I need to know should i fight for our love
Or
Disarm, its getting harder to shield the pain is my heart
Fanny memijit pelipisnya pelan, kepalanya terasa berat dan berdenyut nyilu. Ah Fanny benci efek samping dari jatuh cinta yaitu patah hati. Semalaman matanya tak henti mengeluarkan bulir bening yang berbuah hasil berupa mata bengkak saat Fanny bangun tidur. Tadi malam Niken menawarkan diri untuk menginap dirumahnya melihat kekacauannya semalam tapi cepat Fanny tolak, Niken sudah mempunyai anak dan itu bukan hanya satu melainkan 3 anak kembar, tidak mungkin Fanny tega menyuruh kakaknya menginap walaupun Niken sendiri menyanggupi karena ketiga anak kembarnya di asuh oleh perawat.
Kepala Fanny rasanya ingin meledak saat ini, terasa sangat berat saat dirinya berjalan menuju cermin untuk melihat tampilan urak urakannya. Mata sembab yang bengkak, bahkan wajahnya juga ikut membengkak karna tertidur saat menangis, dia lelah mengeluarkan bulir bening yang tidak bisa dia bendung.
Dengan lemas Fanny berjalan menuju kamar mandi, kakinya bergetar lemas. Setelah mandi Fanny segera berkutat dengan makeup, tidak biasanya Fanny mengaplikasikan makeup pada wajahnya untuk bekerja, tapi hari ini pengecualian. Fanny tidak ingin orang menatapnya aneh karena mata yang sudah sangat bengkak itu, apalagi wajahnya terlihat sedikit pucat.
Dengan teliti Fanny menempatkan concelar pada kantung matanya, berharap benda ajaib itu membantu. Dan benar concelar memang benda ajaib, mata sembab Fanny hampir tertutup sempurna walaupun masih sedikit terlihat sembab. Setelah memastikan matanya tidak terlihat mengerikan, Fanny memoles sedikit lipstick pada bibirnya agar tidak terlihat pucat. Bibir Fanny menyunggingkan senyum tapi tidak dengan matanya, matanya terlalu sedih untuk tersenyum. Terakhir Fanny memasang kaca mata agar mata sembabnya tidak terlihat.
Fanny berjalan keluar menunggu taksi, lagi-lagi dia tersenyum miris. Tidak ada Dave hari ini kemarin mungkin esok dan seterusnya. Selama diperjalanan Fanny hanya memikirkan bagimana jika ayah menanyainya, apa yang harus dia katakan? Apa tega dia mengatakan pada ayahnya bahwa dia ingin bercerai? Apa kuat hatinya untuk bercerai?.
Berkutat dengan fikiran yang memberikan kemungkinan terburuk Fanny menyerah, bisa bisa kepalanya meledak jika tengkorak itu serapuh ban. Ponselnya berdering membuat Fanny terlonjak kaget takut ayahnya menelfon, segera Fanny melihat nama pemanggil, bukan ayahnya tetapi termasuk orang yang tidak ingin Fanny ajak bicara saat ini. Suara ibu Dave mengisi gendang telinga Fanny. Menarik nafas dalam, lalu berusaha seceria mungkin akhirnya Fanny pun bersuara.
"Halo bu, bagaimana kabar ibu?" tanya Fanny mencoba berbasa basi, walau sepertinya Fanny tahu maksud Ibu mertuanya itu menelfon.
"Fanny, apa kau baik-baik saja nak?" ibu Dave mengacuhkan pertanyaan Fanny dan melontarkan pertanyaan yang jelas saja jawabannya tidak baik-baik saja.
"Tentu saja aku baik-baik saja bu" jawab Fanny dengan nada seceria mungkin agar terdengar meyakinkan.
"Syukurlah, Ibu mengkhawatirkanmu, kau percaya dengan Dave bukan?"
"Tentu saja bu, Dave suamiku, yang semua orang itu katakan hanya spekulasi sebelum aku mendengarnya dari mulut Dave sendiri" setidaknya itu lah yang ingin Fanny lakukan tapi hatinya berkata lain, hatinya mempercayai Dave benar-benar mencintai Vega, ironis.
"Syukurlah Fanny, terimakasih sudah tidak bertindak gegabah dan mempercayai suamimu, Kita akan makan malam bersama setelah Dave pulang dari Milan. Apa sekarang kau berada dikantor?" Bagaimana bisa Fanny makan malam bersama dengan keluarga Dave, bahkan untuk menelan air liurnya saja sepertinya akan susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomanceAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...