BAB 8 Menyambangi Gadis Pujaan

1.6K 36 0
                                    

"Jadi tempat ini adalah kamar tidur cici?" seru Lim Han-kim terperanjat.

"Betul, kecuali kau, belum pernah ada lelaki lain yang memasuki kamar tidur cici."

" Kalau begitu mana boleh aku berbaring dalam kamar tidurnya cici..." seru Lim Han-kim sambil meronta bangun dan berusaha turun dari pembaringan.

Dengan cepat Im-yang Losat menekan dada pemuda itu, tidak membiarkannya bangun, kemudian sambil tertawa katanya:

"sekarang kau sedang mengidap penyakit parah, tidak boleh sembarangan bergerak, lebih baik tidur saja di tempatku."

Lim Han-kim merasa daya tekanan itu berat sekali, membuatnya tak mampu bergerak, Terpaksa ia berbaring lagi seraya sahutnya:

"Kalau begitu terpaksa aku turut perintah"

Sementara dalam hati kecilnya ia berpikir "Menurut Pek si-hiang, dia sudah datang ke tempat pertemuan jauh sebelum kedatanganku tapi sekarang dia mengaku baru datang selewatnya kentongan kedua. Jika dipertimbangkan kembali jawaban kedua orang ini, rasa-rasanya perkataan Pek si-hiang jauh lebih bisa dipercaya ..."

Sementara itu Im-yang Losat telah meletakkan baki porselen itu di sisi pembaringan. Di atas baki terlihat sebuah mangkuk porselen yang penuh berisikan cairan berwarna hijau tua. ia tak tahu cairan tersebut arak atau air teh.

Seraya mengangkat mangkuk porselen itu, Im-yang Losat segera berseru sambil tertawa: "Adikku, minumlah kaldu pemunah racun ini, Bukan cuma bisa sembuhkan segala pengaruh racun, juga menambah kuat kondisi badanmu."

Dengan tangan kirinya dia merangkul tubuh Lim Han- kim, mangkuk di tangan kanannya segera diantar ke mulut pemuda itu.

Dalam hati kecilnya Lim Han-kim berpikir "Tidak kuketahui apa isi cairan itu, tapi kalau dilihat keadaanku sekarang, nampaknya cairan itu harus kuhabiskan..."

Melihat tiada pilihan lain, dengan paksakan diri ia teguk habis isi mangkuk tcrsebut suatu cairan yang dingin menyegarkan badan segera mengalir masuk ke dalam perutnya dan mendinginkan Tan-tian.

"Sekarang beristirahatlah baik-baik di sini," kata Im- yang Losat kemudian sambil tersenyum "setelah obat itu bekerja dan memunahkan racun dalam tubuhmu, besok kita baru melakukan perjalanan. "

"Terima kasih banyak atas perhatian cici," ucap Lim Han-kim serta tertawa kendatipun di hati kecilnya ia murung dan kesal

"Kau adalah satu-satunya sanakku yang terdekat, kenapa harus bersikap begitu sungkan?"

Satu ingatan segera melintas dalam benak Lim Han- kim, tiba-tiba ia bertanya: "Tahukah cici penyakit apa yang sebenarnya kuderita?"

"Entahlah, aku sendiri kurang jelas, tapi dapat kurasakan badanmu panas sekali. Kalau dilihat dari gejalanya, bila racun itu mulai bekerja, kau tentu merasa kepanasan."

"Betul juga dugaannya ..." batin Lim Han-kim, Maka setelah menghela napas panjang katanya:

"Kalau begitu obat yang kau berikan kepadaku tadi adalah obat yang khusus menghilangkan racun panas?"

"Bukan cuma racun panas, bahkan semua jenis racun yang ada di dunia ini dan betapa beratnya sakit yang kau derita sekarang, aku yakin dengan cepat racun itu akan punah dan penyakitmu akan hilang."

"Masa sehebat itu?"

"Buat apa cici membohongimu?" Im-yang Losat tertawa, "Aaaai ... meskipun tampang mukaku sangat jelek. tapi selama hidup belum pernah aku melayani laki- laki, apa lagi menyeduh obat sendiri di dapur dan menyuap langsung ke mulutnya, Kau adalah lelaki pertama yang pernah kulayani selama hidupku hingga kini".

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang