Part 3 Secret

874 90 4
                                    

Mian baru bisa di lanjut lagi aku masih nyusun kerangka di kesibukan aku kerja.. harap maklum aku kerja 12 jam per hari dan ga ada libur..

Aku ga akan nanya lagi bintang atau komen dari kalian, seiklasnya aja, kalau suka silakan di kasih bintang kalau ngga ga papa..

Aku lanjut cerita untuk orang-orang yang masih mau baca cerita dan kasih bintang padaku.

____

Hagi menatap jendela kamarnya yang basah karen hujan, beberapa kali dia menghela nafas, oppanya masih belum juga datang padahal Yesung sudah berjanji tadi siang. Banyak hal yang ingin Hagi tanyakan pada oppanya itu, termasuk sahabat Yesung yang tadi siang menemaninya makan.

Beberapa kali Hagi nampak berpikir keras, lagi-lagi kebiasaannya kambuh. Dia lupa dengan nama teman oppanya itu, Hagi tidak terlalu tertarik saat berbicara dengan sahabat oppanya, hingga tidak terlalu memperhatikan namja itu.

"Ah tidak tau." Hagi mengerang kesal lalu mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di ranjang. Ada satu line dari Hyunmie, tapi untuk sekarang dia harus menghubungi oppanya Yesung. Hagi sudah sangat mengantuk, dengan sedikit malas Hagi mendial nomer 3 di ponselnya.

"Oppa disini." Yesung sudah tiduran di ranjang Hagi, membuat Hagi mendengus sebal. Kapan oppanya itu masuk kamar? Apa Hagi terlalu fokus menatap jendela? Ah sudahlah.

"Kenapa lama? Kau telat 2 jam oppa." Hagi mendekat lalu ikut berbaring di samping Yesung.

"Mian, ada sedikit masalah di Jeju jadinya setelah makan tadi oppa langsung kesana." Hagi membulatkan matanya? Yang benar saja, oppanya baru saja pulang pergi naik pesawat dalam satu hari, iya walaupun Hagi yakin itu salah satu pesawat pribadi keluarga Kim, sederhana tapi nyaman. Tapi tetap saja itu melelahkan, Hagi pernah merasakannya.

"Kenapa tidak menginap saja?" Hagi menatap oppanya yang memejamkan mata lelah, perlahan Yesung menatap Hagi di sampingnya.

"Aku sudah janji, dan aku tau kau ingin mengatakan hal penting padaku, jika tidak kau tidak akan repot menyuruhku pulang cepat bukan?" Hagi menghelah nafas pelan.

"Iya, tapi tetap saja, kenapa tidak bilang? Aku bisa menundanya lain kali." Yesung merubah posisi menjadi duduk di ikuti oleh Hagi.

"Aku tau, tapi aku sibuk untuk beberapa hari kedepan. Mungkin aku hanya bisa bertemu denganmu lagi saat turnamenmu minggu depan." Hagi mengerutkan keningnya binggung.

"Kenapa?"

"Aku akan pergi ke San Juan. Ada beberapa orang pribumi yang berniat menjual tanahnya pada perkebunan kita. Jadi tidak akan sempat berkomunikasi denganmu." Hagi mengangguk paham, oppanya memang sibuk karena appanya sibuk melatih Hagi, pekerjaan di luar negeri menjadi urusan Yesung.

"Lalu Hyunmie sudah tau?" Yesung mengangguk pelan.

"Setelah dari Barcelona dia berkeras ingin menyusulku." Hagi menahan senyum, dia tau betul Hyunmie sangat merindukan oppanya, karena memang belakangan ini Yesung sibuk.

"Oky, aku tau kau sudah sangat mengantuk, katakan apa yang ingin kau tanyakan." Hagi menatap oppanya lalu menghelah nafas pelan.

"Oppa tahu tidak hal yang membuat keluarga Kim memiliki tradisi aneh yang sering aku lakukan? Jujur saja aku mulai lelah oppa, aku memang menyukai semuanya, tapi jika tiap hari aku sudah tidak tahan oppa. Apa lagi hari ini appa memarahiku habis-habisan hanya karena aku tidak bisa mengimbanginya." Hagi menatap jendela kamarnya yang masih di basahi hujan, sedang Yesung hanya terdiam, dia ingin menceritakan semuanya, tapi itu larangan yang orangtuanya terapkan.

"Cederaku semakin parah, aku takut tidak menang di kompetisi selanjutnya." Yesung menarik lengan baju Hagi, memar di lengan Hagi memang semakin membesar, sekali lagi Yesung hanya bisa menghelah nafas lalu menggosok wajahnya frustasi.

"Aku akan bicara pada appa agar kau fokus ke kompetisi memanahmu dulu, ini memang sudah terlalu berlebihan. Tapi kau harus janji menang? Aku akan memberi hadiah yang bagus untukmu, sabtu depan juga ulang tahunmukan? Aku akan berikan yang sempurna untuk adikku tersayang." Hagi menggembungkan pipinya sebal, oppanya tidak menjawab pertanyaan yang ia tanyakan.

"Kau tidak mau bercerita juga? Aku sudah tanya eomma, tapi sama seperti kau, eomma malah membicarakan ulang tahunku." Yesung mengelus rambut Hagi lembut.

"Kau akan tau nanti, tapi kau harus menang dulu dalam kompetisi kali ini." Hagi melipat tangannya sebal, tapi menghelah nafas ketika oppanya membawanya coklat yang sejak tadi di sembunyikan di bawah ranjang.

"Ck, oppa selalu tau cara aku berhenti kesal." Hagi mengambil coklat yang di angsurkan padanya.

"Aku tidak akan memakannya sekarang, oh iya ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan, teman oppa tadi siang sepertinya sangat familiar, apa aku sudah sering bertemu dengannya?" Yesung memutar matanya tidak percaya saengnya ini benar-benar.

"Kyuhyun maksudmu? Kau ini dia bukan sering lagi tapi hampir setiap hari datang kemari. Setidaknya kau harus mengingatnya, kau tau dia itu calon__" ucapan Yesung terputus ketika tuan Kim masuk ke kamar.

"Ikut appa ke ruang kerja." Tanpa di perintah dua kali Yesung beranjak dari ranjang, meninggalkan Hagi yang langsung murung.

'Akukan masih rindu oppaku.' Hagi merenggut sebal lalu menarik selimut lalu mematikan lampu.

Hagi membuka mata sesaat memikirkan nama teman oppanya tadi.

"Siapa iya tadi namanya? Aish aku lupa. Sudahlah lain kali saja." Hagi kembali menarik selimut dia tidak fokus saat oppanya menyebutkan nama temannya. Lagipula oppanya bilang temannya itu selalu datang setiap hari kerumah jadi mungkin saja akan bertemu lagi dengan teman Yesung. Sekali lagi bertanya nama tidak masalahkan?

___
 
Segitu dulu iya, aku lanjut lagi besok hehehe mudah-mudahan banyak yang suka..

TBC

26 november 2016

TIME TRAVEL:Timeless Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang