BAB 10 Kunjungan Tak Terduga

1.1K 35 0
                                    

Belum sempat Lim Han-kim memberikan tanggapannya, mendadak terdengar suara langkah kaki yang keras bergema datang, menyusul kemudian tampak siok-bwee dengan napas terengah-engah berseru:

"Celaka nona, celaka nona ..."

"Apa yang terjadi, katakan"

"Adik Hiang-kiok telah datang dengan membawa seorang Lim siangkong lagi"

"Haaah, ada kejadian apa ini?" Pek Si hiang tersentak bangun.

"Di mana orang itu sekarang?" sambung Lim Han-kim cemas.

"Ada di bawah loteng, ditemani adik Hiang-kiok."

"Baik, biar kutengok manusia macam apa dia, berani amat mencatut namaku"

"Tak usah gelisah," cegah Pek si-hiang. "Biar aku berpakaian dulu kemudian baru menengoknya bersama."

Sikap tegang yang semula menyelimuti wajahnya kini sudah lenyap tak berbekas, Tampaknya ia sudah memahami sekali apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Aku menunggu nona di luar kamar" Buru-buru Lim Han-kim beranjak keluar dari ruangam Tidak sampai sepeminuman teh kemudian, Pek si-hiang telah muncul dengan bersandar di bahu siok-bwee. Kali ini dia mengenakan pakaian berwarna putih, gaun putih, sepatu putih dan ikat pinggang putih, tidak berbedak tidak bergincu dan membiarkan rambutnya terurai di bahu.

Baru saja Lim Han-kim hendak menerobos turun ke bawah, tiba-tiba Pek si-hiang mencegahnya:

"Tak usah emosi, bungkus dulu kepalamu dengan kain"

ia lemparkan sapu tangan berwarna putihnya ke tangan pemuda itu. Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini terpaksa Lim Han-kim membiarkan gadis itu mengatur segala sesuatu untuknya, setelah terima sapu tangan, ia bungkus wajahnya yang jelek itu

Agaknya Pek Si-hiang sudah tidak gelisah sama sekali, ia menunggu sampai Lim Han-kim selesai membungkus kepalanya baru berkata:

"Lebih baik kau berjalan di belakangku Tak usah emosi, tak usah panik, sebelum mendapat persetujuanku lebih baik jangan banyak bicara."

Lim Han-kim manggut-manggut "Segala sesuatunya aku menuruti perintah nona," sahutnya.

"Ehmmm, kau memang sangat penurut,"

Pek Si-hiang tertawa, kemudian dengan di-bimbing Siok-bwee, ia turun lebih dulu dari loteng itu, Lim Han- kim mengikuti di belakang si nona.

Hiang-kiok yang mengenakan pakaian serba hijau kelihatan sedang berdiri di ruang tamu dengan wajah bimbang dan ragu. Agaknya ia sudah memperoleh penjelasan dari Siok-bwee hingga perasaan sangsinya kelihatan kentara sekali.

Di hadapannya duduk seorang manusia berbaju putih yang membungkus kepalanya dengan kain hijau, Dengan wajah amat santai Pek Si-hiang duduk di bangku tepat di hadapan orang itu, lalu setelah membetulkan rambutnya ia menegur

"Boleh aku tahu siapa namamu?" Manusia berbaju putih itu melirik Lim Han-kim sekejap, lalu jawabnya:

"Lim ..."

"Lim apa? Kenapa tidak kau lanjutkan?"

orang itu termenung sejenak, kemudian katanya:

"Namaku kurang sedap didengar, aku takut akan mengecutkan nona bila mendengar."

"Aaaah, kalau begitu namamu pastilah Im-yang Losat"

Tiba-tiba orang berbaju putih itu melepaskan kain hijau pembungkus kepalanya hingga terlihatlah wajahnya yang separuh merah dan separuh putih itu,

"Nona memang cerdik dan berwawasan luas, sekali tebak sudah berhasil," ujarnya.

Sebaliknya Lim Han-kim dengan perasaan terkejut menjerit tertahan: "lm-yang Losat...?"

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang