BAB 55 Penutup ( TAMAT )

2.5K 51 4
                                    

Raja pedang berpaling memandang istrinya sekejap, kemudian katanya:

"Kau tak perlu kuatir, rasa benci mereka terhadapku sudah merasuk hingga ke tulang sumsum, tak nanti mereka akan rebut suamimu." Kepada Nyonya Li katanya pula:

"Aku sadar, selama ini tingkah lakuku yang kelewat romantis telah mendatangkan banyak bencana dan penderitaan bagi orang lain, sadar akan kesalahanku inilah maka aku merantau jauh ke pulau Hay-nam untuk mencari seorang wanita yang aneh, jelek dan menyeramkan untuk kujadikan istri, sudah hampir dua puluh tahun kami hidup bersanding masih tak cukupkah hukuman yang telah kujalin selama ini?"

"Belum, belum cukup, aku belum puas sebelum menghancur lumatkan tubuhmu hingga remuk berkeping-keping "

"Aaaai..." Raja pedang menghela napas panjang, "Padahal di masa mudaku dulu, tak terlintas setitik pikiran pun untuk melakukan kejahatan apalagi membohongi kalian, bila kurenungkan kembali sepak terjangku di masa lalu, seratus tertusuk jarum selaksa batang perasaan hatiku, aku sudah tak betah melewati hari-hari tersiksa seperti itu. Maka apa pun yang kalian inginkan akan kupersembahkan semuanya hari ini juga. Namun, sebelum ajalku tiba, perbolehkan aku untuk melaksanakan suatu tugas mulia bagi kepentingan umat persilatan.."

Tiba-tiba ia pungut kembali pedangnya dari atas tanah, kemudian serunya:

"Seebun Giok-hiong, aku hendak mencabut bibit bencana bagi umat persilatan, kau ingin bunuh diri ataukah bertarung melawanku?"

"Siapa suruh mereka tergila-gila padamu di masa lampau hingga rela menyerahkan kehormatannya kepadamu? Kalau mesti berbicara sejujurnya, kau tak salah, kau tak pantas kelewat menyesali perbuatan sendiri, apalagi menghukum diri sendiri yang sebetulnya tak bersalah," bujuk seebun Giok-hiong.

Sementara itu Lim Han-kim telah mengambil kesimpulan bahwa raja pedang yang berada di hadapannya sekarang, adalah ayahnya, tapi pikiran dan perasaannya yang ruwet membuat pemuda ini tak tahu apa yang mesti dilakukan. Ketika ia mencoba berpaling ke arah Pek si-hiang, dilihatnya gadis itu sedang memandangi Tokoh di tengah arena tersebut dengan air mata berlinang.

Kejadian ini tentu saja mencengangkan perasaan hatinya, tanpa terasa bisiknya:

"Nona Pek. apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Cepat tampil ke depan, tantang seebun Giok-hiong untuk berduel"

"Mana mungkin aku bisa menandinginya?"

"Tiga pukulan geledek dan satu jurus ilmu pedang langit merupakan ilmu silat maha dahsyat di kolong langit saat ini, kendatipun belum cukup tangguh untuk menghabisi nyawanya, paling tidak kau masih sanggup mengalahkannya, hadapi saja dengan tenang hati"

Lim Han-kim tertegun, setelah ragu sejenak akhirnya ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tengah arena.

Begitu tiba di tengah arena, pemuda itu segera berteriak keras:

"Seebun Giok-hiong, dua babak pertama telah kita lewatkan, kedua belah pihak sama-sama telah menampilkan angkatan tua, maka dalam babak berikut ini aku ingin menantang nona untuk berduel. Berani tidak kau terima tantanganku ini?"

Tantangan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan mengejutkan semua jago yang hadir di seputar arena, tanpa terasa beratus pasang mata serentak tertuju ke arahnya.

Mula-mula seebun Giok-hiong kelihatan tertegun, menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa hambar. "Kau ingin menantangku?"

"Benar, berani tidak kau terima tantanganku ini?"

Belum sempat jawaban diberikan raja pedang telah berpaling memandang wajah Lim Han-kim sekejap sambil menegur.

"Anda adalah ..."

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang