halo,mumpung saya lagi rajin nulis walaupun pendek banget dan karena kemaren lama banget updatenya, jadi saya kasi part terbaru nya malam ini, baik kan? hehhe
selamat membaca ya semoga kalian dapat feelnya, saya nulis ini sehabis tidur siang loh.
Sudah delapan hari Dave meninggalkan Fanny ke Milan dan untuk beberapa hari Dave tidak memberikan kabar apapun padanya, ini sudah hari ketiga tanpa kabar dari Dave. Awalnya Fanny berfikir Dave mungkin terlalu sibuk untuk memberikannnya kabar sehingga dia membiarkannya dan berharap esok Dave akan memberikannya kabar, tapi nyatanya sudah tiga hari Dave tidak menghubunginya sama sekali barang meberikannya pesan sekalipun.
Pikiran Fanny berkelana, mencoba menepis segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Dave disana untuk bekerja, bukankah dia sudah memintamu untuk memulai semuanya dari awal? Lagipula tidak ada Vega disana, Dave tidak seberengsek itukan? Fikiran itu terus memenuhi otak Fanny.
Rindu itu bermetastatis, awalnya Fanny hanya merasakan sepi karna sudah tidak ada lagi Dave yang akan Fanny bangunkan tiap harinya, tidak ada Dave yang akan mengantar dan mengajaknya makan siang tiap harinya. Sepi berkamfumlase menjadi rindu, salah awalnya rindulah yang berkamuflase menjadi sepi. Fanny merindukan Dave mulai dari aroma suara bahkan godaan mesumnya.
Seperti novel yang sempat Fanny baca, sebuah novel karangan Pidi Baiq berjudul Dilan. Disana Dilan berkata "Jangan rindu, rindu itu berat" dan dibuku berikutnya Milealah yang berkata bahwa dia setuju dengan argumen Dilan tentang rindu.
Fanny setuju dengan argumen Dilan yang di iyakan oleh Milea, sungguh rindu itu memang berat. Bahkan Fanny menolak saat pembantunya ingin mengganti sprei karna disana masih terdapat aroma Dave.
Dampak perkataan Dave sebelum pergi ke Milan sungguh berhasil membuat Fanny menggila. Hanya tiga patah kata namun berhasil membuat Fanny menggunakan kaus polo Dave yang belum sempat dicuci untuk menemaninya tidur. Fanny tidak berniat mencuci baju itu hingga Dave pulang, setidaknya Fanny masih dapat mencium aroma Dave, itu saja.
Meringkuk sambil menatap figura besar yang tergantung dikamar mereka, Fanny tersenyum. Figura yang menjadi saksi bisu akan keadaan Dave dengan Fanny waktu itu.
"Apa kamu juga merindukanku Dave?" gumam Fanny, jelas saja Dave tidak akan mendengarnya.
"Seharusnya kamu tidak mengatakan tiga kata sakti itu, kamu harus tanggung jawab bagaimana bisa aku sangat merinduukanmu seperti ini?" gumam Fanny lagi.
Akalnya sudah diganti dengan rindu, berbicara sendiripun dapat membuatnya tersenyum. Rindu itu tidak hanya berat Dilan, tapi juga dapat membuat orang menjadi gila. Rasanya kejadian Dion kembali terulang, saat itu Fanny benar-benar merindukan Dion hingga membuatnya berbicara dan tertawa sendiri dan hal itu saat ini terulang karna dirinya yang merindukan Dave.
Mata Fanny mulai terpejam, kantuk mulai menyerang indranya membuat Fanny menyerah dan tidur. Setiap malam Fanny akan berharap cepat berganti pagi sehingga cepat membawa Dave pulang, kembali mengisi sisi tempat tidur yang terasa dingin tanpa tuannya. Dalam tidur Fanny berharap, besok Dave akan meberikannya kabar.
***
Fanny benci hari minggu tanpa Dave, tidak ada yang ingin dia lakukan. Jika biasanya setiap hari minggu Dave dan Fanny akan menghabiskan waktu bersama tapi tidak untuk saat ini. Sudah jam satu siang tapi belum juga ada kabar dari Dave, setidaknya Fanny ingin tahu apa suaminya itu makan dengan teratur atau tidak, apa keadaannya baik-baik saja atau tidak? Semuanya membuat Fanny mulai merasa khawatir.
Lagi-lagi fikiran buruk menyerang otak Fanny membuat Fanny pusing sendiri. Dave bukan lelaki seberengsek itu yang akan selingkuh dinegeri orang, Fanny meyakinkan dirinya sendiri. Karna tidak mau terlalu ambil pusing dengan segala fikiran buruk yang tanpa sengaja dia ciptakan sendiri Fanny pun menghidupkan televisi, berniat menonton apapun dengan setoples cemilan ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomansaAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...