Aku merasakan kecupannya di keningku, aku sebenarnya belum tertidur. Hanya saja aku membiarkannya merasakan menjadi seorang istri. Setelah dia meninggalkan kamar, aku mengambil ponsel. Mengabarkan Shinta aku baik-baik saja, juga menanyai kabar Anton.
Selama aku mengetik pesan, tanpa aku sadari tanganku menyentuh keningku. Padahal setiap bermain film tak jarang aku mencium bibir lawan mainku tapi rasanya tidak seaneh ini. Kecupan Aline membekas dikeningku dan meninggalkan rasa yang tidak biasa. Anton juga sering mengecup keningku. Ah sudahlah kenapa kecupan kecil aku pikirkan. Aku harus menghubungi Anton, mengabarkan kalau aku sakit, dan aku baik-baik saja. Rasanya sudah lama tidak mendengar suara Anton yang menenangkan pikiranku. Aku melirik jam di dinding, ini masih jam kerja Anton. Lebih baik dia aku kirimkan pesan singkat saja.
Aku rindu Anton..
11 September 2008
Karena musim hujan, aku jadi sulit beraktifitas. Padahal hari ini latihan teater, dan hari terpenting karena ada pemilihan pemeran utama. Aku harus mendapatkan posisi itu!
Gelisah aku menunggu hujan reda di sebuah pertokoan kecil, rasanya aku ingin berlari menembus hujan, tapi aku tidak mau bajuku basah. Tidak ada kendaraan yang lewat, karena hujan deras pasti orang-orang malas keluar beraktifitas. Aku merapatkan jaket hijau yang aku kenakan.Dingin..
Tinnn..Tinnnn..
Sebuah mobil hitam berhenti di depanku. Sang pemilik kendaraan membuka kaca mobilnya.
"Mau bareng?" suaranya tidak terdengar jelas karena bersaing dengan deru hujan deras.
"Apa?"
"MAU BARENG SAMA SAYA?" Kali ini suaranya terdengar jelas karena ia menaikan intonasi.
"TIDAK USAH SAYA TIDAK MAU MEREPOTKAN ANDA. TERIMA KASIH!"
"TIDAK APA-APA, SAYA SEPERTINYA SEARAH DENGAN ANDA. CEPAT MASUK!!" aku menoleh ke kiri dan kanan tidak ada kendaraan lagi. Tuhan memang baik hati, mengirimkan aku malaikat tidak bersayap di tengah hujan ini.
"Terima kasih, saya mau ke teater purnama," ujarku sambil menggunakan sabuk pengaman.
"Saya juga mau ke teater purnama, kebetulan sekali ya?" lesung pipitnya terlihat jelas saat ia tersenyum menatapku. Aku berdeham mencairkan suasana.
"Kenalkan nama saya Anton," ia mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
"Saya Arjuna Mahendra, panggil saja Juna," aku membalas uluran tangannya.
"Kamu pemain teater?"
"Iya hari ini adalah pemilihan pemeran utama, saya ingin pergi ke Jakarta.."
"Saya salah satu juri yang akan menilai setiap pemain," aku terkesiap tidak menyangka aku bisa satu kendaraan dengan jurinya.
"Semoga kamu berhasil ya!" ban berdecit berbelok di teater Purnama.
"Te..terima kasih ya.." aku turun dari mobil Anton dan berlari cepat ke teater.
Jantungku berdegup kencang, aku memerankan diri sebagai pangeran tampan yang berwibawa tapi licik di belakang rakyatnya. Peran yang cukup sulit.
Aku melihat Anton mengacungkan jempolnya di antara juri yang lain untuk menyemangatiku. Membuatku percaya diri. Seusai itu semua juri bertepuk tangan, aku merunduk mengucapkan terima kasih.
Setelah aku turun dari panggung Anton sudah di belakang panggung.
"Aktingmu bagus sekali tadi, seperti aktor profesional!"
"Terima kasih" jawabku tersipu malu.
"Jika kamu tidak keberatan aku ingin mengajakmu makan malam bersama, sekaligus membicarakan karier mu nanti," aku mengiyakan ajakannya cepat. Aku juga ingin mengenalnya lebih jauh.
***
Ia menepati janjinya, seusai teater mengumumkan hasilnya dan merapihkan semua peralatan Anton sudah menunggu di luar dengan mobil hitamnya. Ia melambaikan tangan saat langkahku kebingungan mencari sosoknya.
"Kamu tahu tempat makan yang enak?" tanya Anton sambil mengendarai mobilnya.
"Saya tidak tahu", "Kamu tinggal di daerah sini kan? Masa sih gak tahu?," aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku terbiasa makan di rumah masakan Bi Sum, dan temanku juga tidak banyak. Tidak ada alasan untuk aku makan di luar. Di rumah terasa lebih nyaman.
"Kalau begitu saya tahu tempat makan yang enak," aku menuruti saja sarannya menyambangi tempat makan yang enak di Surabaya. Mobil berhenti di sebuah restaurant yang berarsitektur Bali, ada icon bebek di atas restaurantnya.
"Kamu suka makan bebek panggang kan?"
"Suka, tapi saya baru tahu kalau di sekitar sini ada restaurant bebek panggang," Anton tertawa, membuatku heran apa yang ia tertawakan.
"Ya jelas saja, ini restaurant milik pamanku. Restaurant bebek panggang ini baru dibuka 1 minggu yang lalu.." aku ikut menertawakan omonganku tadi. aku kira memang aku yang kurang update.
"Ayo turun, mengobrol lebih banyak di dalam saja"
Sesampainya di dalam restaurant 2 pelayan menyambut kami.
"Pak Anton, menu seperti biasa yang di pesan?"
"Iya seperti biasa, kalau bisa yang lebih lezat lagi. Saya ada tamu special yang harus dihidangkan makanan special," canda Anton melirikku di sampingnya. Anton menunjuk satu meja di sudut restaurant.
"Restaurantnya bagus ya? serasa di Bali.." Anton tersenyum, "Kamu sudah pernah ke Bali?" aku menggelengkan kepalaku.
"Berarti ke Jakarta minggu depan juga pertama kali ya?" aku menganggukan kepalaku lagi.
"Oiya aku sampai lupa mengucapkan selamat atas kelulusan kamu dari seleksi tadi. kamu 2 orang beruntung yang berangkat ke Jakarta. Kalau kamu beruntung bisa saja nanti ada producer yang melihat bakatmu, dan menjadikan talent yang tetap di production house."
"Terima kasih atas doa-doamu, padahal kita baru saja kenal tapi sudah seperti orang lama yang saling mengenal ya?"
"Maklum saja aku bekerja di Jakarta sebagai pengacara, jadi untuk kata-kata manis nan menggiurkan sudah keahlianku."
"Kamu bekerja di Jakarta? Wahh.. aku kira kamu tinggal menetap di Surabaya"
"Aku kesini hanya diminta temanku untuk menilai bakat-bakat pemain teater di Teater Purnama. Aku suka sekali dengan lakon teater tidak seperti sinetron-sinetron murahan jaman sekarang. Lebih dalam makna sastranya," aku setuju dengan perkataannya. Maka dari itu aku meniti karier dari bermain teater.
"Jarang sekali orang-orang di era 2000'an ini masih menyukai sastra."
"Aku adalah 1001 orang yang masih menyukai sastra," sepanjang malam itu sambil menyantap bebek panggang kami bertukar pikiran. Rasanya nyaman sekali mengobrol dengan Anton. Itulah yang membuatku jatuh hati pada Anton.
#JustWriteIt #Wattpad10
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband an Actor
RomanceAku kira semua ini hanya mimpi.. Mencintaimu tidak pernah sejelas ini.. Kamu hanya seseorang yang seperti tokoh fiksi yang aku kagumi.. Tapi takdir mempertemukan kita pada titik yang sama.. Walau kamu tidak mencintaiku.. Aku tahu jelas kamu menjauhi...