Part 5 Present

760 87 4
                                    

Hai aku lanjut lagi kali ini aku sudah mau masuk cerita intinya. Harap masih ada yang mau baca.

Sedih ternyata ga terlalu banyak yang baca ceritanya mungkin kurang  menarik. Tapi aku akan tetap lanjut. Kali ini sebisa mungkin aku tamatin bikin fanfiction.

Aku tahu sebagian orang malas baca karena aku selalu gantung cerita. Tapi yang ini aku usahakan.

Masih banyak typo.

____

Hagi berdiri di hadapan appanya yang masih memunggunginya sambil menatap photo keluarga sejak pertama ia memasuki ruangan kerja appanya, Hagi tidak akan menegur appanya yang jelas sudah tahu kedatangannya, Hagi hanya akan menunggu ayahnya berbicara.

"Hagi_ya... kau tahu, dulu appa sangat sulit mendapatkan eommamu. Appa harus belajar banyak sepertimu, kakekmu bilang dia tidak ingin memiliki menantu lemah. Karena mencintai ibumu appa tidak berpikir panjang dan langsung menyetujui persyaratan yang kakekmu berikan. Appa berlatih keras selama 2 tahun dan akhirnya kakekmu mengakui appa dan mau menikahkan appa dengan eommamu. Setelah menikah appa tahu jika eommamu lebih kuat dari appa dan itu membuat harga diri appa terluka, sampai oppamu lahir appa terus berlatih dengan kakekmu hingga appa tahu jika sebenarnya keluarga ini memiliki tradisi dimana anak gadisnya di wajib Kan sekuat ibumu, kau tahukan tradisi apa?" Hagi mengangguk kecil ketika Tuan Kim berbalik dan menatap Hagi dalam.

Tuan Kim duduk di iringi Hagi yang juga ikut duduk. Mereka saling berhadapan, saling menatap satu sama lain. Biasanya Hagi tidak pernah menatap ayahnya selama ini. Dia akan banyak menunduk ketika ayahnya menatapnya tajam. Tapi kali ini tatapannya begitu sendu, berbeda dari biasanya.

"Aku harap kau bisa bertahan nanti, bekal yang aku beri selama ini padamu aku harap cukup untukmu kembali. Ingat aku tidak akan meminta maaf atas apa yang aku lakukan padamu selama ini. Tapi kau harus tahu aku selalu menyayangimu itu kenapa aku keras padamu." Hagi mengerutkan keningnya binggung, tapi ia tidak banyak bertanya karena Hagi yakin jika appanya tidak akan memberi teka teki yang tidak bisa ia pecahkan. Yang bisa Hagi tangkap dari ucapan appanya adalah Tuan Kim menyuruhnya pergi dan meminta kembali dengan selamat pada Hagi.

Tuan Kim membuka laci kecil di sampingnya mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkanya di hadapan Hagi.

"Itu hadiah ulang tahun dari appa." Hagi membuka amplop di hadapannya ada tiket pesawat beserta pasport baru atas namanya. Perjalanan ke Jeju selama seminggu, antara senang dan tak percaya Hagi menatap ayahnya yang masih menatapnya sendu.

"Appa yakin memberikan ini padaku? Dan aku berangkat sendiri?" Hagi bertanya meyakinkan apa yang dia lihat di hadapannya.

"Aku sudah bilang Kan kalau jika umurmu sudah duapuluh kau bisa kemanapun sendirian." Hagi mengangguk senang lalu menatap tiket pesawat di tangannya lagi.

"Tapi kenapa harus ke Jeju? Kenapa tidak ke Eropa saja? Cadis misalnya appa? Kau tahukan aku suka Eropa?" Hagi berusaha menawar tapi appanya langsung menatapnya tajam.

"Tidak bisa kau harus ke Jeju dulu. Setelah kau pulang aku tidak akan melarangmu kemanapun kau mau Hagi." Hagi mengerucutkan bibirnya sambil menunduk.

"Baiklah..." Tuan Kim menghelah nafas, dia tidak pernah berbicara sesantai ini dengan Hagi, rasanya sangat tegang juga gelisah.

"Hagi kau tahu? Setiap orang di dunia ini pasti punya tugas atau alasan di lahirkan ke dunia ini. Entah itu untuk dirinya sendiri atau justru untuk orang lain." Hagi mengangguk mengerti ayahnya selalu mengajari hal itu setiap dia memulai latihannya.

Tuan Kim kembali meletakan sesuatu di hadapan Hagi, kali ini sebuah kantung kain yang terbuat dari kain sutra dengan ornamen matahari dan juga seekor naga.

"Itu hadiah dari kemenanganmu hari ini. Pakailah kemanapun kau pergi. Kalung itu mungkin akan membawamu pada alasan kenapa kau di lahirkan." Hagi mengerutkan kening lagi bingung, appanya terlalu banyak memberikannya PR untuk dia pecahkan. Tapi lagi, Hagi hanya diam dan membuka kantung kain di hadapannya. Sebuah gantungan dari kayu berbentuk matahari yang di tengahnya terdapat sebuah naga melingkar, ada sebuah wajah di tengah-tengah naga itu, Tapi tidak begitu jelas.

"Itu lambang keluarga Kim, sudah sejak dulu keluarga Kim memberikan gantungan itu turun temurun pada anak gadis pertama keluarga Kim ketika sudah berumur duapuluh tahun. Itu kenapa sedikit usang dan kuno." Hagi mengangguk paham dia hanya menatap gantungan itu dalam. Ada sesuatu yang membuatnya terasa tertarik pada gantungan usang di tangannya.

"Jaga baik-baik mungkin kau akan mewariskan itu pada anakmu juga." Hagi kembali mengangguk dia meletakan gantungan itu di sweternya beserta tiket pesawat.

"Sekarang kau boleh pergi, besok bersiaplah kau akan berangkat pagi ke Jeju." Hagi kembali mengangguk lalu meninggalkan ruangan ayahnya dengan seribu pertanyaan yang akan mulai dia rangkai.

Tbc

Segitu dulu iya.. maaf  pendek-pendek..

28 november 2016

TIME TRAVEL:Timeless Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang