Jilid 50

759 21 2
                                    

"HMMM......, PEREMPUAN CANTIK itu tampaknya bukan wanita baik2..... kepandaianya juga tidak rendah, Mmemang ia bisa menandingi kepandaiannya, kalau saja kami bertempur dengan cara biasa untung saja aku mempergunakan api mustikaku ini, sehingga ia kewalahan..........!''

Cepat-cepat Lauw Cie Lan masuk keruangan dalam kuil itu.

la melihat di lantai tiga orang pendeta yang tengah rebah tertidur nyenyak.

Setelah di periksanya ternyata ketiga orang pendeta itu merupakan korban totokan.

Setelah diteliti sejenak Iamanya, Lauw Cie Lan membuka totokan pendeta itu, ia menguruti tubuh pendeta tersebut.

Selang beberapa lama, ketiga orang hwesio itu telah berhasil disadarkannya.

Saat itu ketiga orang hweshio tersebut memandang heran pada Lauw Cie Lan.

„Apa yang telah, terjadi ?" tanyanya dengan bingung.

„Kalian telah ditotok !" menjelaskan Lauw Cie Lan.

„Kalian bertiga tidak sadarkan diri dan tertidur lelap sekali.......!"

Salah seorang diantara ketiga hweshio itu talah berkata : „Kalau tidak salah kami telah menerima kedatangan seorang tamu......dia seorang wanita cantik yang membawa seorang pemuda yang tengah pingsan.........!"

„Perempuan cantik itu seorang wanita yang tidak baik, dialah yang telah menotok diri kaIian.......sekarang coba kalian tunjuki kepadaku, dimana pemuda yang dibawanya dalam keadaan pingsan itu ?"

Hweshio yang seorang itu cepat-cepat membawa Lauw Cie Lan kesebuah kamar.
Ketika mereka membuka pintu dan melihat apa yang terdapat didalam kamar itu, mereka jadi tertegun.

Begitu juga Lauw Cie Lan telah cepat-cepat memalingkan mukanya kearah lain sambil mundur menjauhi diri dari kamar itu.

Apa yang mereka lihat ?
Ternyata didalam kamar itu Toan Hongya tengah ber-jingkrak2 sambil mengeluarkan sua ra teriakan-teriakan.
Yang membuat Lauw Cie Lan cepat2 mundur tidak mau melihatnya, karena seluruh pakaian Toan Hongya telah dilepas dan dia dalam keadaan polos......... !
Lauw Cie Lan telah menghela napas.
„Ternyata wanita itu memang bukan wanita baik2, ia tentu telah memberikan semacam obat beracun kepada pemuda ini," kata Lauw Cie Lan pada salah seorang hweshio yang menghampirinya.
Sedangkan muka hweshio itu berubah hebat. la telah mengenali siapa pemuda itu.
Itulah raja mereka, karena dengan tubuh bersisik seperti Toan Hongya siapakah rakyatnya yang tidak mengenalinya bahwa ia adalah raja dari kerajaan Tailie ini.
Dengan muka muram, hweshio itu telah mengangguk sambil memberitahukan pada Lauw Cie Lan siapa adanya pemuda itu.
„Hemmm......., sungguh jahat wanita itu, tentu ia hendak melakukan suatu perbuatan mesum di kuil ini dengan menguasai raja kalian itu, untung saja aku mengerti sedikit ilmu ketabiban, dan ini adalah obat penawar racun itu........ nah, kalian berikan pada rajamu itu, agar racun yang mempengaruhi dirinya itu lenyap.......!"
Pendeta itu menuruti perintah Lauw Cie Lian, ia membawa obat itu masuk kedalam kamar.
Tetapi ketika ia mendekati Toan Hangya, di......... saat itu Toan Hongya tengah melompat sambil mengibaskan tangannya, tidak ampun lagi bahu pendeta itu kena terhajar, sehingga ia berguling-guling diatas tanah.
Rupanya obat pelemas yang semula menguasai Toan Hongya telah lanyap, dan yang masih menguasainya kini adalah obat perangsang.
Itulah sebabnya kibasan tangan Toan Hongya sangat kuat.
Pendeta itu tidak berarni mendekati lagi, ia hanya melemparkan obat bungkusan itu kedekat kaki Toan Hongya sambil katanya dalam keadaan berlutut: „Hongya itu adalah 'obat' penawat dari racun yang kini tengah mempengaruhi Hongya, silahkah Hongya memakannya.......!"
Walaupun Toan Hongya tengah dikuasai oleh racun sesat, namun pikiran jernihnya masih ada.
Jika ia me-lompat2 dan ber-jingkrak2 seperti itu adalah disebabkan usahanya untuk dapat mengurangi tekanan nafsu birahinya yang dipengaruhi oleh racun tersebut.
Sebetulnya ia tidak ingin mengebutkan lengan bajunya kearah sipendeta, namun tangan itu telah bergerak sendirinya diluar kekuasaannya.
Dia menyesal sekali melihat pendeta itu ter guling-guling.
Tetapi mendengar bahwa bungkusan obat yang dilemparkan pendeta itu adalah obat penawar dari racun yang tengah mempengarubi dirinya.
Toan Hongya mengulurkan tangannya, mengambil dan membawa kemulutnya yang segera memakannya. Dengan bantuan ludahnya ia telah menelan obat tersebut.
Memang khasiat obat itu berhasil juga terlihat dengan segera karena seketika nafsu berahi Toan Hongya menurun dengan cepat.
Setelah lewat lagi beberapa saat, lenyaplah pengaruh obat perangsang itu.
Napas Toan Hongya memburu keras, tetapi walaupun sangat letih dia cepat-cepat menyambar pakaiannya dan mengenakannya kembali.
Ketiga orang pendeta itu telah berlutut memberi hormat kepada raja mereka.
Mereka juga minta diampuni karena tak bisa melindungi raja mereka.
Hweshio2 itu telah menceritakan apa yang telah terjadi, dimana mereka bertiga telah ditotok tidak berdaya oleh Kim Lian.
Toan Hongya tidak memarahi ketiga pendeta itu, ia malah berterima kasih sekali, sebab dirinya telah tertolong......
„Yang menolong Hongya mengusir wanita siluman cabul itu adalah Lauw Liehiap yang berada diluar...........!" kata hweshio itu.
Toan Hongya cepat2 keluar dan melihat seorang perempuan tua tengah mengawasi dirinya dengan tajam, Toan Hongya segera merangkapkan sepasang tangannya menjura mengucapkan terima kasihnya.
Lauw Cie Lan telah tertawa.
„Jangan berterima kasih kepadaku, karena hanya secara kebetulan saja aku bisa mengusir wanita cabul itu ..........?"
Toan Hongya segera menceritakan apa yang telah dialaminya.
Lauwi Cie Lan jadi terkejut.
„Ia melatih ilmu Im Yang Hun?" tauyanya.
Pantas dia memiliki kepandaian yang begitu tinggi dan wajahnya juga awet muda.
Aku semula heran juga, dalam usia semuda itu ia telah memiliki kepandaian yang tinggi, tidak tahunya ia talah berusia hampir delapan puluh tahun....!"
Toan Hongya bergidik ketika teringat hampir saja ia menjadi korban wanita itu.
Sedangkan Lauw Cie Lan setelah bercakap cakap sejenak lamanya, meminta diri.
Toan Hongya mengundangnya untuk pergi ke Istananya, untuk dijamu disana, tetapi Lauw Cie Lan menolaknya, ia mengatakan iagin melanjutkan perjalanannya.
Toan Hongya tidak bisa menahannya, maka setelah Lauw Cie Lan melanjutkan perjalanannya, Toan Hongya mengucapkan terima kasihnya pada ketiga pendeta itu.
Ke tiga orang pendeta ini ingin mengantarkan Toan Hongya sampai keistananya, tetapi Toan Hongya mengatakan ia bisa kembali sendiri.
Begitulah Toan Hongya telah meninggalkan kuil tersebut.
Tetapi berjalan belum begitu jauh, hatinya jadi berdebar keras.
la melihat sesuatu.
Rupanya seseo'rang membuntuti dirinya!
Yang lebih mengejutkan lagi hati Toan Hongya, dia segera mengetahuinya yang mengikuti dirinya itu tidak lain dari Bong Kim Lian wanita cabul yang hampir dapat menguasainya,
Toan Hongya jadi mendongkol sekali tetapi juga jeri.
Karena dia tahu bahwa Bong Kim Lian memiliki banyak tipu muslihat.
Toan Hongya mempercepat langkah kakinya namun baru empat langkah, telah didengarnya suara teriakan dari Bong Kim Lian: „Toan Hongya, tunggu dulu!"
Hati Toan Hongya jadi terkesiap, tetapi ia menghentikan jalannya walaupun hatinya ingin sekali berlari secepatnya meninggalkan perempuan cabul itu.
Malah mengingat bahwa dirinya hampir saja menjadi korban kecabulan wanita itu, ia jadi merinding.
„Apa lagi yang kau hendaki?" tegar Toan Hongya mendongkol waktu wanita cabul itu teah berdiri dihadapannya.
Kim Lian telah tertawa manis sekali ia membawa sikap biasa saja.
„Apakah Hongya benar2 akan meninggalkan aku begitu saja ? Bukankah Hongya telah berkata bahwa aku sangat cantik dan Hongya ingin mengambil aku menjadi permaisurimu ?" tanya Kim Lian dengan sikap yang manja sekali.
Muka Toan Hongya merah padam karena gusar.
„Wanita cabul, engkau benar-benar tidak tahu mati, apakah engkau tidak takut kalau aku perintahkan pengawalku untuk menangkapmu dan menghukum mati ?" gertak Toan Hongya.
Tetapi justru Kim Lian telah tersenyum manja.
„Sudah berapa kali aku katakan, aku senang menerima kematian ditangan Hongya......!'' katanya.
Muka Toan Ceng jadi tambah merah.
„Cepat engkau pergi sebelum aku marah.....!" katanya.
„Hemmm......... justru aku ingin melihat bagaimana jika Hongya tengah marah.......!"
Melihat kebandelan wanita itu, Toan Hongya jadi tambah gusar.
„Perempuan cabul, engkau sudah tidak ku hukum sesungguhnya telah lebih dari bagus tetapi engkau, mencari penyakit sendiri........! Baiklah, sekarang apa yang kau inginkan dariku ?"
„Aku menginginkan Hongya menemaniku pergi pesiar......!" sahut Kim Lian berani.
Muka Toan Hongya jadi berobah marah, ia telah berkata keras: „Cepat engkau menyingkir dari hadapanku.........!" bentakan itu d'isusul dengan sikap seperti jaga ingin melancarkan serangan.
Tetapi Kim Lian berani sekali, ia tetap berdiri ditempatnya.
„Aku tidak akan pergi ...... kemana Hongya pulang keistana........!"
Habislah sudah kesabaran Toan Hongya, dengan bentakan marah tangan kanannya meluncur melancarkan serangan.
Kim Lian memang liehay, kepandaiannyapun tinggi sekali..... dengan mudah Kim Lian selalu berkelit dari serangan Toan Hongya.
Namun serangan yang dilancarkan Kim Lian semakin lama jadi semakin cepat.
Ketiga oarng pendeta dikuil yang pernah Toan Hongya dikurung, kebetulan telah menyaksikan pertempuran itu.
Malah mereka melihat yang menganggu Toanu Hongya mereka itu adalah wanita cabul yang pernah membawa Toan Hongya kekuil mereka.
Tanpa pikir panjang lagi, ketiga pendeta itu telah berlari, untuk menuju keistana guna memberikan laporan mengenai keadaan diri Toan Ceng........."
Cepat sekali ketiga pendeta itu telah sampai diistana, memberikan laporannya.
Toan Liang dan Toan Bun maupun kerabat istana jadi terkejut.
Mereka segera menyiapkan pasukan dan ikut ketiga hweshio itu ketempat peristiwa dimana Toan Hongya tengah diganggu wanita cabul Bong Kim Lian itu.
Namun ketika mereka tiba ditempat tersebut, mereka tidak menjumpai siapapun juga, tidak terlihat Bong Kim Lian dan juga tidak terlihat Toan Hongya.
Mereka semua jai bingung.
Ketiga orang pendeta itu berkeras bahwa memang tadi belum lama yang lalu Toan Hongya bertempur dengan Bong Kim Lian ditempat itu.
Segera Toan Liang dan Toan Bun mengambil tindakan mengatur pasukannya mencari raja mereka disekitar tempat tersebut.
Tetapi hampir satu harian mereka telah me rgubek-ubek mencari raja mereka disekitar tempat itu, tetapi saja mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Begita juga jejak dari Kim Lian tidak berhasil mereka temui.
Sedangkan Toan Liang telah perintahkan pintu kota ditutup dan akan diadakan pemeriksaan diseluruh kota tersebut.
Waktu orang2 istana mendengar perihal peristiwa yang telah menimpah diri raja mereka itu dan dimana Toan Hongya telah dikuasai oleh seorang wanita cabul, mereka jadi terkejut sekali.
Yang membuat mereka berkuatir adalah keselamatan dari raja mereka itu.
Namnn kereta tidak berhasil untub mencari jejak Kaisar mereka.
Toan Liang dan Toan Bun terus juga mengadakan pencarian dengan ketat Toan Hongya dan Bong Kim Lian seperti lenyap tertelan bumi.
Berita lenyap Toan Hongya memang telah didengar oleh Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Hal itu membuat Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan jadi ikut bingung juga.
Disamping itu mereka tidak melihat lagi Bong Kim Lian, maka mereka mau menduga bahwa yang menculik Toan Hongya pasti Bong Kim Lian.
Segera Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su ikut mehyelidiki dan mencari raja Tailie yang telah lenyap itu.
Namun sehari penuh mereka berkeliling kota tanpa memperoleh hasil.
Ketika malam harinya mereka ingin kembali kerumah penginapan, justru mereka telah berpapasan bertemu dengan Lauw Cie Lan.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su jadi girang.
Yang membuat mereka lebih girang lagi justru Lauw Cie Lan telah menceritakan diri nya yang menolongi Toan Hongya, dan berhasil mengusir Bong Kim Lian, sehingga raja itu batal menjadi korban wanita cabul tersebut.
Lu Liang Cwan memuji Lauw Cie Lan sebagai seorang pendekar yang baik hati, tetapi justru Lauw Cie Lan merasakan bahwa itu sindiran buat dia.
Mereka bertengkar sejenak, namun akhirnya Oey Yok Su bisa menengahinya.
Waktu Lu Liang Cwan mengundang Lauw Cie Lan untuk singgah dirumah penginapan mereka untuk dijamu, Lauw Cie Lan telah menolaknya.
Wanita gagah itu telah melanjutkan perja lanannya lagi, berpisah dari Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su.
Sedangkan Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan telah kembali kerumah penginapan mereka. Malam itu mereka dapat tidur nyenyak, karena mereka telah tenang mendengar Toan Hongya berhasil dibebaskan Lauw Cie Lan dari tangan nya Bong Kim Lian dan tentunya Kaisar itu telah berada diistananya lagi dan besok mungkin akan mengunjungi mereka pula.
Namun yang mengejutkan Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su ketika keesokan paginya mereka terbangun dari tidur, mereka mendengar cerita pelayan rumah penginapan mengenai Toan Hongya yang telah lenyap kembali.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan jadi berkuatir, karena menurut cerita ketiga pendeta yang diceritakan oleh pelayan itu Toan Hongya telah bertempur dengan Bong Kim Lian dan waktu pasukan istana sampai, mereka telah lenyap.
Keadaan seperti ini membuat Lu Liang Cwan menduga bahwa Toan Hongya telah berhasil ditawan oleh Bong Kim Lian lagi.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan cepat2 santapan pagi setelah itu mereka berdua keluar dari rumah penginapan untuk pergi melakukan penyelidikan dan mencari jejak Bong Kim Lian dan Toan Hongya.
Namun sejauh itu, sampai menjelang sore hari mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su bertekad jika mereka berhasil mencari jejak Kim Lian, akan sekalian dibinasakannya, agar tidak menimbulkan bibit kerusuhan dikelak kemudian.
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang