This is just the beginning (Arjuna Mahardian)

1.5K 57 0
                                    

Aku ingin berjalan bersamamu..

Dalam hujan dan malam gelap..

Tapi aku tak bisa melihat matamu..

Aku ingin berdua denganmu diantara daun gugur..

Payung teduh adalah lagu favoritku untuk menenangkan pikiran, nadanya yang mendayu-dayu kadang juga menjadi pengantar tidurku.. saat mendengar lagu Resah dari Payung Teduh aku bisa membayangkan Anton dan Aline bergantian. Aku merasa belakangan ini aku terus berfikir tentang Aline, di sisi lain aku juga memikirkan Anton. Tuhan mengapa pilihan hidupku begitu sulit. Hari ini aku ingin pulang ke apartemen Anton, dan besok aku akan pulang ke Aline. Untuk memastikan kemana hatiku berlabuh yang sebenarnya..

Bayangan Aline dengan gaun birunya masih berkelebat di mataku, ternyata ia bisa secantik itu. Selama ini aku terlalu menyepelekannya.

Ping!

Ping!

Aku sudah tahu 2 suara Ping dari ponselku yang tidak sabaran itu pasti dari Shinta.

Marsha mau mentraktir kita minum-minum nanti, lo mau ikut gak?

Jujur saja semenjak aku tahu Marsha suka memperhatikanku diam-diam aku jadi menjauhinya. Menurutku dia tipe wanita yang posesif. Setelah produksi film selesai aku juga jarang berhubungan, maksudku memiliki hubungan teman akrab dengan temanku.

"Males, gua mending istirahat aja. Mumpung masih ada waktu luang,"

"Tapi producer Adi ikut, masa lo gak ikut si?" aku berfikir sejenak, benr juga si masa aku tidak datang, padahal produksi film baru saja selesai. Benar-benar menyebalkan.

"Ok gua ikut, dimana?"

"Di bar kejora ya jam 9 malam. Comeon boy you need refreshing.. " aku hanya membaca pesan itu tanpa membalas. Jam masih menunjukan pukul 18.00 aku masih bisa memejamkan mataku sebentar.

****

Dentuman musik keras membuat semua pengunjung menari liar mengikuti hentakan nada. Dj yang membawakan musiknya tahu bagaimana membuat para pengunjung menjadi gila dan lupa akan beban yang dihadapinya. Sesampainya di tengah bar Kejora, Shinta langsung melambaikan tangan saat melihatku. Marsha duduk di samping produser Adi. Ia mengenakan drees selutut, dan bagian dada yang terbuka. Ia menghampiriku dan memelukku, seakan ia dan aku adalah teman yang sangat dekat.

"Oh Juna kamu kemana aja si? Dari tadi kita udah nungguin," dengan rasa risih aku mengikuti langkah Marsha yang merangkul tangannya di leherku. Karena acara ini aku jadi gagal untuk datang ke apartemen Anton. Ah wanita gila ini!

"Maaf ya Juna buat kamu jadi tidak bisa istirahat, saya dan team produksi. Oh gak semua sih.. mau ajak kamu menikmati malam ini. Apa lagi kan kamu pemeran utama masa gak diundang sih?" aku hanya menyeringai serba salah.

"Duduk sini dong Juna.." Marsha menarik tanganku untuk duduk, ia meletakan tanganku di pahanya yang mulus. Pastilah kalau laki-laki normal akan tergoda dengan pahanya. Sayangnya aku tidak.

"Minum segelas dong," Marsha memberikan aku gelas dengan minuman warna kuning di dalamnya. Aku tidak tahu berapa kadar alkohol yang terkandung dalam minuman ini. aku jarang minum-minuman keras seperti ini. Aku menenggaknya cepat karena merasa tidak enak dengan produser Adi yang dari tadi menunggu bersulang. Marsha tertawa genit melihat wajahku yang masam karena menenggak minuman ini. Produser Adi sekali lagi menuangkan aku minuman itu, sekali lagi aku menenggaknya dan membuat aku ketagihan. Lagi, lagi, dan lagi..

Aku masih merasa aku sadar saat Marsha menarik tanganku di tengah dentuman musik, tubuhku ikut bergerak. Aku mendengar Marsha tertawa dan kepalaku rasanya pening..

Cklek..

"Juna kita bermain dulu ya.." setelah itu semua terasa gelap. Aku lupa dengan semua yang terjadi.

My Husband an ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang