Jilid 57

1K 24 0
                                    

ONG TIONG YANG

ONG TIONG YANG merupakan seorang tojin yang cukup ditakuti oleh para penjahat dari kalangan hek-to, karena ia walaupun selalu membawa sikap yang sabar, namun bertindak dengan tegas kepada orang2 yang melakukan ke jahatan.
Seperti terlihat pada pagi itu, Ong Tiong Yang tengah berada disebuah kaki gunung dipropinsi Hopei, ia tengah duduk dibawah sebatang pohon sambil beristirahat menghilangkan lelah, seharian penuh Tojin muda ini melakukan perjalanan yang jauh, dan ia belum lagi bertemu dengan rumah penduduk yang bisa ditumpangi ataupun kuil2 yang bisa dimintai bantuannya guna menginap.
Maka untuk melenyapkan letihnya Ong Tiong Yang telah ber-istirahat dibawah pohon itu.
Angin pagi yang bersilir dingin membuat Ong Tiong Yang atau Cie Thio jadi mengantuk, karena semalaman ia melakukan perjanan terus. Ia duduk bersemadhi untuk meluruskan pernapasan dan sinkangnya, sehingga dalam sekejap mata saja perasaan letihnya lenyap.
Disaat Ong Tiong Yang tengah duduk bersemadhi begitu, tiba2 dia mendengarkan suara ramai2, disusul oleh suara bentak dan jerit kesakitan.
Sebagai seorang tojin telah tinggi sinkangnya, Ong Tiong Yang memiliki pedengaran yang tajam. Walaupuna suara ramai2 dan suara jerit kesakitan itu masih terpisah jauh, namun ia telah berhasil mendengarnya. Maka Tojin muda ini telah melompat berdiri dan memandang kesekelilingnya.
Dari arah selatan tampak berlari beberapa sosok tubuh dengan gerakan yang cepat sekali, seperti juga terbang dan kaki2 mereka seperti tidak menginjak bumi.
Dengan cepat orang2 itu tiba dihadapan Ong Tiong Yang.
Ternyata orang2 tersebut merupakan orang2 rimba persilatan.
Dilihat dari pakaiannya yang serba singset, menyatakan mereka merupakan orang2 rimba persilatan yang biasa hidup mengembara.
Dibelakang orang2 itu, yang semuanya berjumlah empat orang, tampak mengejar belasan orang, semuanya membekal senjata, ada juga senjata yang dicekal ditangan.
Pengejaran itu dilakukan dengan cepat, tampaknya memang orang2 itu bermaksud untuk dapat mengepung keempat buruan mereka.
Saat itu Ong Tiong Yang mengerutkan alisnya, ia memperdengarkan suara „Hmmm.....," tidak senang, karena-dilihatnya tidak adil belasan orang itu mengejar dan bermaksud mengeroyok keempat orang tersebut, yang tampaknya telah terluka cukup parah disebagian tubuhnya.
Keadaan demikian memang membuat darah muda Ong Tiong Yang terbangkit, ia tak bisa meyaksikan keadaan yang tidak adil seperti Itu.
Sedangkan keempat orang tersebut saat itu telah tiba didekat Ong Tiong Yang, mereka tidak bisa menyingkirkan diri lebib jauh dari belasan orang pengejaran.
Waktu itu belasan orang pengejar tersebut melompat dan mengurung ke empat orang buruan mereka. Sikap mengancam yang mereka perlihatkan menunjukkan bahwa belasan orang itu menaruh kebencian yang sangat kepada keempat orang tersebut.
„Kalian menyerah saja baik2 kami tidak akan menganiaya dirimu.....!" bentak salah seorang diantara belasan orang tersebut dengan suara yang tawar, ditangannya tampak tercekal sebatang pedang pendek, yang digerakan mengancam,
Tetapi keempat orang itu memperdengarkan suara tertawa dingin, salah seorang diantara mereka berkata: „Kami tidak akan menyerah sampai titik darah kami yang terakhir..........!"
Orang yang memimpin belasan orang kawan nya berteriak memberikan anjuran agar kawan2 nya menyerang. Sedangkan ia sendiri dengan pedang pendeknya telah melancarkan serangan yang gencar.
Keempat orang itu, yang masing2 bersenjata pedang, telah memutar senjata mereka memberikan perlawanan. Dalam sekejap mata saja mereka bertempur dengan seru. Namun keempat orang itu memitiki jumlah yang jauh lebih sedikit dari lawannya, walaupun dilihat dari gerakan ilmu pedangnya mereka memang memiliki kepandaian yang tidak rendah, tokh mereka telah terdesak.
Dua kali salah seorang dari keempat orang itu terluka oleh tabasan golok dari sallah seorang lawannya, sehingga mengeluarkan suara jeritan dengan tubuh terhuyung.
Ketiga orang kawannya jadi terkejut dan berusaha untuk melindungi kawan mereka.
Namun belasan lawan mereka telah memperhebat serangan-serangannya, sehingga angin serangannya menyambar-nyambar tidak hentinya.
Ong Tiong Yang menyaksikan keadaan demikian, merasa waktunya telah sampai.
la mengeluarkan suara bentakan nyaring, tubuhnya melompat ketengah gelanggang dengan gerakan yang ringan, dan Hudtim (kebutan kependetaannya) digerakan dengan melintang kekiri dan ke kanan, maka senjata belasan orang tersebut berhasil dibuat terpental. Dan waktu itu keempat orang yang dikurung itu mempergunakan kesempatan tersebut untuk mengundurkan diri, mereka menyingkir agak jauh.
Belasan orang pengepung itu jadi penasaran dan mendongkol melihat seorang imam telah mencampuri urusan mereka.
Orang yang memegang pedang pendek itu telah membencak dengan suara yang tawar: „Hidung kerbau, apa maksudmu mencampuri urusan kami.........?"
Mendengat pertanyaan orang tersebut yang kasar, Ong Tiong Yang yakin belasan orang tersebut tentunya bukan manusia baik?
Apalagi ia melihat mereka tanpa kenal malu mengeroyok keempat orang itu.
„Pinto harap kalian tidak mendesak keempat orang Siecu itu, jumlah mereka lebih sedikit dari kalian, maka tidak pantas kalian main keroyok seperti itu tanpa kenal malu. Pinto harap kalian tidak mendesak lebih jauh !"
Tetapi orang yang bersen jata pedang pendek itu tertawa mengejek, kemudian katanya : „Hemm......., enak saja kau berkata, kami mengeroyok mereka karena justru mereka merupakan manusia2 tidak tahu diri yang harus kami ringkus..........!"
„Apa kesalahan mereka ?" tanya Ong Tiong Yang tawar.
„Mereka merupakan manusia2 kurang ajar yang besar mulut, bahkan telah lima orang kawan kami yang terluka ditangan mereka, maka itu kami harus dapat membalaskan sakit hati kawan kami itu !"
„Tetapi kata kalian yang hendak menuntut balas kepada keempat orang tersebut merupakan cara pengecut !"
„Akh....... hidung kerbau, engkau terlalu banyak bicara, cepat nenyingkir.........!"
„Kalau memang Pinto tidak mau menyingkir.......?" tanya Ong Tiong Yang dengan suara yang sabar.
„Tentu kami tidak akan segan untuk menurunkan tangan keras kepadamu ......!"
Tetapi Ong Tiong Yang tidak jeri.
„Pinto kira kalian tidak akan memiliki kessanggupan untuk merubuhkan Pinto.....!"
„Oh..... pendeta sombong, engkau jangan bicara tekebur seperti itu .....!" dan sambil berkata begitu, salah seorang dari belasan orang tersebut, yang bersenjata Poan Koan Pit melompat melancarkan totokan dengan ujung Poan Koan Pitnya.
Namun Ong Tiong Yang mengelakkan dengan cepat, dalam waktu sekejab mata saja ia telah berhasil mengelakkan diri dari lima kali totokan Poan Koan Pit orang tersebut.
Rupanya kawan2 orang tersebut yang melihat usaha kawan mereka gagal, telah melompat maju dan melancarkan serangan mengeroyok.
Gerakan mereka memang cepat dan gesit sekali disamping itu merekapun memiliki kepandaian yang tinggi. Mereka melompat menggunakan senjatanya masing2 melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang.
Satelah beberapa jurus menyaksikan lawannya, Ong Tiong Yang sudah lebih dari ia mengalah.
Ia mengeluarkan suara siulan sambil katanya kemudian: „Siecu harus ber-hati2.....!" sambil berkata begitu, Hudtimnya meluncur kearah lawannya.
Dan bulu Hudtimnya yang dialiri tenaga sinkang jadi kaku dan keras, dipergunakan untuk menotok Iawannya itu. Dan Tubuh lawannya langsung saja terjungkal. roboh tidak bergerak lagi ......... terbujur kaku karena telah tertotok.
Belasan kawanya jadi terkejut, belum lagi mereka menyadari apa yang terjadi ....... tiba2 datang serangan dari Ong Tiong Yang, Hudtimnya ber-gerak2 melancarkan totokan ke sana kemari dengan cepat. Dalam sekejap mata saja, tujuh orang telah terjungkal dalam keadaan tertotok.
Sisanya yang enam orang lagi jadi ngeri dan takut2 waktu menyaksikan bahwa Ong Tiong Yang memang benar2 memiliki kepandaian yang sulit dilawan mereka.
Keadaan demikian membuat keempat orang yang ditolong Ong Tong Yang jadi berdiri tertegun karena kagum, kemudian mereka berlutut dan menyatakan terima kasih mereka kepada imam tersebut.
Ong Tiong Yang menanyakan kepada keempat orang itu, apa sesungguhnya yang terjadi.
Salah seorang dari keempat orang yang ditolong Ong Tiong Yang berkata, bahwa mereka sesungguhnya hanya terlibat dalam suatu keslahan pahaman belaka. Justru keempat orang ini dari keluarga Khut telah salah tangan melukai dua orang dari keluarga Cien dan juga beberapa orang pengawal mereka. Dengan demikian pihak keluarga Cien telah mengutus puluhan orang untuk membasmi keluarga mereka.
Keempat orang ini bisa melarikan diri tetapi tetap dikejar dan bendak dibinasakan, untung saja Ong Tiong Yang yang menolongi mereka.
Mendengar itu. Ong Tiong Yang menghela napas, katanya dengan suara mengandung sesal: „Begitulah keadaan dunia, selalu dendam yang diributkan. Apa keuntungan dari hasil yang diperoleh karena dikendalikan oleh dendam ?"
„Nah, untuk selanjutnya kalian berempat pergilah menyingkir kesuatu tempat yang jauh, menghindarkan diri dari lawan2 kalian, tetapi selanjutnya kalian harus berusaha agar tidak menimbulkan bentrokan dengan pihak keluarga Cien itu."
Keempat orang tersebut mengiyakan, dan setelah menanyakan siapa adanya tojin muda yang gagah ini, merekapun pamitan untuk pergi mencari tempat persembunyian.
Seperginya keempat orang keluarga Khui itu, Ong Tiong Yang membebaskan belasan orang dari keluarga Cien itu dari totokannya.
Tojin ini berusaha memberikan pengertian kepada mereka, dikendalikan dendam bukanlah suatu hal yang baik. Hal itu berusaha dikupas oleh Tojin muda ini, memberikan pengertian disamping menyadari orang-orang tersebut. Dan belasan orang itu walaupun penasaran, mereka mengiyakan, karena mereka tahu percuma jika mereka bersikeras dan melawan Tojin itu, karena mereka bukan menjadi tandingan Ong Tiong Yang.
Tetapi mereka menanyakan nama Ong Tiong Yang, kemudian baru berlalu.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang