Jilid 2

2.5K 47 1
                                    

"Engko yang baik, ayo dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Engko yang baik, ayo dong ....... aku sudah lapar sekali nih........... " dan hidung Ang-toa kembang kempis mencium masakan yang wangi dan lezat, perutnya semakin keruyukan.

"Mereka semuanya-seperti memusuhkan diriku? Mengapa ? Mengapa begitu ?" tanya Ang-toa dengan perlahan, seperti juga dia-heran. 

Tetapi sesungguhnya, sebab utama anak-anak itu tidak mau bermain terlalu lama dengan Ang-toa, akibat sifat si Ang toa itu yang Main jitak dan main pukul jika tidak senang hatinya.

Waktu itulah Ang-toa merasakan perutnya keruyukan, dia telah lapar. Maka berlari-larilah Ang-toa  ke dalam kota, sambil berlari dia mengoceh membawakan lagunya yang jenaka itu, "si kuda lari". 

Sedangkan tangan kanannya juga melemparkan sebutir demi sebutir kelereng yang dimenangkannya kejalanan, sampai akhirnya sakunya telah kosong kembali. Dia berhenti dimuka sebuah rumah makan, yang memasang merek "Kwan Lui Tang", dimana tamu yang mengunjungi rumah makan ini ramai sekali. Dimuka pintu tampak berdiri seorang pelayan yang khusus untuk menerima tamu-tamu yang baru datang.

Ang-toa telah menghampiri pelayan itu.

"Engko yang baik, perutku lapar sekali.......!" kata Ang-toa sambil tepuk-tepuk perutnya.

"Lapar ?" tanya pelayan itu sambil menoleh. "Pergi pulang, ibumu tentu telah memasakkan makanan yang lezat.......!"

"Aku, tidak memiliki ibu...! kata Ang-toa" sambil nyengir.

Pelayan itu mengerutkan alisnya, dia memang telah mengetahui siapa Ang-toa, si anak nakal yang selalu berlaku nekad jika keinginannya tidak diberikan. Tetapi beberapa kali dia pernah memberikan kepada Ang-toa, namun dirinya telah dicaci maki oleh majikannya, maka dia tidak berani memberikan lagi makanan untuk Ang-toa.

"Engko Yang baik, ayo dong...aku sudah lapar sakali nih...!" dan hidung Ang-toa kembang kempis mencium masakan yang wangi dan lezat, perutnya semakin keruyukan.

"Tetapi aku,tidak memiliki hak disini untuk memberikan engkau makanan, nanti aku dimarahi majikanku..!" kata si pelayan.

"Mengapa engkau sekarang jadi demikian pelit, engko ?" tanya Ang-toa.

"Bukannya pelit, tetapi rumah makan ini bukan milikku...!"

"Engko yang baik, engkau jangan begitu, aku sudah lapar sekali...!" kata Ang-toa merengek.

Pelayan itu jadi habis sabar.

"Ang-toa, pergilah kau, aku tengah sibuk melayani tamu-tamu...! Lihat, sudah ada tamu baru lagi.......!" dan dengan alasan akan menyambut tamu, pelayan itu bermaksud untuk masuk ke dalam rumah makan agar tidak direweli Ang toa.

Tetapi Ang-toa telah menarik ujung bajunya, sambil katanya : "Engko, jika engkau tidak mau membagi makanan kepadaku, biar aku acak-acak rumah makan ini ..... ....!"

Si pelayan jadi kaget.

"Acak-acak?" tanyanya sambil memandang Ang-toa, akhirnya pelayan itu menghela napas. "Ang-toa, engkau jangan membawa lagak otak-otakan seperti itu. ....!"

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang