Jilid 60

744 21 0
                                    

SAMBIL mengunyah daging bakarnya Sie Hun Bian menggumam perlahan : „Sungguh berani......, sungguh berani.........luar biasa sungguh berani sekali...........!"

Menggumam sampai disitu, tahu-tahu potongan daging yang berada di mulutnya telah di semburkannya dengan keras, dan potongan-potongan daging itu menyambar ke punggung Ong Tiong Yang deras sekali.

Rupanya pada potongan daging tersebut disertai oleh dorongan tenaga sinkang yang kuat, berkesiuran keras menyambar kejaIan darah dipunggung Ong Tiong Yang.

Ong Tiong Yang yang mendengar suara samberan angin dari potongan-potongan daging itu, tidak bangkit dari duduknya, ia tidak berusaha berkelit, hanya mempergunakan hudtimnya mengebut kebelakang, sehingga beberapa potongan daging itu berhasil disampoknya jatuh ke lantai.

Namun Ong Tiong Yang kaget sendirinya, karena ia merasakan telapak tangannya pedih sekali ketika hudtimnya itu memukul jatuh potongan2 daging tersebut.

Hal itu membuktikan bahwa tenaga Iwekang Sie Hun Bian memang tinggi, dan membuat Ong Tiang Yang harus bersikap lebib hati2.

Kiang Bun yang melihat cara Ong Tiong Yang meruntuhkan serangan potongan daging yang dilancarkan Sie Hun Bian jadi kaget sendirinya.

Dengan kepala yang masih tertunduk dalam2 Kiang Bun telah berkata perlahan: „Ah......, rupanya Ong Cinjin memiliki kepandaian yang tinggi. Aku situa yang memiliki mata lamur tak bisa melihat tingginya gunung Taisan.......!"

Ong Tiong Yang hanya tersenyum, sedangkan Sie Hun Bian yang penasaran karena serangan potongan daging yang dilancarkannya berhasil diruntuhkan oleh Ong Tiong Yang, duduk tertegun sejenak, kemudian ia berkata dengan suara yang cukup nyaring: „Hemm, dengan demikian kepandaian yang tidak berarti seperti itu engkau hendak bertingkah dihadapan Sie Hun Bian.

Lalu dengan gerakan yang seenaknya tampak Sie Hun Bian melontarkan patahan sumpit itu keras dan kuat, dimana kedua sumpit menyambar lagi kepada Ong Tiong Yang.

Hanya sekarang samberan sumpit itu berbeda dengan samberan potongan daging, selain lebih kuat, juga tempat yang dijadikan sasaran merupakan bagian kepala dan pinggang.

Ong Tiong Yang tahu, ia tidak boleh berlaku ayal, karena jika terlambat sedikit saja salah satu dari patahan batang sumpit itu mengenai sasaran, niscaya ia bisa menderita luka yang tidak ringan.

Tanpa menanti serangan tiba, Ong Tiong Yang berdiri dari duduknya, tubuhnya dimiringkan tahu2 hudtimnya telah digerakkan memukul bergantian pada kedua batang potongan sumpit itu, sehingga potongan sumpit itu telah terjatuh ke lantai kembali.

Menyaksikan ini, Sie Hun Bian kian meluap darahnya, ia telah memukul meja dengan keras, sampai piring dan mangkok araknya terpental keatas.

„To jin bau........ engkau benar2 hendak menantangku, heh ?" teriaknya dengan suara yang dingin, namun dalam suara bentakannya itu terdapat nafsu membunuh yang mengerikan sekali.
Ong Tiong Yang tersenyum sabar, la menghampiri Sie Hun Bian, kemudian merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat.
„Maafkan, bukan se-kali2 Pinto hendak, mencari urusan dengan tuan.... tetapi tadi tindakan tuan keterlaluan dalam mencelakai kasir dan pelayan rumah makan ini, maka terpaksa Pinto tidak bisa berdiam diri.......!"
Sie Hun Bian tertawa dingin, ia berkata tawar: „Hemm....., engkau rupanya memang merasa angkuh dengan kepandaian yang engkau mililiki itu....., apakah engkau menduga bahwa kepandaian mu itu sudah tidak ada tandingannya lagi? Baiklah, aku hari ini jika tidak bisa memperlihatkan kepadamu, bahwa Sie Hun Bian bukanlah orang yang mudah dipermainkan, untuk selanjutnya percuma aku malang melintang didalam rimba persilatan......!"
Setelah berkata begitu, Sie Hun Bian bangkit berdiri, ia memandang tajam kepada Ong Tiong Yang.
Melihat keadaan sudah demikian rupa, Ong Tiong Yang juga ber-siap2 penuh kewaspadaan karena ia tahu jika sampai dirinya lengab. nis caya ia bisa terluka ditangan Sie Hun Ban yang memang selalu turun tangan tanpa mengenal kasihan.
„Tuan jangan terlalu mengumbar kemarahan, karena itu tidak baik untuk tuan sendiri, kata Ong Tiong Yang sabar.
„Hemm......., engkau tidak perlu menasehatiku, kerbau busuk...!" bentak Sie Hun Bian kian meluap darahnya.
la sebagai tokoh yang terkenal dari kalangan penjahat, yang setiap tingkah lakunya seenak hati dan belum pernah ada orang yang bisa melarang dan mengekangnya, justru sekarang ini ia hendak diberi nasehat oleh seorang tojin muda seperti Ong Tiong Yang, membuat ia jadi murka sekali.
„Engkau memang perlu dihajar.......!" kata Sie Hun Bian yang sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya. la juga bukan hanya berkata saja, karena tangan kanannya telah digerakkan denaan jurus: „Menutup dengan terali besi", tampak kelima jari tangannya itu terpentang lebar-lebar, ia berusaha menutup kepala Ong Tiong Yang dengan kelima jari tangannya.
Sesuai dengan nama jurus itu, yaitu „Menutup dengan terali besi", maka kelima jari tangan Sie Hun Bian seperti juga terali2 besi yang akan menutupi kepala Ong Tiong Yang.
Yang luar biasa adalah tenaga menutup dari telapak tangan Sie Hun Bian, karena telapak tangannya itu menyambar kuat sekali dan kelima jari tangannya itu kaku dun keras telah dialiri oleh tenaga lwekang, jika sampai mengenai sasaran, niscaya akan membuat kepala Ong Tiong Yang remuk.
Ong Tiong Yang tidak jeri, karena ia memang telah mempelajari ilmu dari aliran lurus, dimana ketiga orang gurunya memberi pelajaran ilmu yang bersih dan lurus padanya, berbeda dengan ilmunya Sie Hun Bian yang agak sesat tersebut.
Ketika melihat telapak tangan Sie Hun Bian hampir mengenai kepalanya, tampak Ong Tiong Yang mengelak kesamping kanan, tetapi ia tidak berkelit begitu saja, hudtim ditangannya telah dikebutkannya, tangkisan yang dilakukannya itu membuat tangan Sie Hun Bian jadi tergetar keras disaat bulu2 hudtim Ong Tiong Yang membentur tangannya dan berusaha melibatnya.
Keadaan demikian meinbuat Sie Hun Bian tambah marah, iatelah memusatkan tenaga lwekangnya lebih kuat pada kelima jari tangannya, sama sekali ia tidak berusaha menarik tangannya, hanya diteruskan untuk .mefrncengkeram bahu Ong Tiong Yang.
Bian Kie Liang yang bergelar Sie Hun Bian itu memang-benar2 merupakan seorang tokobh sakti yang memiliki kepandaian tinggi sekali, karena disamping ia memiliki kepandaian yang aneh, juga kekuatan tenaga dalam yang dimiliki nya sudah mencapai taraf yang tinggi, Ong Tiong Yang sendiri merasakan betapa telapak tangannya jadi sakit, dan ia juga merasakan hudtimnya seperti akan tertarik kena direbut oleh lawannya.
Hal ini membuat Ong Tiong Yang harus mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya, dimana tenaga murninya itu disalurkan untuk melindungi Hudtimnya, agar tidak sampai direbut oleh lawannya yang mempunyai tenaga dalam yang kuat dan jurus ilmu silat yang aneh.
Kiang Bun melihat partempuran yang tengah berlangsung antara Ong Tiong Yang dan Bian Kie Liang jadi memandang dengan mata terpentang lebar2, ia mengawasi deagan penuh perhatian.
Disaat itu Ong Tiong Yang merasakan jari tangan lawannya hanya terpisah beberapa dim saja dari bahunya, dan jika saja jari2 tangan Sie Hun Bian berhasil mencengkeram pundaknya, niscaya akan membuat tulang pie-pee nya terancam kerusakan yang cukup parah.
Harus diketahui kalau sampai tulang pie-pee seseorang hancur atau remuk, ilmu silat orang yang bersangkutan akan punah, tenaga pada pergelangan tangannya, berarti tangannya akan menjadi lumpuh.
Hal ini membuat Ong Tiong Yang tidak berayal, ia telah menekuk kedua kakinya, se hingga tubuhnya jadi rendah kebawah, kemudian sambil mengenalkan suara seruan perlahan Ong Tiong Yang menggerakkan Hudtimnya mengghantam kearah perut Sie Hun Bian.
Kalau sampai ujung hudtim dari Ong Tiong Yang mengenai perutnya, niscaya akan membuat perut dari Sie Hun Bian terluka berat dan berarti juga tenaga dalamnya akan tergempur.
Karena itu, Sie Hun Bian tidak berani berlaku ayal, dia menarik pulang tangannya membatalkan cengkeramannya, dan kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang. Dengan cara demikian ia berhasil mengelakkan diri dan berkelit dari serangan yang dilancarkan oleh Ong Tiong Yang.
Kiang Bun yang menyaksikan jalannya pertempuran kedua orang tersebut demikian rupa jadi kagum sekali. Semuanya terjadi begitu cepat, dan seperti tidak terjadi suatu perkelahian antara Ong Tiong Yang dan Sie Hun Bian, mereka sepertt juga saling memberi hormat.
Jika memang orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu tidak mengetahui bahwa dalam beberapa detik itu dua orang jago telah mengeluarkan kepandaian masing2 yang hebat, yang membuat salah seorang diantara mereka bisa terbinasa.
Keadaan seperti ini benar2 membuat Kiang Hun jadi duduk bengong, karena ia yakin kepan daian yang dimilikinya tidak sehebat itu.
Diam2 ia merasa malu tadi telah terlalu ba nyak bicara pada Ong Tiong Yang, dimana Ong Tiong Yang membawa sikap seperti juga tidak m.-ngerci ilmu silat.
Sie Hun Bian tertawa dingin, ia berkata ta war: „Apakah kita akan meneruskan pertempu 'ran kita?" tanyanya.
Ong Tiong Yang tersenyum.
„Tetapi semua itu bukan atas kehendakku, justru Siecu yang telah melancarkan serangan beberapa kali kepada Pinto... memang bukan se-kali2 Pinto hendak bertempur denganmu. .. hanya Pinto mengharapkan agar Siecu dilain waktu tidak selalu cepat marah seperti itu dan menurunkan tangan kejam kepada seseorang yang tidak berdaya......!"
Muka Sie Hun Bian jadi berobah merah, ia marah tetapi ia tidak bisa melampiaskan kemarahannya itu, karena ia mengetahui bahwa pen deta yang ada dihadapannya ini merupakan la. wan yang tidak ringan. Maka dari itu, Sie Hun Bian yang bernama pian Kia Liang tersebut me nahan kemarahannya, ia memaksakan diri untuk tersenyum, katanya: „Cinjin sebenarnya murid dari pintu perguruan mana ?"
Ong Tiong Yang kerutkan alisnya sejenak, kemudian sambil tertawa ia menyahuti : „Pinto kira hal itu kurang begitu penting buat siecu!"
„Mengapa kurang penting? Bukankah jika memang Cinjin murid dari salah seorang sahabatku; urusan kita akan bisa diselesaikan sampai disini saja.......?"
„Jadi jika Pinto ini murid dari orang yang tidak dikenal oleh siecu, apakah Pinto tidak akan diberi ampun olehmu ?" .
Ditanya begitu Sie Hun Bian tersenyum ngejek.
„Baiklah, jika memang engkau tidak bersedia menyebutkan siapa gurumu, sekarang jawablah pertanyaanku yang satu ini. Apakah Cinjin memang sengaja, hendak memusuhi diriku?"
„Mana berani aku memusuhi diri Siecu, bukankah kita tidak pernah saling berkenalan "
„Hem......., lalu kenapa Cinjin campuri urusanku!"
„Semua itu hanya disebabkan keadilan belaka, dimana Pinto tidak bisa menyaksikan perbuatan yang se-wenang2 dilakukan terhadap orang yang tak berdaya... l"
„Tetapi pelayan itu tadi telah berlaku kurang ajar kepadaku, bukankah pantas jika aku menghajarnya?" tanya Sie Hun Bian yang naik darah lagi.
Tetapi justru Ong Tiong Yang, berkata dengan suara yang sabar :
„Cara untuk menegur pelayan hu bukan dengan hajaran, tatapi cukup dengan memberitahukan saja......kukira dengan diberitahukan saja ia akan mengerti.......!"
Sie Hun Bian mendengus, ia jadi serba salah.
Tetapi disamping tengah, mempertimbangkan kekuatan dan kepandaian Tojin muda ini, juga ia tengah memikirkan apakah akan diteruskannya untuk melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang, atau memang urusan itu dihabisi sampai disitu saja ?
Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya, ia berkata ramah : „Nah, kukira cukup, pinto hendak kembali kemeja pinto....... !"
Dan tanpa menantikan jawaban dari Sie Hun Bian, tampak Ong Tiong Yang ,telah memutar tubuhnya, ia kembali kemeja Kiang Bun,
Waktu itu Kiang Bun berkata sambil memperlihatkan jari tangannya : „Hebat kau Totiang........kepandaianmu luar biasa.... !"
Tetapi Ong Tiong Yang tersenyum lebar, ia bilang dengan suara yang merendah : „Itu hanya kepandaian biasa saja, ilmu mengebut lalat....!"
Justru kata2 Ong Tiong Yang yang merendah diri itu telah didengar oleh Sin Hun Bian, membuat marah Bian Kie Liang jadi meluap lagi, tahu2 ia memukul meja dengan keras.
„Brakkk........!" meja itu telah dipukulnya kuat sekati.
„Hidung kerbau kurang ajar......!" bentaknya.
„Mari kita bertempur seribu jurus lagi... .!" Dia menantang sambil berdiri.
Ong Tiong Yang jadi menoleh dan katanya derngan tawar: „Mengapa harus berangasan seperti itu Siecu?"
„Engkau menganggap diriku sebagai lalat? Hayo buktikan, apakah aku seekor lalat yang begitu mudah dikebut oleh hudtimmu......!"
Ong Tiong Yang baru tersadar, bahwa perkataannya itu justru didengar oleh Sie Hun Bian.
Cepat2 Ong Tiong Yang bangkit dari duduk nya, ia merangkapkan tangan memberi hormat.
„Maaf, sama sekali aku tidak bermaksud menyindir Siecu, aku hanya mengatakan kepada sahabat Pinto ini, bahwa kepandaian yang dimiliki itu bukan kepandaian yang berarti..........!"
Waktu Ong Tiong Yang berkata sampai tisitu. tiba2 dari luar melangkah masuk seseorang. Semua mata menoleh, dan ruangan rumah makan tersebut seketika tersiar bau harum semerbak, karena yang memasuki ruangan rumah makan itu tidak lain seorang gadis yang memiliki paras sangat cantik.
Ong Tiong Yang yang melihat gadis secantik itu, diam2 telah mengucapkan doa untuk dapat menenangkan goncangan hatinya.
Sebagai seorang pendeta muda, dengan sendirinya melihat seorang gadis yang begitu cantik, membuat hatinya tergoncang, benar2 merupakan suatu dosa buat Ong Tiong Yang. Dan ia tidak berani memandanginya terlalu lama, walaupun dihatinya ia heran sekali bahwa didunia ini ternyata terdapat gadis secantik itu.
Sedangkan gadis yang baru datang tersebut, mengenakan pakaian warna biru dan memakai ikat pinggang berwarna merah, dengan di ujung satunya diganduli oleh sebuah ukiran kepala burung Hong, dan juga ujung yang satunya lagi diganduli oleh sebuah bentuk bola kecil yang berkilauan karena terbuat dari emas, telah melangkah menghampiri sebuah meja, dan memesan makanan kepada pelayan.
Sie Hun Bian sendiri yang melihat gadis cantik itu, untuk sejenak tidak memperhatikan Ong Tiong Yang, karena matanya memandang tidak berkedip kepada sigadts itu.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang