BAB 25 Mengirim Suara Menolong Sahabat

1K 31 1
                                    

Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang keluar dari balik kereta kuda itu, disusul seseorang berseru: "Hanya sekian banyak jago yang hadir?"

Tirai direbak. pelan-pelan muncullah seorang gadis berbaju hijau yang menyoren pedang di punggungnya. Gerak-geriknya tenang, santai dan indah menawan, seolah-olah kejadian di sekelilingnya bukan suatu masalah yang serius baginya.

Melihat kemunculan nona berbaju hijau itu, kembali Lim Han-kim berpikir: "Rasa-rasanya budak ini mirip sekali dengan siau-cui, dayang kesayangan seebun Giok- hiong."

Antara dia dengan siau-cui boleh dibilang hanya bertemu sekilas wajah, sehingga dengan sendirinya ia kurang begitu kenal dengan raut wajah gadis tersebut.

Dengan kelima jari tangannya yang lentik pelan-pelan gadis itu menggenggam gagang pedangnya, Mendadak pedang dihunus dari sarungnya dan dengan cepat ia membuat satu gerakan melingkar di hadapan tubuhnya. Di antara belasan cahaya berwarna keperak-perakan, terdengar suara desingan angin tajam yang amat memekikkan telinga.

Bersama dengan sirnanya cahaya perak itu, tahu-tahu dalam arena sudah bertambah dengan empat gadis berbaju ringkas warna hitam yang masing-masing menghunus sebilah pedang, saat itu mereka berdiri berjajar di belakang nona berbaju hijau itu.

Perubahan yang terjadi begitu banyak ini nyatanya hanya berlangsung dalam sekejap mata, Kedua belah pihak sama-sama sudah meloloskan senjata mereka, tampaknya suatu pertempuran sengit segera akan terjadi.

Terdengar gadis berbaju hijau itu mengejek sambil tertawa dingini "Kalian masih punya berapa orang lagi, kenapa tidak suruh mereka maju bersama?"

Lelaki bergolok yang berdiri di sudut sebelah timur segera menyahut:

"Aku adalah si golok terbang Toan Peng, boleh kutahu siapa nona?"

"Kau adalah pentolannya kawanan gerombolan ini?" "Atas perintah Bengcu, terpaksa aku harus memangku jabatan ini"

Nona berbaju hijau itu tertawa dingin, "Hmmmm, siapa yang kesudian banyak baCot denganmu?" setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan "Namaku adalah Cui Toa-nio"

"Cui Toa-nio... Cui Toa-nio... aaah, tidak betul, tidak betul, Rupanya kau sedang mengumpat orang"

Dalam saat itu Lim Han- kim sedang berpikir: "Ternyata dugaanku betul, dia memang nona siau-cui . . Hmmmm, nampaknya binal amat budak ini."

Terdengar siau-cui menjawab: "Terserahlah apa maumu"

Mendadak pergelangan tangannya digetarkan secepat petir pedangnya menusuk ke sebelah kiri.

Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan seorang lelaki berbaju hitam yang berdiri diposisi kiri terlempar mundur sejauh dua langkah dan roboh terjengkang ke atas tanah.

Timbul perasaan bergidik dalam hati kecil Lim Han-kim sesudah menyaksikan adegan ini, pikirnya:

"Benar-benar sebuah serangan yang keji dan buas. sedikit pun tidak berada di bawah kemampuan seebun Giok-hiong. Malahan dalam soal kekejaman, rasanya dia masih jauh melampaui majikannya."

Kontan saja Toan Peng berkaok-kaok penuh amarah setelah menjumpai seorang rekannya roboh sebagai korban serangan lawan, umpatnya: "Budak busuk, budak sialan. Kau betul-betul kejam, buas dan tidak berperikemanusiaan-

"Kalian sembunyikan banyak jago dalam dusun terpencil ini, siapkan perangkap busuk untuk menjebakku, apakah perbuatan semacam ini bisa dihitung sebagai perbuatan orang gagah?"

Toan Peng tidak mau banyak berdebat, golok tipisnya segera diangkat ke udara dan diputar satu kali sebagai tanda, teriaknya keras-keras: "Atas perintah Bengcu, dalam menghadapi orang-orang partai bunga bwee, kita tak perlu berbicara lagi soal peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan-

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang