BAB 28 Taruhan Menjadi Pelayan

1.4K 30 1
                                    

Lim Han-kim hanya menonton jalannya pertarungan itu dengan wajah kesemsem, sekalipun kedua orang itu hanya membatasi diri dengan menggunakan dua jenis ilmu silat, namun perubahan gerakannya betul-betul hebat dan luar biasa.

Meskipun ilmu Pukulan Penyanggah Langit yang diandalkan kakek berambut panjang itu hanya terdiri dari delapan belas jurus, namun setelah digunakan ternyata memiliki perubahan yang luar biasa banyaknya, sebentar ia menyerang dengan menggunakan tangan tunggal, sejenak kemudian mencecar dengan kedua belah tangannya, namun jurus yang digunakan ternyata berlainan satu sama lainnya.

Pertarungan yang berlangsung saat ini betul-betul merupakan suatu pertarungan sengit yang langka terjadi dalam dunia persilatan pertarungan itu membuat Lim Han- kim begitu terpesona hingga lupa segala-galanya.

Tak selang berapa saat kemudian, kedua belah pihak telah bertempur hingga ratusan jurus lebih, namun keadaan tetap berimbang dan tak satu pun berhasil mengalahkan lawannya.

Tiba-tiba kakek berambut panjang itu memperketat serangannya, setelah melepaskan tiga buah pukulan berantai, ia melompat mundur sambil berteriak:

"Tahan"

"Ada apa?" seebun Giok-hiong ikut menghentikan serangannya dan mundur dua langkah.

"Bila pertarungan harus dilangsungkan dengan cara begini, aku rasa walau bertarung sampai besok pun, susah untuk menentukan siapa lebih unggul di antara kita"

"Lalu apa pendapatmu?"

"Aku tak perlu harus terus menggunakan delapan jurus ilmu pukulan Penyanggah Langit, sedang kau pun tak terbatas hanya menggunakan ilmu Langkah Tujuh Bintang serta ilmu sentilan jari sakti. Kita masing-masing bebas menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk bertarung habis-habisan, Aaaai... sudah puluhan tahun aku tak pernah bertarung melawan seseorang hingga sepuas hari ini"

"Baik, kupenuhi permintaanmu itu"

"Ha ha ha... puas sungguh puas Tak nyana kau meski cuma seorang bocah perempuan, namun punya kegagahan yang mengagumkan" selesai bicara, ia membentak nyaring dan segera lancarkan sebuah gempuran dahsyat

seebun Giok-hiong segera mengayunkan tangan kanannya, Dengan ujung jari dan jari tengahnya, ia sodok urat nadi pada pergelangan tangan kakek tersebut.

Buru-buru kakek berambut panjang itu menarik tangannya sambil membatalkan serangan. Diiringi bentakan nyaring, telapak tangan kirinya kembali melancarkan sebuah bacokan kilat.

Dalam melancarkan setiap pukulannya, kakek itu selalu membentak nyaring lebih dulu, Hasil pukulan yang dilontarkan ternyata dahsyat, bahkan diselingi desingan angin tajam yang membuat baju para penonton di seputar arena pun turut berkibar.

Diam-diam Lim Han- kim berpikir: " Kehebatan tenaga pukulan kakek ini jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan sayang, kendatipun ia memiliki tenaga dalam yang sempurna, bila pertarungan harus dilalui dengan cara begini, mungkin ia tak bisa bertahan lama.

Tampaknya seebun Giok-hiong enggan melayani kakek tersebut dengan pertarungan keras lawan keras, selama pertempuran berlangsung, sepasang tangannya hanya mengandalkan ilmu memotong urat untuk mengancam nadi-nadi penting di tangan lawan yang memaksa kakek berambut panjang itu membatalkan setiap ancamannya di tengah jalan.

Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertarungan tenaga melawan akal, Keganasan ilmu jari yang digunakan seebun Giok-hiong serta keganasan dan kedahsyatan ilmu pukulan kakek berambut panjang itu, ditambah pula dengan suara-suara bentakan yang memekik telinga, membuat pertarungan ini berlangsung amat sengit dan amat berbahaya.

Dilihat dari kedahsyatan tenaga pukulan dari kakek berambut panjang itu, seandainya seebun Giok-hiong tersambar sekali saja, niscaya nyawa gadis itu bakal melayang, namun ilmu jari yang diandalkannya justru mampu membatalkan setiap ancaman yang dagang, bahkan dipakai tepat pada saatnya.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang