BAB 52 Kemunculan Kembali Raja Pedang

1.5K 24 0
                                    

Seebun Giok-hiong percepat langkahnya untuk jalan beriring dengan Li Tiong-hui, sambil berjalan tanyanya:

"Apa Pek si-hiang belum mati?"

Belum sempat Li Tiong-hui menjawab, Lim Han-kim telah menyela duluan:

"Dia masih hidup segar bugar, mengapa kau malah sumpahi dia agar cepat mati?"

Seebun Giok-hiong berpaling memandang Lim Han- kim sekejap. lalu sindirnya sambil tertawa:

"Kau toh tahu, aku sedang berbicara dengan Bengcu kalian..."

Lalu sambil menatap Li Tiong-hui, tegurnya: "Apa sih pangkatnya orang ini?"

"Ada apa? Dia kan Lim Han-kim, masa tidak kenal?"

"Sekarang kita sudah berhadapan sebagai musuh, makin sedikit orang yang dikenal semakin baik."

Lim Han-kim mendengus dingini

"Nona seebun jangan sombong dan tekebur dulu, menurut pengamatanku, belum tentu kau bisa menangkan pertarungan di perkampungan Hong-san kali ini."

Seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh. "Hahahaha... pasti Pek si-hiang yang ajari kau berkata begitu," ejeknya.

"Tak perlu diajari nona Pek. aku sama saja sanggup menghadapi nona untuk bermain beberapa jurus."

Beberapa kali seebun Giok-hiong mengawasi wajah Lim Han-kim, namun dia enggan berbicara dengan pemuda itu, kepada Li Tiong-hui kembali katanya:

"Li Bengcu, walaupun kita saling berhadapan sebagai musuh, namun selama ini kau selalu memanggil cici padaku, sebutan mana membuat perasaanku tak pernah tenang, oleh sebab itu aku perlu memberitahukan satu hal padamu."

"Soal apa?"

"Kuakui Pek si-hiang memang seorang gadis berbakat alam yang luar biasa hebatnya, sayang dia kelewat banyak membaca buku hingga akhirnya keracunan buku."

"Yang kuketahui selama ini, semakin banyak seseorang membaca buku, pengetahuannya juga makin luas, belum pernah kudengar orang berkata bahwa seseorang bisa keracunan buku karena kebanyakan membaca."

"Buktinya sekarang, dengan mengabaikan tempat- tempat strategis untuk mempertahankan diri, kau malah mengundang musuhmu memasuki daerah pentingmu, apakah tindakan semacam ini tidak melanggar ajaran strategi perang? Kecuali Pek si-hiang, aku yakin meski ibumu sendiri juga tak akan berani mengambil tindakan sedemikian drastis."

"Tebakan cici kali ini keliru besar, justru aku yang merancang strategi kali ini."

"Apa? Kau yang merancang strategi ini?"

Seebun Giok-hiong membelalakkan matanya, "Betul, aku mesti peras otak selama tiga hari tiga malam sebelum memutuskan untuk menggunakan rancangan strategi ini."

Seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh, "Hahahaha... apakah kau masih berharap aku bisa berubah pikiran pada saat terakhir dan mau mengabaikan niatku untuk membalas dendam kesumat ini?"

"Alangkah bahagianya diriku bila kau bersedia melakukan hal itu, bila cici mau bertobat aku pun bersedia meninggalkan bangku Beng-cu agar para jago di kolong langit hidup dengan bebas."

Seebun Giok-hiong menghela napas panjang.

"Tak aneh jika kau merancang strategi ini," katanya. "Sebaliknya bila cici bersikeras ingin menyelesaikan masalah ini dengan banjir darah, apa mau dikata aku pun terpaksa akan memimpin seluruh orang gagah yang terhimpun di sini untuk melakukan pertarungan hingga titik darah penghabisan."

"Selain ibumu, belum kutemukan orang lain yang mampu bertarung sebanyak seratus gebrakan melawanku .,."

"Seandainya kau sudah ditahan oleh ibuku, mampukah orang-orang yang cici bawa bertarung melawan para jago lihay dari pelbagai partai dan perguruan besar?"

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang