Ada yang kangen Fanny-Dave gak?, karena beberapa bilang kalau mau ekstra part, ini saya tulis tentang taruhan konyol Dave-Fanny, semoga ekstra partnya bisa ngibur kalian ya dan jangan lupa vote dan komennya saya tunggu
Fanny selalu benci tugas piket membuatnya harus pulang terlambat setiap hari Rabu tiap minggunya. Bukan karena Fanny terlalu malas untuk menyapu dan terlalu jijik untuk memeras kain pel yang sudah berkali kali mencium lantai tapi lebih kehal teknis seperti tenaga manusia.
Terkadang Fanny setelah piket akan bercermin sambil memantapkan niat akan lebih sering untuk berdoa di gereja agar nasipnya diperbaiki oleh semesta. Namun lagi-lagi itu hanya niat yang berbuah hasil kemalasan mungkin karena itu juga semesta memutuskan untuk menangguhkan dulu keinginan Fanny.
Dari dua puluh delapan siswa dengan rasio lima belas siswa dan tiga belas siswi terdapat tiga orang yang terjadwalkan piket di hari Rabu namun nyatanya hanya Fanny yang saat ini baru selesai mengepel lantailah yang hampir tiap minggu mengerjakannya.
Entah karena malas atau terlalu menganggap Fanny adalah orang yang rajin sehingga kedua teman piketnya selalu pulang lebih awal dengan berbagai alasan yang Fanny percayai adalah kebohongan hasil dari memutar otak ahli mereka.
Fanny tahu mereka pintar dan entah mengapa orang pintar seperti mereka malah diberkahi dengan sifat egois oleh semesta mungkin karena semesta ingin menekankan bahwa manusia bukanlah tempatnya sempurna.
Dengan menjinjing tas dipunggungnya Fanny keluar kelas membawa ember berukuran sedang yang berisi air kotor berwarna hitam kelabu bekas kain pel. Awlanya air berwarna kelabu itu masih tenang dengan getaran getaran kecil seperti ombak bermukim dalam ember yang Fanny bawa dengan tangan kanannya.
Namun keadaan berubah saat orang yang sudah Fanny cukup kenal wajahnya menabrak dengan kuat sehingga tumpahlah air berwarna kelabu itu membasahi sebagian koridor dan sepatu dari sang empunya biang kerok, Dave.
Hal yang hampir selalu Fanny hindari adalah berinteraksi dengna cowok yang katanya paling ganteng seantero sekolah, bukan karen atkut dikacangin atau apa tapi karena Fanny tidak mau mereka terlalu besar kepala. Namun lagi-lagi keadaan berkata lain, semesta membuat Fanny berhadapan dengan wajah Dave.
"sial" belum sempat Fanny berkata suara umpatan Dave sudah terdengar lebih dulu, membuat Fanny semakin berang.
"Apa lo bilang? Sial?"
"Budeg ya lo? Liat gara-gara lo celana dan sepatu gue basah semua"
"Ngga lo suruh liat gue juga tahu kali, lo kira gue bego"
"Emang lo bego dan gara-gara kebegoan lo gue jadi basah kaya gini"
"Kayaknya lo harus intropeksi diri deh, lo yang bego ngapain juga lo lari-larian disisni? ini koridor bukan lapangan basket tempat yang biasanya lo pakek buat lari-larian sambil rebutan bola kaya anak SD"
"Lo bilang main basket itu kayak anak SD?"
"Iya, kalian itu Cuma sekumpulan orang dengan muka paspasan tapi ngerasa paling ganteng yang suka ngerebutin bola Cuma supaya dapet teriakan dari para cewe jablay, kaya anak SD banget"
"Gue bisa pastiin lo bakal jilat ludah lo sendiri dan bakal neriakin nama gue saat main basket yang lo bilang akya anak SD" rahang Dave mengeras tampak sekali tengah menahan letupan-letupan emosi yang sudah Fanny ciptakan karena menyebut olahraga kecintaannya dengan mainana anak SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Married With Enemy
RomanceAku tahu kita menikah karna alasan bodoh, tapi aku ingin memperjuangkan kamu, sebagaimana Edelweis yang berjuang untuk hidup didataran tandus dengan bunga kecilnya. Aku ingin kita sama-sama memulai kahidupan baru, yang jauh dari kata gengsi untuk me...