First Time With You, Zavira Aline

3.2K 154 0
                                    

Riuh pernikahan kami sudah lewat. Kakiku terasa pegal karena berdiri seharian. Kebanyakan memang hanya temanku yang dekat juga dari keluarga ibu, dan bapak. Arjuna juga tersenyum dan selalu mendapatkan pujian dari setiap tamu. Bahkan beberapa temanku berteriak histeris melihatnya. Wajar saja dia kan aktor tampan di tv. Karena hal itu mereka memanggilku Cinderella.

Aku sudah melepaskan pakaianku, menghapus makeupku, dan mengenakan piyamaku. Arjuna masih terduduk di ruang tamu sibuk memainkan ponselnya. Ibu dan bapak memilih menginap di rumah saudaranya, begitu juga Ibu Rafah mereka tidak ingin mengganggu kami, padahal semua itu malah membuat kami merasa canggung. Sebelum menikah memang Ibu Rafah sudah memberikan kami rumah, tujuannya agar kami mandiri dan bisa mengatur segalanya berdua.Aku memandangnya dari bibir pintu kamar kami. Ia mengenakan kaos oblong bewarna putih, juga celana pendek sedengkul.

"Mas..." aku memanggilnya tergugup. Da tidak menoleh.

"Mas Jun.." ia menatapku dengan tatapan datar. "Mas mau tidur? Aku sudah rapihkan kamarnya, dan mas mau minum apa?"

Ia menggelengkan kepalanya.

"Mas..?"

"Sudah kamu tidur duluan saja, aku sibuk" aku menghela nafas panjang dan masuk ke dalam kamar. Aku menunggunya untuk masuk kamar. Aku terduduk di sofa yang terdapat di sudut kamar. Sofa itu ia yang meminta dengn warna coklat dan beberapa motif bunga.

"Aku ingin membaca buku bu sebelum tidur" ujarnya saat kami berbelanja di toko funiture. Ibu Rafah tersenyum dan mengambil sofa itu untuk tambahan rumah kami.

Aku tahu dia berpura-pura bahagia jelas saja dia kan aktor untuk berpura-pura mencintaiku dan tersenyum bahagia itu adalah hal yang mudah.

aku meraih buku yang sering ia baca, ia sudah menyusunnya dengan rapih. Rata-rata bukunya mengenai sastra, dan kumpulan puisi.

Slap..

Sepotong foto kecil terjatuh dari buku-buku yang kertasnya sudah menguning.

Seorang anak laki-laki tersenyum gembira tangannya memegang bola sepak. Aku mengenali matanya.

Arjuna Mahardian..

Aku mendengar langkahnya mendekati pintu kamar, aku menyelipkan asal foto itu. Aku tidak ingin membuatnya marah.

"Mau tidur mas?" tanyaku perhatian.

"Iya, tapi tidak di sini,"

"Lalu kamu mau tidur di mana?"

"Di ruang tamu, aku harus bangun besok pagi," ia mengambil bantal dan guling sigap, aku menahan kata-kata yang ingin aku ucapkan. Aku ingin menjaga perasaannya.

"Aku tidak menyukai perempuan, percuma kamu menikahiku. Aku tidak akan menyentuhmu Aline.. jadi jangan berharap lebih dariku" rasanya tubuhku langsung membeku mendengar ucapannya.

"Kamu bohong kan mas?"

"Aku tidak bercanda. Pernah kamu mendengar aku berpacaran dengan wanita lain? Tidak kan? Itu kenapa ibu ingin aku menikah. Karena ia mendengar desas-desus yang tidak enak tentangku.. dan kamu.."

"Sudah mas, aku tidak percaya dengan yang kamu ucapkan. Jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini kenapa kamu tidak bilang yang sejujurnya saja! Jangan membuat karangan yang tidak-tidak!!" aku berteriak tidak tahan lagi mendengar kata-katanya.

"Mas jika kamu ingin menceraikanku selama 3 bulan ini bertahanlah, carikan alasan untuk kita berpisah. Jangan menyiksaku seperti ini dengan kata-katamu" ucapku dengan suara parau.

"Aline.. aku tidak akan pernah menceraikanmu. Ibu memintaku, dan aku tidak pernah melawan ucapan ibu. Jangan berani-berani kamu melarikan diri dari rumah ini. jangan membuat berita heboh dengan pernikahan kita. Kamu tahu kan kamu bisa merusak karir ku! Pernikahan bodoh ini.." ia bergumam lalu menutup pintu kamar meninggalkan debuman keras.

Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur yang sudah susah payah aku dan ibu hias. Aroma terapi juga sudah aku nyalakan. Aku tidak berharap lebih malam ini, aku hanya ingin berbicara dengannya baik-baik. Aku menutup mulutku dengan bantal agar tidak terdengar suara tangisku. Aku bisa gila jika terus menerus seperti ini.

Ibu menantu yang kau bilang sempurna ini tidak seperti bayanganmu.. ibu aku ingin pulang.

Aku menangis terus menerus sampai rasanya mataku terasa berat, dan terlelap begitu saja, berharap aku tidak pernah terbangun dari tidurku.

My Husband an ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang