14. Anjing Gila

11.1K 529 5
                                    

Apa sudah Luna katakan jika Dion dan Fanny adalah cinta pertama untuk setiap dari mereka?. Itu benar, Dion dan Fanny saling jatuh cinta. Dalam makna lain, mereka memang mepunyai rasa yang sama. Itu dahulu. Sebelum Dion memutuskan pindah ke Belanda membuat Fanny yang notabanenya anak SMA kelas X, merasakan patah hati, untuk yang pertama kalinya.

Mereka saling jatuh cinta, tapi dalam makna yang terdalam. Cinta dalam diam. Seperti kutukan cinta pertama yang saat Dion pergi Fanny percayai, cinta pertama selalu berakhir atas kegagalan dan susah dilupakan atas dasar setia. Sampai sekarang Fanny masih sangat mempercayai kutukan konyol itu. Biarlah hatinya percaya kutukan itu benar adanya, agar Fanny tidak berharap atau lebih tepatnya berhenti berharap akan perasaannya.

Fanny masih mencintai Dion, munafik jika tidak. Mencintai dalam hal yang lebih besar. Jika menikah saja bisa bercerai apalagi pacaran dan menurut Fanny itu adalah hal yang terburuk. Kalau saja saat itu Fanny dengan gamblangnya mengatakan perasaanya, mungkin sekarang semuanya akan berbeda, saat pacaran putus itu mempunyai persentase yang paling tinggi, sekitar tujuh puluh persen dari pada bertahan untuk pacaran. Kalian pasti mengerti itu, Fanny tidak ingin mengorbankan persahabatnnya demi kemungkinan bertahan dalam suatu hubungan hanya tiga puluh persen, sungguh konyol menurut Fanny.

Dulu Dion menganggap lembaran pertama dalam buku cintanya hanyalah cinta monyet. Cinta masa kanak-kanak yang akan menghilang begitu saja seiring bertambahnya usia. Itu salah, Dion mengakui itu salah, perasannya tidak bisa dibohongi. Fanny yang dulu berambut panjang dan selalu dikepang dua sudah membuatnya takluk. Dulu Dion berfikir hal itu terjadi karna mulai berkembangnya hormon testosteron dalam tubuhnya. Jakunnya mulai terlihat, tubuhnya mulai ditumbuhi rambut-rambut halus, dan Dion juga merasa rasa berdebar saat berdekatan dengan Fanny adalah efek samping dari hormon tersebut.

Efek samping, itu benar. Rasa berdebar dan jutaan kupu-kupu yang siap terbang kapan saja dalam perutnya saat berdekatan dengan Fanny memang sebauh efek samping. Efek samping dari jatuh cinta, bukan dari hormon testosteron yang Dion bayangkan saat masa pubernya.

Sungguh tidak ada habisnya jika memikirkan penyesalannya saat itu, Dion hanya bisa pasrah. Fanny sudah menikah, kini dirinya hanya menunggu waktu yang kembali memisahkannya dengan Fanny. Untuk kedua kalinya, hal itu akan terjadi lagi. Apakah akan ada yang ketiga kalianya? Dion harap tidak.

Sedari tadi Dave hanya duduk dengan wajah datar, tangan Fanny sekarang masih melingkar di leher Dion, memeluk pria itu dengan erat. Awalnya Fanny akan mengantar Dion sendirian, tapi Dave selalu merengek unttuk ikut dengan alasan ingin melihat wajah jelek Fanny menangis saat mengantar Dion.

They are first love for each other, kata-kata itu terus mengusif Dave.

"Eat well, sleep well, and meet a good girl, okay?" pesan Fanny, suaranya parau menahan tangis.

"Cengeng" ledek Dion saat merasakan benda bening itu menetes dipundaknya memberikan sensasi dingin yang merembes dari bajuanya.

Fanny terisak, Dion bukan hanya cinta pertama. Tapi orang pertama yang juga mengajari Fanny betapa indahnya patah hati, perasaan yang membuatnya kalut tidak karuan sehingga dirinya hancur.

"Keep in touch okay" tanya Fanny, memberi sedikit jarak agar bisa menatap Dion tepat dimanik mata hitamnya.

"I will, inget pesan gue?"

"Yang mana?"

"Dasar pelupa, tentang nyokap lo. Jangan sampai menyesal kemudian hari Fan, terkadang orang dewasa harus mengalah pada orang yang lebih dewasa lagi, kita semua punya ego. Tapi ingat penyesalan itu selalu ada, bahkan setelah kita melakukan yang terbaik"

"Oke".

Dion kembali memeluk Fanny, untuk yang terakhir kalinya. Melepaskan cinta pertama untuk yang kedua kalinya adalah hal yang konyol, rasanya masih sama. Sakit seperti dulu.

Getting Married With EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang