halooooooooooooooooooooooooooooo selamat malam dan selamatt 100K pembaca
seneng banget cerita ini bisa sampe 100K pembaca, mungkin kalau dibandingin tulisan lain 100K itu bukan apa-apa tapi untuk saya itu sesuatuh twit twit.
terimakasih karna kalian uda support cerita ini sampai sekarang, udah berani buang waktu kalian cuma baca cerita abal-abal ini apalgi yang udah sempetin vote dan komen rasanya sesneng banget euy...
sebagai ucapan terimkasih dari author abal-abal ini saya tulis ekstra pat tambahan yang pendek banget ini.
untuk beberapa hal yang belum jelas dan typo yang bertebaran akan saya usahain diperjelas saar revisi nanti. Mungkin cerita ini akan saya unpublish untuk direvisi tapi gak dalam waktu deket ini kok karna saya lagi ngejar banget untuk seminar proposal.
oke mungkin ini udah kepanjangan sekali lagi terimaksih karna dukungan kalian. Jangan lupa buat vote dan komen.
baca juga Desperately In Love
luph ya
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Dave kembali menggelengkan kepalanya menghela nafas sambil mengelus dada melihat Fanny dengan baju baseballnya tengah memegang pemukul baseball dengan kaki yang sedikit ditekuk bersiap-siap untuk memukul bola yang lalu kembali melesat laju setelah menerima pukulan istrinya itu. Mata Dave tertuju mengikuti sejauh mana bola yang Fanny pukul terpental lalu jatuh direrumputan hijau halaman belakang rumah mereka.
Dave memutuskan pindah dari apartemen kerumah yang jauh lebih besar dan mempunyai taman belakang serta kolam renang agar Fanny teang dan betah dirumah.
"Ayo Dave cepat lari selamatkan home run ku" jika permainan baseball biasa sang pemukul bola lah yang berlari tapi disini berbeda, Fanny mendapatkan banyak keistimewaan dengan hanya perlu memukul bola lalu Dave lah yang akan menggantikannya berlari sehingga Fanny hanya perlu menunggu Dave sampai.
Tidak ingin mendengarkan ocehan Fanny yang akhir-akhir ini selalu mengisi gendang telinganya Dave pun lansung berlari secepat mungkin sebelum Ibunya melempar bola yang telah Fanny pukul tadi kearahanya.
"Aku kembali lolos bu" teriak Dave begitu melihat bola yang ibunya lempar tidak mengenai bagain tubuhnya dan hanya menggelinding di halaman berumput.
"Ibu hanya mengalah pada Fanny jadi kontrol wajahmu itu, jangan tertawa seperti itu!"
"Aku tidak yakin ibu benar-benar melakukan itu, sudahlah bu akui saja kalaun lemparan ibu itu memang selalu payah"
"Apa kau ingin jadi malin kundang mengatakan ibumu sendiri payah?"
"Apa ibu akan mengutukku hanya karna kalah bermain baseball, ibu setega itu?"
"Tentu saja karna kau anak kurang ajar, lagipula beberapa minggu lagi ibu sudah akan menggendong little cupcake"
"Ibu kira makanan sapai dipanggil cupcake" cebik Dave lalu berjalan menghampiri Fanny yang sudah duduk diposisinya tadi memukul bola, tongkat baseball tergeletak begitu saja disampingnya, topi yang tadi dia pakai untuk menutupi rambut ikalnya sudah beralih fungsi menjadi kipas dadakan membuat anak rambut ikal yang tak terikat ikut bergerak.
"Kamu udah capek? Ayo kita masuk sekarang" Fanny menggelengkan kepala lalu memberi Dave tatapan tajam
"Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomanceAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...