BAB 7 jarum Emas Membebaskan Racun Panas

1.6K 35 0
                                    

Memandang senyum licik yang menghiasi wajah kakek itu, Lim Han-kim segera merasa hatinya bergidik dan tubuhnya merinding semua. sahutnya agak ragu: "Maaf kakek, berhubung aku kelewat lapar, sebagian besar hidangan milikmu telah kuhabiskan."

Kakek itu melompat bangun lalu tertawa terbahak- bahak. suara tertawanya begitu keras dan nyaring membuat seluruh ruangan bergetar keras dan cahaya lilin berkedip tiada hentinya.

Dari gelak tertawa yang penuh tenaga itu Lim Han-kim segera mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki kakek itu amat sempurna, pikirnya cepat: "Ternyata ia hanya pura-pura sakit..."

Terdengar kakek itu berkata lebih jauh: "Aaaai... anak muda, rupanya kau kelewat goblok, sama sekali tak mau menggunakan otakmu ..."

"Kenapa?"

"Kau tak percaya dengan perkataanku ini? Kau goblok sekali..."

"Sikap kakek dalam berpura-pura amat luwes dan hidup, aku memang tak bisa mempercayai begitu saja."

"Untung kau hanya menghabiskan separuh hidanganku," kata kakek itu sambil tertawa, "Coba kalau semuanya kau habiskan, saat ini mungkin kau sudah berubah bentuk."

"Berubah bagaimana?" Lim Han-kim tetap kebingungan tak habis mengerti.

Kakek itu tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha... betul, kau telah berubah bentuk Tahukah kau siapa aku ini?"

"Tidak" pemuda itu menggeleng.

"Pernah dengar orang persilatan menyebut seorang tokoh tersohor yang dipanggil Cau-hua lojin?"

"Sayang cayhe belum pernah mendengar."

Berubah hebat paras muka kakek itu, serunya dingin: "Kalau memang belum pernah mendengar, akan kusuruh kau saksikan sendiri sekarang..."

"Bagaimana caranya untuk menyaksikan sendiri?" diam-diam Lim Han-kim mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia,

"Di dalam hidangan yang telah kau sikat habis tadi telah dicampuri dengan sejenis obat hasil ramuanku yang hebat sebentar lagi, bila obat itu mulai bekerja, seluruh tubuhmu akan terasa panas luar biasa. Kecuali cara pengobatan tunggalku, tiada lagi orang mu yang bisa menyembuhkan siksaan tersebut."

Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur napas, tapi ia tak menemukan sesuatu gejala yang aneh, maka serunya: "Tapi sebelum obat itu mulai bekerja, aku masih mampu melakukan perlawanan habis-habisan"

Kakek itu tertawa dingin, "Mari kuperlihatkan sesuatu lebih dulu, sebelum kau ingin bertarung melawanku."

"Melihat apa?" timbul rasa ingin tahu di hati kecil Lim Han-kim.

Kakek itu mengambil lilin dari atas meja lalu mendorong dinding di belakang ranjangnya seketika muncullah sebuah pintu yang cukup dilalui satu orang.

Melihat itu Lim Han-kim segera berpikir "Bagaimana pun aku toh sudah bertemu dengan peristiwa ini, ditakuti juga tak ada gunanya, lebih baik kutengok apa yang hendak diperlihatkan kepadaku."

Tampaknya orang tua yang menyebut diri sebagai Cau-hua lojin itu juga tak takut Lim Han-kim berusaha melarikan diri, ia malah berjalan lebih dulu di depan, Kalau mau sebetulnya saat itu Lim Han-kim mempunyai cukup kesempatan untuk melarikan diri, tapi rasa ingin tahu yang meluap membuatnya tanpa sadar mengikuti kakek itu masuk ke dalam pintu rahasia.

Kalau di luar pintu adalah sebuah rumah gubuk yang reyot dan jelek. maka di balik pintu rahasia tersebut justru terdapat sebuah ruangan dengan lantai terbuat dari batu hijau, Beberapa sosok tubuh manusia berbaring berada di atas lantai itu dan mereka semua tertidur amat nyenyak!

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang