BAB 38 Melawan Pengaruh Iblis

1.3K 26 0
                                    

Lim Han-kim turut tak tega, sambil berusaha menahan air matanya jatuh berlinang, bisiknya pelan:

"Cepatlah berlatih ilmu sesat sembilan iblis untuk melawan penderitaanmu itu"

Mendengar anjuran tersebut, sambil gelengkan kepalanya Phang Thian-hua berkata:

"Saudara Lim, kau toh benci bila dia berlatih ilmu sesat sembilan iblis, kenapa sekarang malah menganjurkan dia untuk berlatih?"

"Coba kau lihat penderitaannya. Kalau tidak menyuruhnya melatih ilmu sesat tersebut, bisa jadi dia akan mati lantaran tersiksa,"

"Kenapa kau tidak berusaha untuk membantunya, siapa tahu dengan kekuatanmu dia bisa lolos dari percobaan ini?"

"Meski aku berniat untuk melakukannya, sayang kemampuanku amat terbatas untuk berbuat begitu"

"Bagaimana kalau kubantu?"

"Silakan locianpwee memberi petunjuk. aku yang muda siap untuk mendengarkan"

"Pertama-tama totok dulu jalan darah Yu-bun dan Ki- koan-hiat-nya"

Lim Han-kim agak tertegun, tapi ia menurut dan menotok juga jalan darah Yu-bun dan Ki-koan-hiat di tubuh Pek si-hiang.

Terdengar Pek si-hiang, menghembuskan napas panjang dan tiba-tiba menjadi tenang kembali, giginya yang semula menggigit kencang ujung selimut pun pelan-pelan dilepaskan. Agaknya dengan tertotoknya jalan darah itu, penderitaan serta siksaan yang dialaminya menjadi jauh lebih berkurang.

Lim Han-kim berpaling memandang Phang Thian-hua sekejap. kemudian tanyanya: "Locianpwee, apa tindakan kita berikutnya?"

Belum sempat Phang Thian-hua menjawab, mendadak pintu ruangan didorong orang.

Ketika semua orang berpaling, tampak seorang dayang berbaju hijau pelan-pelan masuk ke dalam, memberi hormat kepada Lim Han-kim dan katanya: "Lim siangkong, kau diundang nyonya kami."

"Nyonya Li mengundang aku?" seru Lim Han-kim tertegun.

"Benar"

Lim Han-kim berpaling ke arah Phang Thian-hua dan pesannya: "Tolong locianpwee jaga keadaan nona Pek. aku segera akan kembali ke sini"

"Kau tak usah khawatir saudara Lim"

Tampaknya dayang berbaju hijau itu sudah tak sabar menunggu, kembali bisiknya:

"Nyonya kami sudah lama menunggu"

"Ayoh kita berangkat"

Mengikuti di belakang dayang berbaju hijau itu, Lim Han-kim berjalan ke luar dari ruangan, sambil berjalan, ia mencoba memperhatikan pemandangan di seputar sana. Ternyata segala sesuatunya masih seperti sedia kala,tidak nampak bekas pertarungan, juga tak nampak ada kerusakan.

Menyaksikan semua ini, tak tahan pemuda itu bertanya:

"Apakah musuh tangguh yang menyerang keluarga Hong-san telah berhasil dipukul mundur?"

"Hmmm Tak seorang pun dari pihak kami yang turun tangan, tapi nyatanya musuh harus mundur dengan membawa luka. siapa yang berani menyatroni keluarga Hong-san sama artinya dengan mencari penyakit buat diri sendiri"

"Kalau tak seorang pun yang turun tangan, bagaimana mungkin musuh bisa mundur dengan membawa luka?"

"Ong popo sangat pandai menjinakkan tawon, musuh sudah terluka oleh sengatan beracun tawon-tawon itu..."

Agaknya kemudian dayang itu sadar kalau ia sudah salah berbicara, buru-buru ia menutup mulutnya rapat- rapat.

Lim Han-kim juga tak banyak bicara lagi, ia percepat langkahnya menelusuri jalan setapak.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang