BAB 41 Nasib Jelek Si Nona Cantik

1.4K 30 0
                                    

Meskipun perempuan setengah umur itu tidak turun tangan menghalangi ternyata dia juga tidak menghindar Terpaksa Lim Han-kim berjalan lewat melalui sampingnya.

"Silakan masuk. siangkong" ucap Li Tiong-hui sambil menyingkir ke samping memberi jalan lewat.

"Leluasakah?" Lim Han-kim agak sangsi.

"Sebetulnya kurang leluasa, cuma tidak apa-apa.Ayoh, cepat masuk ke dalam"

setelah menghela napas panjang, Lim Han-kim pun berjalan memasuki ruangan itu.

Setelah melalui pintu gerbang, di depannya terbentang sebuah bangunan besar yang terbuat dari batu granit, Bangunan itu mirip benteng, tapi juga mirip sebuah kuburan-yang pasti bentuk bangunannya angker tapi kokoh, sebuah terali besi yang besar dan berat tampak tertutup rapat dan memisahkan bangunan bagian dalam dengan bagian luar.

"Tempat apaan ini?" tanya Lim Han-kim agak tertegun-

"Tempat menyimpan abu leluhur kami, tiga generasi keluarga Hong-san semuanya berada di sini, di samping tempat menyimpan barang-barang penting dari keluarga kami."

"Aaaah, mana boleh kumasuki daerah yang begitu penting dari perkampunganmu?" Li Tiong-hui tertawa getir.

"Tempat ini memang merupakan daerah terlarang dari perkampungan keluarga Hong-san. jangan lagi orang luar, anggota keluarga Hong-san sendiri pun tak boleh memasuki daerah ini secara sembarangan..."

Dengan perasaan terkejut bercampur cemas Lim Han- kim mundur dua langkah.

"Kalau begitu kau pun tak boleh sembarangan memasuki daerah terlarang, lebih baik aku keluar saja..."

Mendadak air mata jatuh berderai membasahi wajah Li Tiong-hui, setengah berbisik, ia berkata:

"Aku ingin kau pergi menjumpai seseorang."
"Siapa?"

"Boleh dibilang dia adalah suamiku, juga bisa dikatakan sebagai sahabat karibku, terserah apa pun penilaianmu."

"Apa? jadi nona telah berkeluarga?" seru Lim Han-kim semakin terperanjat. Kembali Li Tiong-hui tertawa getir.

"Masih seorang diri atau sudah berkeluarga, buat aku maupun kau sudah bukan suatu persoalan yang penting lagi, seandainya aku belum berkeluarga kini, apa pula yang bisa kau lakukan terhadapku?"

"Soal ini... soal ini..." Lim Han-kim tertegun dan tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Kau tak perlu ini itu lagi," tukas Li Tiong-hui. "Kini kau sudah memiliki Pek si-hiang yang begitu mencintai dirimu, ada pula seebun Giok-hiong yang bermanja- manja denganmu, Dalam keadaan demikian, tak mungkin aku Li Tiong-hui tebalkan muka dan ngotot ingin dikawini dirimu pula, jadi kau tak usah khawatir."

Lim Han-kim menghela napas sedih.

"Aaaai... nona Li, kenapa kau bilang begitu? Aku Lim Han-kim bukan manusia bangsa kurcaci, terhadap siapa pun aku punya pandangan dan perasaan yang sama."

"Sudahlah, kita tak usah mendebatkan soal ini lagi," sela Li Tiong-hui sambil tertawa getir, "Mari kita masuk ke dalam untuk menjenguk dirinya..." sambil berkata dia melangkah maju ke depan

Lim Han-kim mengikuti di belakang gadis itu dengan ketat, mereka memasuki sebuah ruangan yang ditata indah, Tampak seorang pemuda berwajah pucat pias dan berambut kusut sedang duduk termenung di situ sambil mengawasi sebuah lukisan yang dibentang di hadapannya.

Pelan-pelan Li Tiong-hui berjalan mendekati pemuda itu sambil bisiknya: "Ngo-long, sehatkah tubuhmu akhir- akhir ini?"

Pelan-pelan pemuda itu meletakkan lukisan tersebut ke meja, angkat kepala dan memandang Li Tiong-hui sekejap. sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir-nya.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang