata : „Paman berikan sebuah kamar yang, bersih dan baik untuk Hek Wan Lo cianpwe.......!"
Toan Liang benar2 heran, mengapa rajanya jadi begitu girang dan tertarik sekali atas kata2 yang diberikan oleh Hek Wan. Padahal yang dibicarakan oleh Hek Wan hanyalah kata2 biasa saja perihal sebuah cawan, dan tentunya semua orang juga mengetahui apa itu cawan dan bagaimanaa jika pecah dan cara menyambungnya.
Tetapi malah Hongyanya itu seperti juga tertarik sekali.
Hek Wan tertawa lagi.
„Hari ini aku memberikan pertunjukan hanya 'sampai' disini, dua hari lagi aku akan melanjutinya, cobalah Hongya meresapi pertunjukanku ini selama dua hari, dan kesembilan cawan ini biarkan saja disini, karena aku masih memiliki sembilan pertunjukkan yang menarik mengenai cara menambal cawan yang telah pecah.........".
„Terima kasih locianpwe, terima kasih........i" kata Toan Hongya, dan wajahnya yang pucat itu berobah seketika jadi berseri.
Toan Liang dan yang lainnya hanya memandang heran karena mereka tidak mengerti mengapa raja mereka bisa begitu tertarik dengan kata2 Hek Wan.
Hanya mereka tidak berani meremehkan Hek Wan lagi, sebab raja rnereka sendiri tampaknya menghormati orang yang tampaknya sinting dan tidak beres pikirannya tersebut.
Bukankah Hongya mereka jadi begitu girang mendengar kata2 Hek Wan, bahkan menyatakan terima kasihnya ?
Begitulah Hek Wan telah diberikan sebuah kamar yang indah dan baik, juga diberikan perlengkapan makan dan minum yang lezat2.
Sedangkan Toan Hongya setelah Hak Wan berlalu dari kamarnya, jadi berdiam diri meresapi perkataan Hek Wan.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang