Dave menunggu Fanny dengan gusar, sejak pulang dari kantor polisi untuk memenjarakan bajingan itu, Fanny mengurung dirinya dikamar mandi dan ini sudah satu jam. Dave menyerah dan membuka kamar mandi secara paksa membuat pintunya rusak, tidak perduli akan kemungkinan Fanny marah karena asal masuk disaat dia sedang dikamar mandi.
Dave terkejut melihat Fanny, hatinya terluka melihat keadaan istrinya yang meringkkih di bawah shower masih dengan celana jenas dan kemeja berwarna hitam milik Dave, bibirnya membiru dan badannya masih bergetar karena menangis dan juga menggigil. Dave mengusap wajahnya, rasanya ingin menangis melihat istrinya terluka seperti ini, Dave merasa tidak berguna.
Suara isakan Fanny semakin terdenger saat Dave mendekat, terdapat luka sobek disudut bibir Fanny yang membuat Dave kembali menggeram marah. Andai saja Fanny tidak mencegahnya Dave pasti sudah membunuh bajingan itu, apalagi ternyata bukan hanya Fanny korbannya.
Tangan Dave menjulur kepipi Fanny, membuat Fanny sadar akan kehadirannya dan dengan cepat menjauhkan diri.
"Jangan... jangan mendekat Dave" lirih Fanny semakin menjauh kesudut pintu kaca dengan air yang masih mengalir dari shower.
"Ini aku sayang,,,, ini aku suamimu" Dave semakin mendekatkan diri kearah Fanny, membuat dirinya yang masih menggunakan kaus dan celana bahan juga ikut terguyur air.
"Aku mohon jangan mendekat, aku terlalu kotor.. untuk disentuh" lirih Fanny lagi dengan suara tercekat dan badan bergetar.
"Tidak.... kamu tidak kotor" Dave mengusap pipi pucat Fanny yang terasa sangat dingin dengan ibu jarinya.
"Aku mohon.... rasanya semua badanku menjijikan Dave.... aku mohon menjauhlah" Fanny meronta melepaskan tangan Dave yang tadi menangkup pipinya.
Bukannya menjauh karena penolakan Fanny, sekarang Dave malah memeluk Fanny seolah mengatakan bahawa Dave tidak sedikitpun jijik dengan tubuhnya.
"Katakan padaku,,, dimana letak tempat menjijikan itu?" tanya Dvae kembali menangkup wajah Fanny membuat bibir birunya yang maish bergetar terlihat jelas.
"Semuanya Dave, ditempat dia menyentuhku semua menjijikan" Fanny menjawab histeris sambil memegang tempat dimana bajingan itu menjamah badannya membuatnya jijik sendiri.
"Tenang sayang... ssst aku akan membersihkannya, aku janji sekarang kita keluar dari sini oke?" Dave mengangkat tubuh Fanny membuatnya berdiri, lalu mencopot satu persatu pakaian Fanny dan mengenakan handuk setelah itu menggendong Fanny keranjang.
Fanny diam, hanya menatap Dvae yang meletakkannya diranjang yang kini juga ikut menatapnya. Tiba-tiba perkataan Vega mengingatkannya, obrolan Fanny dengan perempuan berambut blonde itu yang seketika membuat hati Fanny kalang kabut sendiri mendengar pernyataan Vega.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Fanny lansung saat writers sudah selesai mencatat pesanan Vega dan pergi.
"Tentang aku dan Dave" jawab Vega dengan ekspresi tak terbaca membuat Fanny harap-harap cemas, takut semuanya memang benar jika Dave dan Vega mempunyai hubungan yang serius.
"Tentang kamu dan pamanku? Ada apa?" Fanny berpura-pura tidak tahu, lagi-lagi Fanny menegaskan jika Dave adalah pamannnya kepada Vega, Fanny sudah terlanjur berbohong tentang itu.
"Pamanmu? Ayolah Fanny sudahi saja semua kebohonganmu? Bahkan keadaan sudah serumit ini sekarang" jawab Vega membuat Fanny tercengang bingung, apa selama ini Vega memang sudah tahu kebohongannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomanceAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...