Jilid 4

2K 43 0
                                    

ANG CIT KONG

SEEKOR kuda tengah berlari dengan cepat memasuki kota Bun-siong-kwan, penunggang kuda itu seorang pemuda pelajar. Dialah Thung Liu Cie.

Dia telah bertanya-tanya kepada para penduduk, dimana letak gedung Tiekwan (hakim) di kota tersebut, atas petunjuk penduduk kota itu akhirn-ya Thung Liu Lie telah tiba di gedung Tiekwan yang mewah dan megah sekali.

Seorang Kee-teng (pesuruh) telah keluar sambil menyambuti tali les kuda si pemuda pelajar itu.

"Lopeh (paman) apakah ini gedung Tiek-wan ?" tanya pelajar itu.

"Benar Kongcu, apakah Kongcu ingin menyampaikan suatu pengaduan ?"

"Bukan.......engkau tolong beritahukan, keponakan Tiekwan Thung Siang Bun yang bernama Thung Liu Cie ingin datang menghadap mengunjuk hormat.......!"

Mendengar Thung Liu Cie adalah keponakan dalam dari majikannya, Kee-teng itu jadi memperlihatkan sikap yang hormat sekali.

"Mari silahkan masuk! Kongcu..... Mari silahkan masuk !" dia mempersilahkan tamunya itu, yang diajaknya ke ruang tamu. 

Kemudian dia meninggalkan tamu itu sejenak, untuk masuk ke dalam memberikan laporan kepada majikannya.

Tidak lama kemudian tampak keluar seorang lelaki bermuka agung dan angker, bertubuh besar dan agak gemuk, dia telah melangkah ke ruang tamu.

Thung Liu Cie cepat-cepat bangun dari duduknya dan menjura memberi hormat sambil panggilnya : "Siok-siok!"

"Hemm........, apa maksudmu mencariku kemari?" tanya sang paman itu, yang menjabat kekuasaan sebagai Tiekwan di kota ini.

"Siok-siok, ibu telah meminta agar Tit-lie membawa surat ini untuk Siok-siok........!" sambil berkata begitu, Thung Liu Cie telah mengeluarkan segulung surat, diangsurkan dengan kedua tangannya, sikapnya hormat sekali.

Bagaimana keadaan ayahmu, apakah sehat-sehat saja. ?" tanya Tiekwan she Thung itu.

Ditanya begitu, wajah Thung Liu Cie jadi berobah murung.

"Baru dua bulan yang lalu Ayah menutup mata ............ " dia menjelaskan dengan kepala tertunduk.

"Apa.............???'' tanya Tiekwan she Thung itu yang terkejut mendengar kakaknya telah meninggal. "Mengapa aku tidak diberitahu...........?!?"

---oo0oo----

"SEKARANG ini ibu telah memerintahkan agar aku memberitahukan kepada Sioksiok ! Dulu kami tidak memberi kabar karena takut mengganggu kesibukan Siok-siok..."

"Hemmm............" dan Thung Tiekwan telah membaca surat dari enso, iparnya itu.

Selesai membaca surat itu, Thung Tiekwan telah menggulung kembali surat itu, dia memasukkan ke dalam saku jubahnya, kemudian mengawasi keponakannya itu.

"Engkau memiliki ilmu silat dan surat...?" tanyanya.

"Benar Siok-siok ! Hanya sedikit-sedikit !" menyahuti Thung Liu Cie.

"Ibumu meminta agar aku memasukkan engkau bekerja sebagai pegawai pemerintah, agar kelak tahun depan engkau bisa mengikuti ujian Conggoan !"

"Itupun telah diceritakan ibu kepadaku..." kata Thung Liu Cie.

"Baiklah, untuk sementara ini engkau membantu-bantu aku dulu.......! Karena menurut ibumu engkau memiliki ilmu silat yang lumayan, maka engkau kuangkat sebagai pimpinan dari pasukan keamananku.........! Maukah engkau menerimanya?"

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang