BAB 46 Tiga Manusia Aneh

1.4K 29 0
                                    

Pek si-hiang menggenggam tangan kiri Lim Han-kim erat-erat, lalu ujarnya lagi:

"Saudara Lim, aku tahu kau keberatan bila kubunuh seebun Giok-hiong, tapi situasi saat ini telah berubah menjadi amat kritis, bila kita mundur selangkah berarti memberi kesempatan kepadanya untuk maju selangkah, kita bisa saja mengampuni seorang seebun Giok-hiong, tapi sebagai gantinya banyak nyawa umat persilatan yang akan jadi korban di ta-ngannya, lagipula dia sendiri pun enggan lepaskan aku. sebagai seorang ksatria kita tak boleh berhati lemah, apalagi terperangkap oleh bibit- bibit cinta."

"Nona Pek, aku..."

Pek si-hiang gelengkan kepalanya berulang kali, tak memberi kesempatan kepadanya untuk melanjutkan pembicaraan, selanya kembali:

"Aku paham, baik seebun Giok-hiong, Li Tiong-hui maupun aku Pek si-hiang, kami sama-sama mempunyai bobot yang seimbang dalam hatimu, tentunya kau merasa kesulitan bukan untuk membagi kasih secara seimbang terhadap kami bertiga..."

"Kau jangan ngaco belo," tukas Lim Han- kim, "Nona Li jangan kau masukkan dalam hitungan, ia sudah menjadi istri orang."

"Aaaah, masa iya?" seru Pek si-hiang tertegun

"Aku tak perlu berbohong, lagipula orang tersebut berada di perkampungan keluarga Hong-san saat ini dan aku pun sudah menyanggupi mereka untuk menjadi mak comblangnya serta mengumumkan perkawinan mereka di hadapan para jago silat seusai pertumpahan darah itu berlangsung."

Tampaknya Pek si-hiang, gadis serba tahu dan cerdas luar biasa ini dibuat termangu juga sehabis mendengar berita yang sama sekali tak terduga ini, setelah termenung beberapa saat tanyanya: "siapa yang beritahu soal ini kepadamu?"

"Li Tiong-hui beritahu sendiri soal ini kepadaku, bahkan aku pun sudah bertemu dengan calon suaminya, orang itu benar-benar tergila-gila dengannya, bila Li Tiong-hui bersedia menjadi istrinya, orang itu pasti akan mencurahkan segenap rasa cintanya untuk merawat serta menyayanginya."

"Aaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang, "Kendatipun begitu, belum tentu kejadian ini merupakan suatu perkawinan yang bahagia."

"Kenapa?"

"Kau bukan wanita, tentu tak paham dengan perasaan seorang wanita, pada dasarnya wanita memang ditakdirkan untuk melayani kaum pria, bila kejadiannya terbalik, kaum pria yang mesti melayani istrinya, belum tentu dia akan merasa puas dan bahagia, karena apa yang terpikir olehnya adalah bagaimana merawat, melayani serta menyayangi sang suami."

"Benarkah begitu?" Lim Han- kim tertegun

"Yaa, paling tidak aku serta Li Tiong-hui mempunyai pandangan serta pemikiran demikian..."

Setelah berhenti sejenak. lanjutnya:

"Bila Li Tiong-hui telah menentukan pilihannya, berarti tinggal seebun Giok-hiong seorang yang dapat menjadi istrimu, aaaai sayang sekali dia terlalu liar dan susah dikendalikan, napsu membunuh pun telah menutupi pikirannya, hal ini membuat aku jadi serba salah."

Hiang-kiok yang masih polos dan tak punya pikiran lain tiba-tiba menimbrung:

"Nona, bagaimana dengan kau sendiri? Mengapa bukan kau sendiri yang menikah dengan Lim siangkong?"

Merah padam selembar wajah Pek si-hiang, katanya sambil tertawa:

"Budak dungu, aku sudah hampir mampus, masa kau suruh dia menikahi setan sebagai bininya?"

"Bukankah nona telah disembuhkan oleh Nyonya Li?" tegur Lim Han- kim agak tertegun.
"Belum" Pek si-hiang menggeleng seraya menghela napas panjang.
"Kenapa? Apakah nyonya Li tak mampu mengobati penyakitmu itu?"

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang