selamat malam, maaf banaget saya baru updatenya malam ini.
jujur ini jauh dari target saya, karna saya juga barus selesai ujian dan baru libur belum lagi otak saya yang buntu.
semoga kalian menikamati bagian ini dan terimakasih atas vote dan comment yang selalu kalian berikan.
i love you guys
****
little do you know
i need a little more time - alex and sierra
Gusar melanda, resah menerpa. Dave mengusap wajahnya kasar,mengeras, rahanganya mengeras. Melihat Fanny yang tengah terbaring lemas, bodoh memang Dave lah yang salah. Berada di Milan tanpa memberi kabar apapun selama beberapa hari karena kesibukannya, bahkan gosip mengenai dirinya dan Vega baru dia ketahui setelah Ibunya menelfon dan membanjirinya dengan berbagai makian.
Ibu Dave memang seperti itu, tipe wanita frontal yang akan lansung mengutarakan kesal pada orang yang menurutnya buruk, dan saat ini Dave lah yang buruk. Tapi Fanny hanya diam, tak berkutik dari tidurnya, rasanya lebih baik Fanny menjambaki semua rambut Dave hingga rontok saat ini. Rasanya lebih baik Fanny memakinya dengan beribu nama binatang seperti yang ibunya lakukan saat ini, tapi tidak Fanny hanya diam, bergeming.
Sudah hampir satu jam, Fanny hanya terbaring seolah menjadi putri tidur. Suhunya meningkat sekitar 38 derajat membuat Dave mengkompres kening Fanny terus menerus, baju Fanny dibiarkan terbuka hanya meninggalkan kaus dalam dan celana pendek. Sesekali erengan lolos dari mulut Fanny, demam tinggi membuatnya seolah mengigau.
Dave bingung apa yang harus dia lakukan saat ini. Berniat untuk memberi Fanny kejutan dengan lansung datang kekantornya begitu sampai di Jakarta, malah mendapat hadiah Fanny yang hilang kesadaran saat menabraknya, membuat secangkir kopi yang berada digenggaman Fanny terlepas.
Dave bertekat saat Fanny sadar dirinya akan menjelaskan semuanya tentang kejadian di Milan. Fanny kembali mengerang, namun saat ini dengan mata yang awalnya sedikit membuka lalu terbuka penuh selanjutnya.
"Stephy, hei" gumam Dave lebih tepatnya berbisik mendapati Fanny yang sudah sadar.
Fanny diam, hanya menatap sosok yang sepuluh hari ini menghilang. Dave memeluk Fanny yang masih mematung, tidak ada balasan maupun penolakan, hanya diam. Fanny sudah terlalu lelah untuk memberi respon, diam adalah hal yang tepat. Bukankah diam itu adalah mas?.
"Kamu masih pusing?" tanya Dave setelah melepas pelukannya
"Aku fikir kamu lupa jalan pulang" Fanny tidak menjawab pertanyaan Dave, mengangganti topik dengan suara seraknya.
"Tidak akan pernah aku lupa jalan menuju rumahku Stephy"
"Aku lupa, ini adalah rumahmu"
"Bukan, maksudku kamu adalah rumahku, bagaimana bisa aku lupa tempat dimana aku harus pulang?" jawab Dave mengusap wajah pucat Fanny lembut dengan ibu jarinya, Fanny hanya tersenyum meringis, rumah apa yang Dave maksud? Rumah saat Vega tidak bisa menjadi tempatnya untuk pulang?.
Kembali hening, hanya suara air conditioner yang terdengar samar sebagai pengisi ruang. Fanny memilih memunggungi Dave, dia hanya ingin kembali tidur belum siap untuk mendengar semua alibi Dave tentang berbagai spekulasi yang muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomanceAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...