"Hari ini aku tidak terlalu sibuk, bagaimana kalau aku pulang ke apartement kamu?" aku mengetik pesan dengan tidak sabar untuk Anton, dan menekan tombol hijau di ponselku. Aku tidak sabar menunggu balasan pesan darinya.
Drrr.Drrtt..
Tanda pesan masuk, "Ok," aku segera mengemudi mobil putihku menuju jalan ke apartemen Anton.
Rindu, rasanya sudah lama tidak bertemu dengannya.
Anton tidak mengunci pintua, sepertinya dia sedang sibuk dan tidak ingin terganggu waktunya dengan membukakan aku pintu. Ia sedang berkutat dengan laptopnya, dan secangkir kopi yang hanya didiamkan saja. Aku meletakan tasku, dan memperhatikan wajahnya yang serius. Sesekali ia mengerutkan dahinya.
"Ehem, aku datang.." Anton hanya menganggukan kepalanya tanpa melihatku.
"Sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat?" Anton menyesap kopinya dan menghampiriku.
"Dear.. maaf ya aku sibuk, aku baru dapat sekretaris hari ini. Jadi beberapa dokumen penting kantor aku selesaikan dulu.."
"Iya tidak apa-apa, peran kamu juga sangat penting di perusahaan kamu itu.." Anton merebahkan tubuhnya pada sofa dan pahaku menjadi bantalan kepalanya.
"Aku berharap sekretarisku bisa bekerja cekatan, karena kali ini aku mendapatkan sekretaris yang berpendidikan S2 pasti ia pintar dan bisa diandalkan," cerita Anton.
"Kalau begitu kenapa kita tidak bermain dulu untuk menghilangkan penat di kepalamu?"
Anton berjalan mematikan laptopnya menyudahi pekerjaan dan berjalan memasuki kamarnya. Kami menghabiskan malam bersama dengan menuangkan rasa cinta kami.
****
Nada dering ponsel Anton sudah berbunyi 3x, membuat aku terbangun. aku rasa Anton tidak mendengarnya karena kelelahan. Aku juga tidak mau mengangkatnya, bukan urusanku.
Ada pesan masuk di ponselnya yang langsung menunjukan isi dari pesan tersebut "Pak, hari ini ada rapat jam 9. From Sekretaris baru" begitu isi pesannya. Aku melihat jam di ponsel sudah pukul 8 pagi. Aku membangunkan Anton yang sulit membuka matanya.
"Anton kamu ada rapat jam 9 pagi, cepat bangun. Penting loh!" Anton bangun dengan malas dan umpatan. Ia mengenakan kemeja hitam menambah ketampanannya 60%.
"Kamu hari ini gak ada kegiatan?" tanya Anton sambil mengenakan sepatu.
"Ada kok, kamu pergi duluan saja. Nanti kamar kamu aku yang kunci, terus aku titipkan ke recepcionist ya.." Anton menganggukan kepalanya setuju. Ia mencium pipiku dan berpamitan pergi dengan langkah-langkah terburu-buru.
Di kamar Anton hanya aku seorang diri, kenyamanan yang diciptakan Anton di kamar ini membuatku tidak ingin pergi kemana-mana. Aroma maskulinnya membuat hidungku betah menghirup udara di kamar putih ini.
Ponsel Anton berdering sekali lagi kali ini telfon masuk. Aku baru sadar jika Anton meninggalkan ponselnya. Karena dering ponsel Anton tidak berhenti, aku angkat saja telfon itu. Bisa saja kan aku mengaku sebagai saudara Anton. Tidak akan dicurigai.
"Selamat pagi Pak Anton, saya sudah siapkan presentasi. Beberapa staff juga sudah berkumpul di ruang rapat ya pak. Lalu pak bagaimana dengan.."
Aku langsung memutuskan sambungan telfon. Aku mengenal suara itu..
Apa itu suara Aline? Ah mana mungkin! Kalau ia diterima kerja seharusnya ia mengabarkan padaku di mana ia bekerja. Pasti itu hanya ilusi dari rasa bersalahku.
Tidak Mungkin Aline..
#Justwriteit #Wattpad10
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband an Actor
RomanceAku kira semua ini hanya mimpi.. Mencintaimu tidak pernah sejelas ini.. Kamu hanya seseorang yang seperti tokoh fiksi yang aku kagumi.. Tapi takdir mempertemukan kita pada titik yang sama.. Walau kamu tidak mencintaiku.. Aku tahu jelas kamu menjauhi...