Hampa - Arjuna Mahardian

1.3K 50 0
                                    

"Arjuna jangan lupa hari ini kita ada fitting baju pengantin ya.." Aku memejamkan mataku membaca pesan dari Marsha. Kenapa dunia tiba-tiba membalikan nasibku menjadi seperti ini. Rasanya semua menjadi sulit.

Drrrtt..Drrtt..

"Juna serius lo mau married sama si Marsha?" pesan dari Shinta.

"Liat aja nanti," balasku. Aku menatap langit-langit kamarku kosong. Memikirkan kenanganku dengan Anton, memikirkan apa yang Aline lakukan sekarang? Apa dia sedang menangis? Atau membuat rencana pembunuhan untukku. Sepertinya aku memang pantas dibunuh kan.

Sekarang lebih baik aku bersiap-siap dan menjalankan rencanaku melakukan fitting baju dengan Marsha. Aku akan menjemputnya di rumah.

Seperti calon suami yang baik.

****

Tinnn..Tinnn...

Tak lama perempuan paruh baya membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan mobilku masuk.

Marsha sudah rapih dengan pakaian biru tuanya yang serba ketat itu. Tas jinjing hitam kecil di pergelangan tangan kanannya. Wangi parfumnya menyeruak. Aku menahan mualku.

"Kamu daatang tepat waktu Arjuna sayang, ayo langsung berangkat saja," ujarnya. Aku tersenyum rama ke perempuan paruh baya itu. Marsha langsung membuka pintu depan penumpang dan merapihkan rambut pirangnya yang ia bentuk ikal itu.

"Kemana kita sekarang?" tanyaku sambil memundurkan mobil perlahan.

"Ke Butik Prayoga, dia designer yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Kamu pasti suka." aku memanggutkan kepala dan memasang musik yang menghentak-hentak. Marsha sibuk dengan ponsel pink-nya yang berkilau.

****

Butik bernuansa warna pastel itulah milik Designer Prayoga. Butiknya terletak di deretan toko pinggir jalan. Ya terbilang di kawasan elit. Beberapa pakaian yang pernah digunakan selebriti ia pajang di etalase tokonya menunjukan kelasnya tersendiri.

"Ayo Juna dia sudah mendesign beberapa pakaian pengantin untuk kita saat semalam aku memberikan kabar bahagia ini padanya. Ayah dan Ibuku juga sudah setuju," aku hanya menelan ludah. Aku bahkan belum bilang apa-apa pada ayah dan ibu Marsha. Tapi mereka sudah setuju saja. Rasanya aneh.

"Hei Marsha lo udah datang aja, cepat banget." sambut laki-laki berambut kuning. Ia melirikku dari balik tubuh Marsha.

"Ih gak nyangka lo beneran dapatin cowok ganteng gini. Arjuna!" serunya mencium pipi kanan dan pipi kiriku.

"Jadi tema pernikahan lo apa nih Marsha? Kalau lo sih gak usah pusing-pusing mau pakai pakaian apa aja, lo kan selalu cantik."

Marsha menepuk lengan Prayoga dan tertawa kesenangan.

"Iya kan Juna, kalau lo gak cantik. Gak mungkin dia nyangkut sama lo Marsha," Prayoga mengedipkan matanya genit. Aku hanya tersenyum.

"Ayo pasangan yang berbahagia ini kita lihat gaun yang udah gue gambar buat lo. Dua minggu juga udah selesai kok baju pengantinnya." Prayoga melangkah ke meja kayu coklat. Beberapa pegawainya memperhatikanku. Ada yang terlihat penasaran, kagum, dan ingin bertanya.

Prayoga menunjuk 5 gambar design baju pengantin wanita dan 5 gambar design baju pengantin laki-laki.

"Kalau kamu suka yang mana?" tanya Marsha melihat aku.

"Aku ikut saja denganmu.."

"Ok kalau begitu, aku mau semua tema di hari pernikahan kita nanti putih, bagus kan?" aku memanggutkan kepalaku menuruti saja semua ucapannya.

Akhirnya setelah berlama-lama menemani Marsha mempersiapkan segala kemauannya aku langsung menancap gas dan memulangkan kembali Marsha ke rumahnya.

"Makasih ya Jun kamu mau menemani aku, dan..."

Chu..

"I Love You Jun.." ia mengecup pipiku dan tersenyum lebar. Ia membuka pintu mobil dan melambaikan tangan. Aku segera mencari tisu dan mengelap pipiku. Bekas lipstick merahnya tertempel di pipiku.

Aline pasti tidak semenyeramkan Marsha.

My Husband an ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang