BAB 33 Pangeran Pedang

1.4K 36 0
                                    

Belum sempat Lim Han-kim memutuskan gadis mana yang harus dibebaskan totokan jalan darahnya, musuh sudah menyerang tiba. Terpaksa pemuda itu menggerakkan pedangnya untuk menangkis,

Traaangg!

Di tengah suara bentrokan nyaring yang diiringi percikan bunga api, golok panjang dari lelaki berbaju sutera itu tertangkis oleh serangan pedang pendek pemuda kita hingga miring dari sasaran.

Ternyata lelaki itu sangat pemberani dan nekat, meskipun goloknya ditangkis musuh, namun ia tidak berhenti sampai di situ saja, Dengan tameng di tangan kirinya untuk melindungi badan, ia lanjutkan terkamannya ke depan. Terpaksa Lim Han- kim memutar kembali pedangnya melepaskan sebuah bacokan.

Buru-buru lelaki berbaju sutera itu menangkis ancaman tersebut dengan tamengnya, begitu berhasil membendung serangan lawan ia lancarkan sebuah tendangan kilat

Tampak cahaya golok berkilat, senjata golok dari lelaki kedua telah meluncur datang menusuk pergelangan tangan kanan Lim Han- kim. sekilas pandang, kawanan lelaki berbaju sutera itu seakan-akan menyerang sendiri- sendiri dan masing-masing tiada kaitannya, padahal kenyataannya mereka menjalin kerja sama yang sangat erat.

Terdesak oleh keadaan, mau tak mau Lim Han- kim harus mundur dua langkah untuk menghindari bacokan serta tendangan lawan.

Tampak lelaki kedua itu mendesak maju selangkah hingga berdiri bersanding dengan lelaki pertama, Dua bilah golok panjang mereka secara berpisah menyerang datang dari sisi kiri dan kanan

Berbicara sebenarnya, posisi kawanan lelaki berbaju sutera itu jauh lebih menguntungkan ketimbang posisi Lim Han- kim. Mereka mempunyai tameng besar yang dapat dipakai untuk melindungi bagian tubuh yang mematikan, sebaliknya senjata yang dipakai Lim Han-kim amat pendek. Ruangan dalam perahu pun amat sempit. Posisi semacam ini amat merugikan keadaan anak muda itu.

Demikianlah, kedua lelaki tersebut dengan tamengnya membendung serangan pedang dari lawan, sepasang golok mereka mendesak dari kedua sisi yang memaksa Lim Han-kim selangkah demi selangkah mundur terus ke belakang.

Kini Lim Han-kim sudah sadar akan keadaannya, ia mengerti hanya andalkan kekuatannya seorang mustahil bisa membendung seluruh serangan dari keempat lelaki berbaju sutera itu. Atau dengan perkataan lain, kecuali membebaskan totokan jalan darah dari ketiga orang gadis tersebut, ia sudah tak punya pilihan lain.

Dari ketiga orang gadis tersebut, Li Tiong-hui terhitung paling jinak dan mudah diatasi. Pada mulanya Lim Han-kim memang ingin membebaskan jalan darah Li Tiong-hui lebih dulu, tapi di bawah cecaran kedua orang lelaki tersebut, ternyata selangkah demi selangkah ia dipaksa untuk mundur ke sisi seebun Giok-hiong.

Dalam saat itu dua orang lelaki berbaju sutera lainnya juga sudah menyerbu masuk ke dalam ruang perahu.

Lim Han-kim betul-betul panik bercampur gelisah. sekuat tenaga ia menyerang lawannya dengan pedang pendek di tangan kanah, pukulan berantai di tangan kiri.

Begitu gempuran- gempuran dari kedua orang lelaki berbaju sutera itu berhasil ditangkis, ia manfaatkan peluang yang ada untuk membalikkan telapak tangannya dan menepuk bebas jalan darah seebun Giok-hiong yang tertotok

sesungguhnya pada waktu itu seebun Giok-hiong juga telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan. Sayangnya, berhubung pancingan ilmu sesat dari Pek si-hiang telah menyebabkan tersesatnya aliran hawa murni ke dalam urat nadi, maka pengerahan tenaga yang dilakukan tidak membuahkan hasil walaupun sudah membuang banyak waktu, totokan jalan darahnya belum berhasil juga dibebaskan. Begitu memperoleh bantuan tabokan dari Lim Han-kim, dengan cepat Seebun Giok-hiong telah melompat bangun.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang