7.CARING

11.8K 579 4
                                    


"Hal yang paling aku hindari adalah matanya , karna saat aku sudah menatap indra itu , rasanya aku terjerumus kedalam lubang besar, yang membuat perutku ingin memuntahkan berjuta kupu-kupu"

Pekerjaan dikantor akhir-akhir ini sangat padat, bahkan 3 hari belakangan ini aku harus lembur untuk meeting dengan penulis yang bukunya akan kami terbitkan , dan sial nya saat ini klien ku adalah orang yang snagat cerewet dengan segala ke perfeksionisannya, bagaimana tidak untuk cover saja sudah lebih dari 10 kali dia menolak , dan lebih dari 10 kali juga kami menggantinya, sampai tim desain kelimpungan memutar otak untuk mencari ide dibuatnya.

Reta dia asistenku, aku sangat bahagia dia menjadi asistenku, dia itu orang yang supel sehingga saat otakku sedang tegang-tegannya karna meeting yang hampir tiap malam kami lakukan, Reta lah yang dengna wajah cantiknya akan membuat guyonan-guyonan ringan untuk sekedar membuat otak dan leher kami sedikit rileks.

Jam makan siang sudah dimulai, aku masih berkutat dengan ponselku, karna saat ini aku sedang berbicara dengan menejer dari si penulis cerewet tersebut.

Tok Tok Tok

Reta mengetok pintu ruanganku , lalu memberi isyarat bahwa ini sudah waktunya jam makan siang, dan tidak lama dari itu aku sudah selesai berbicara dengan si menejer yang tak kalah cerewetnya itu.

Baru 3 menit aku meletakkan ponselku di meja , sudah terdengar lagi dering telfon , yang lansung membuatku membuka lebar mataku, bagimana tidak , itu adalah telfon dari Dave , aku lupa mulai hari ini aku harus menemani Dave makan siang sebagai ganti dari aku yang tidak bisa memasak makan siang untuknya.

'Stephy aku sudah didepan kantormu' suara Dave lansung terdengan saat aku menekan tombol hijau dilayar persegi berlamabng apple itu.

'3 menit Dave, aku akan disana dalam 3 menit' jawabku lalu mengambil tas dan pergi melesat dari ruang kerjaku.

Dave menyetujui permintaanku agar tidak pulang untuk memasak makan siang untuknya, tapi sebagai gantinya aku harus selalu menemaninya makan siang.

"Maaf aku lama" aku membuka suara saat udah memasuki mobil Audi berlingkar empat Dave

"Apa karyawan selalu terlambat untuk makan siang ?" tanya Dave sambil menyetir mobilny

"Tidak selalu, aku tadi harus menelfon menejer si penulis cerewet itu, kamu tahu Dave? dia itu sangat cerewet, bahkan untuk warna dari kertas yang akan dipakai untuk bukunya saja aku harus memastikan sampai berpuluh-puluh kali karna dia yang selalu berubah fikiran" ocehku Dave hanya mendengarkan, dan aku baru sadar Dave adalah pendengar yang baik, karna akhir-akhir ini aku selalu lembur dan Dave lah yang akan mendengarkan ceritaku dengan wajah tampannya tanpa interupsi sedikitpun , terkadang dia juga memberikanku saran, dan mulai saat itu aku mengakui Dave benar-benar tampan.

"Jadi warna apa yang dipilihnya?" tanya Dave kini tangannya sudah menggenggam tanganku, hal ini cukup sering Dave lakukan , tapi tetap saja selalu berhasil membuat jantungku berdebar tak karuan, terkadang aku berfikir apakah Dave melakukan itu karna hati atau karna kebiasaanya membagi kindly geasture.

"Dan dia akhirnya memilih warna putih gading, warna yang sudah dia tolak dari awal, bukankah itu menyebalkan?" kini aku mengoceh sambil menatapnya yang tengah tersenyum miring smabil menyetir.

"Iya, dia sangat menyebalkan" kekeh Dave sambil mengelus ringan tanganku.

#@#@#

"Jangan selalu menyisihkan sayurnya Dave!" suruhku, karna Dave selalu menyisihkan sayur dari makanany, seperti anak kecil.

"Rasanya sangat tidak enak Stephy, berhentilah memaksaku!" gerutunya masih terus menyisihkan sayur dipingir piringnya.

"Kamu harus memakannya Dave, kamu sudah besar , jangan bertingkah seperti anak kecil !"

Getting Married With EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang