15. Edelweis

10.8K 575 12
                                    

                Aroma itu menyeruak, bermetastatis keudara membuat indra Fanny menangkapnya. Aroma khas hujan. Bulir bening itu menetes, membawa suara saat menyentuh tanah. Fanny berdiri diluar Cafe, menunggu Dave yang tengah membayar makan siang mereka. Banyak orang beralalu lalang, mencari tempat berteduh, Fanny menikmati pemandangan didepannya. Seorang pria yang masih dengan gelagat malu malu memasangkan jaket pada seorang wanita, sepertinya mereka baru saja jadian. Sudut bibir Fanny terangkat, senyumnya merekah walaupun samar.

"Menikmati hujan,eh?" Suara Dave membuyarkan lamunan Fanny, Pria jangkung itu sudah berdiri tepat disamping Fanny dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku.

"Apakah ada hal yang bisa dinikmati dari hujan selain basah?" gumam Fanny, nyaris berbisik.

"Romansa" jawab Dave sambil memandang sepasang pria dan wanita yang tadii sempat Fanny tatap.

"Maksudmu?" Fanny mendungab menatap Dave.

"Seperti mereka" Mata Dave mengajak Fanny untuk menatap pemandangan yang Dave tatap, masih sama tentang sepasang pria dan wanita yang saling malu-malu seperti yang Fanny lihat sebelumnya.

Untuk beberapa menit mereka terdiam, menyaksikan pemandangan didepannya yang tidak ada kemajuan sedikitpun.

"Aku bisa melakukan hal yang lebih baik dari itu" gumam Dave akhirnya memecah keheningan diantara suara rintik hujan yang mulai reda.

Fanny mengangkat alisnya bingung, tidak mengerti apa yang Dave katakan. Dave semakin mendekat, memutus jarak yang tadinya sempat tercipta. Dengan kaku tangan Dave bergerak mengenggam tangan Fanny yang sudah terasa dingan. Fanny tersentak kaget, biasanya Dave akan bertindak menjadi pria posesive, Dave jarang menggenggam tangannya lebih sering melingkarkan tangan pada pinggang Fanny. Derajat kebingungan Fanny semakin bertambah saat tangannya yang tengah Dave genggam dimasukkan kedalam saku celana Dave.

"Apa yang coba kamu lakuakn Dave?"

"Bukankah terasa hangat didalam sana?" Tanya Dave semakin mengertakan genggamannya pada tangan Fanny yang sekarng ikut berselimut didalam saku celanyanya.

"Dave?"

"Mmm..hm"

"Apa kamu sakit?" tanya Fanny mendunga dengan wajah polosnya, dahi Dave berkerut tidak mengerti maksud perkataan Fanny.

"Kelakuanmu aneh, apa kamu sakit?" perjelas Fanny, membuat DAVE TERKEKEH.

"Bodoh, aku hanya mencoba bersikap romantis padamu"

"Jangan melakukannya Dave" karna jika kamu tetap melakukannya rasanya ada yang ingin meleleh dari tubuhku.

"Kenapa? Apa kamu takut jatuh cinta padaku?" goda Dvae, seperti tahu isi kepala Fanny

"Cih, pede sekali kamu Dave"

"Jika tidak yasudah, biarkan saja seperti ini"

Tangan Dave terasa hangat, seolah ingin menghantarkan panas dengan cara konduksi pada tangan Fanny. Jantung Fanny kembali bergemuruh, resah tapi juga lega. Bagaimana bisa perlakuan Dave yang orang anggap biasa saja membuat jantung Fanny kacau?.

***

Sudah satu minggu semenjak kejadian Dave menelfon pak Agus kepala devisi Fanny, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda pak Agus akan memecatnya. Semuanya berjalan seperti biasanya, padahal pak Agus terkenal dengan kelakuan menjengkelkannya yang sangat susah untuk memberi izin pada karyawan serta tingkat genitnya yang hampir mencapai tingkat dewa.

Getting Married With EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang