BAB 36 Memohon Ijin Ibu

1.3K 30 0
                                    

Seraya memandang bayangan kedua ekor monyet itu berlalu, Li Tiong-hui kembali menjelaskan.

"Dulu, penjaga pintu keluarga Hong-san kami hanya terdiri dari dua ekor harimau raksasa, kedua ekor monyet raksasa ini belum lama baru berhasil ditundukkan ibuku, Konon kedua ekor monyet ini memiliki kekuatan yang luar biasa, tenaga tarikannya sanggup membelah tubuh harimau menjadi dua bagian. Entah dari mana asalnya kedua makhluk itu hingga akhirnya bisa muncul di seputar kawasan Hong-san."

"Menurut apa yang kuketahui," ucap Phang Thian-hua, " Kedua makhluk tersebut disebut gorilla, masih termasuk dalam jenis monyet, biasanya banyak berkeliaran di tengah bukit yang terpencil atau hutan yang luas."

"Sungguh aneh makhluk itu," kata Hiang-kiok pula, "Padahal tak sedikit gunung kenamaan dan hutan belantara yang didatangi nona kami, rasanya selama ini belum pernah kujumpai makhluk seperti ini. Lantas, apa sebabnya mereka dapat muncul di bukit Hong-san?"

"Waaah, kalau soal ini aku tak bisa menjawab ..." Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba muncul hiasan cahaya lentera yang bergerak mendekati mereka, Dari kejauhan sana tampak muncul dua orang gadis berbaju hijau yang membawa lentera. usia kedua orang gadis itu hampir sebaya, kira-kira berusia enam- tujuh belas tahunan.

Begitu berjumpa dengan Li Tiong-hui, serentak mereka memberi hormat seraya berseru:

"Rupanya nona telah pulang"

Li Tiong-hui manggut-manggut, katanya:

"Aku datang mengajak beberapa orang tamu agung, coba kalian siapkan beberapa buah kamar dan siapkan hidangan."

Budak di sebelah kanan menyahut dan segera beranjak pergi, sedangkan budak yang ada disebelah kiri dengan mengangkat lenteranya tinggi-tinggi, bergerak sebagai membawa jalan.

Sambil berjalan Li Tiong-hui berbisik, "Selama beberapa waktu belakangan, apakah nyonya besar pernah muncul dari pertapaannya?"

"Belum pernah." Budak itu menggeleng, "sejak kepergian nona dan tuan muda, nyonya besar belum pernah keluar dari gedung Tay-sang-kek. semua urusan rumah tangga selama ini hanya diurus nenek ong."

Dalam pembicaraan itu, mereka telah melewati beberapa buah dinding pohon dan tiba di depan sebuah ruangan besar. seorang nenek berbaju biru yang rambutnya telah beruban, berusia enam puluh tahunan dan membawa sebuah tongkat tampak berdiri di depan pintu, di kedua sisinya berdiri dua orang dayang berbaju hijau yang membawa lentera besar.

Sambil menuruni tangga batu, nenek itu memberi hormat seraya berkata: "Bila aku yang tua tak menyambut kedatangan nona dari jauh, harap nona sudi memaafkan."

Tampaknya Li Tiong-hui menaruh hormat terhadap nenek itu, buru-buru ia balas memberi hormat seraya menyahuti.

"Terima kasih banyak atas perhatian nenek dan mau mengurusi rumah tangga selama ini."

Ong popo tertawa.

"itu sudah tugas dan kewajibanku, nona jangan merendah." Buru-buru ia menyingkir ke samping memberi jalan lewat buat majikannya.

Kepada Phang Thian-hua, siok-bwee dan Hiang-kiok bertiga Li Tiong-hui pun berseru: "Phang cengcu sekalian, silakan masuk"

Selama ini ong popo hanya mengawasi Phang Thian- hua bertiga tanpa bermaksud menghalangi namun keningnya jelas berkerut kencang.

Tiba dalam ruangan, air teh pun segera dihidangkan Ong popo menyusul masuk ke dalam ruangan, bisiknya: "Telah kuperintahkan ke dapur untuk menyiapkan makan malam buat nona sekalian,"

Li Tiong-hui angkat wajahnya memandang sekejap langit-langit ruangan, lalu katanya kembali.

"Harap popo sampaikan perintahku ke dapur, suruh mereka siapkan hidangan dan arak dalam jumlah banyak. dalam tiga-lima hari mendatang, bakal ada banyak jago persilatan yang akan berkunjung ke lembah Ban-siong- kok kita."

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang