BAB 27 Kakek Jelek Nenek Cantik

1.7K 36 0
                                    

"Nona tak usah sungkan-sungkan lagi," ucap Lim Han- kim sambil berjalan ke depan.

Seebun Giok-hiong segera mempercepat langkahnya mengikuti di sisi kanan pemuda itu, seraya berujar: "Berjalanpun ada aturannya, pria mesti di sebelah kiri dan perempuan di sebelah kanan."

Lim Han-kim hanya tersenyum tanpa menanggapi. saat itu mereka berdua sudah tiba di depan pintu gerbang.

Mendadak seperti teringat akan suatu masalah yang serius, seebun Giok-hiong segera menarik baju Lim Han- kim sambil berhenti, berkata: "saudara Lim, kalau tak salah bukankah aku sudah memberimu obat pembersih wajah? Kenapa tak kau gunakan?"

"Aku sudah terbiasa dengan wajahku yang jelek dan menyeramkan ini, sehingga sayang rasanya untuk melenyapkan bentuk muka itu." sementara dalam hatinya ia berpikir dengan cemas:

"Kita sudah hampir melangkah masuk ke dalam kuil, buat apa kau singgung masalah tetek bengek yang sama sekali tak berarti . . ."

Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, paras muka Seebun Giok-hiong mendadak berubah amat serius, setelah tarik napas panjang-panjang katanya: " Hati- hati saudara Lim, aku segera akan membuka jalan untukmu."

sekali melejit ke udara, tahu-tahu badannya sudah meluncur ke depan dan melayang turun persis di tengah halaman.

Teringat bagaimana bahaya dan mengerikannya suasana semalam, Lim Han-kim tak berani bertindak gegabah, sambil mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap siaga, pelan-pelan dia berjalan masuk ke dalam.

sesudah masuk ke dalam ruangan, sorot matanya segera dialihkan ke arah mana siau-cui bertiga dirobohkan semalam, Tapi sejauh mata memandang hanya tanah kosong di situ, bayangan tubuh ketiga orang itu sudah lenyap entah ke mana.

Tak kuasa lagi ia berseru tertahan: "Aaaah, semalam dengan jelas kusaksikan mereka bertiga roboh di tempat ini, kenapa bisa lenyap secara mendadak?"

seebun Giok-hiong tertawa dingin,

"Hmmm, ke mana lagi, pasti sudah mereka sembunyikan. . . "

Tiba-tiba ia memutar badannya, dengan sorot mata yang tajam diawasinya patung dewi itu lalu katanya:

"Jika kalian berani melukai anak buahku, aku bersumpah akan meratakan bangunan kuil Thian-li-bio ini hingga rata dengan tanah"

Melihat ulah rekannya ini, dalam hati Lim Han-kim berpikir "Patung dewi itu paling banter terbuat dari tanah liat, apa gunanya kau berbicara dengannya, toh ia tak mungkin menjawab."

Sementara masih berpikir, mendadak ia jumpai bunga yang berada di tangan kanan patung dewi itu bergetar meski tak ada hembusan angin.

Dengan sigap seebun Giok-hiong menarik tangan Lim Han-kim sambil berbisik:

" Hati- hati"

Dengan gerakan cepat dia mundur tiga langkah.

"Ada apa?" tanya Lim Han-kim bingung.

"Kemungkinan besar mereka gunakan goncangan pada bunga itu untuk melepaskan racun secara diam- diam."

"seebun Giok-hiong benar-benar hebat dan penuh kewaspadaan, aku harus merasa salut atas kemampuannya ini" puji Lim Han-kim dalam hati.

Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi dengan suara lirih: "saudara Lim, kau membawa senjata rahasia?"

"Tidak. aku tak pernah menggunakan senjata rahasia selama hidupku," pemuda itu menggeleng.

Tanpa banyak bicara seebun Giok-hiong menonjok dinding kuil di sisinya dengan ujung jari tangan, Dinding batu bata yang keras itu seketika sompal sebagian. Meskipun tangannya bekerja keras menghancurkan dinding, namun sorot matanya yang tajam mengawasi terus patung dewi itu tanpa berkedip.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang